عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ، "اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ"  - رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح
Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah ra dan Abu Abdurrahman Mu’adz bin Jabal ra menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada. Dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan , niscaya kebaikan itu akan menghapusnya. Dan pergaulihah manusia dengan akhak terpuji.’ (HR. Turmudzi dan ia berkata, ‘Ini adalah hadits hasan’ dan di sebagian kitab disebutkan sebagai hadits hasan shahih).

Takhrij Hadits
Hadits ini diriwayatkan melalui dua jalur sanad :
Pertama : Jalur Sanad Abu Dzar Al-Ghiffari sebagai berikut :
  1. Hadits diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dalam Sunannya, Kitab Al-Birr was Shillah an Rasulillah SAW, Bab Ma Ja’a fi Mu’asyaratinnas, hadits no 1910 dengan sanad dari Habib bin Abi Tsabit dari Maimun bin Abi Syabib, dari Abu Dzar ra.
  2. Diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya; Musnad Al-Nashar, hadits Abi Dzar al-Ghiffari, hadits no 20392, dan no 20435, 20556 dengan sanad dari Habib bin Abi Tsabit dari Maimun bin Abi Syabib, dari Abu Dzar ra.

Kedua : Jalur Sanad Mu’adz bin Jabal
  1. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, Musnad Al-Anshar, Hadtis Mu’adz bin Jabal, hadits no 21047 dengan sanad dari Habib bin Abi Tsabit, dari Maimun bin Abi Syabib dari Mu’adz bin Jabal ra.
  2. Diriwayatkan juga oleh Imam At-Thabarani dalam Mu’jam Al-Kabir, hadits no 16717 dan 16718. dengan sanad dari Habib bin Abi Tsabit, dari Maimun bin Abi Syabib dari Mu’adz bin Jabal ra.


Hikmah Hadits
1.    Perintah untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. Dari segi bahasa, taqwa berasala dari kata “waqo”, yang berarti ‘menjaga, melindungi, sikap waspada dan penjauhan diri dari hal-hal yang membahayakan atau dapat mencelakakan. Adapun secara istilah, taqwa adalah “menjauhkan diri dari kemurkaan, azab, teguran dan ancaman Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya serta menjauhi hal-hal yang dapat mengarahkannya pada larangan-larangan Allah SWT.Hakekattakwadigambarkandalamkisahberikut : Pernah suatu ketika Umar bin Khattab bertanya kepada Ubai bin Ka’ab tentang taqwa. Ubai menjawab, ‘Bukankah anda pernah melewati jalan yang penuh duri?’ Umar menjawab, ‘ya!’. Ubai bertanya lagi, ‘Apa yang anda lakukan saat itu?’ Umar menjawab, ‘ Saya bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati.’ Ubai berkata lagi, ‘Itulah taqwa.”
Berpijak dari jawaban Ubai di atas, Utz Sayid Qutub mengemukakan, ‘Itulah taqwa, kepekaan batin, kelembutan perasaan, rasa takut terus menerus, selalu waspada dan hati-hati jangan sampai kena duri jalanan… Jalan kehidupan yang selalu ditaburi duri-duri godaan dan syahwat, kerakusan dan angan-angan, kekhawatiran dan keraguan, haparan semu atas segala sesuatu yang tidak bisa diharapkan. Ketakutan palsu dari sesuatu yang tidak pantas untuk ditakuti… dan masih banyak duri-duri yang lainnya….”

2.    Bahwa takwa itu hendaknya dilakukan dimanapun kita berada.
Artinyabahwatakwabukanlahsesuautu yang hanyamenghiasimanusiaketika di masjid saja, atau di halaqahsaja, atau di majelis-majelisdzikirsaja.Namunhendaknyatakwasenantiasamenghiasimanusiadimana pun iaberada; dimasjid, di kantor, di jalan, di pasar, di rumah, di jalan, di masyarakat, di pemerintahan, dsb. Karena Allah SWT mengetahuisegalagerakgerikmanusiadimanapuniaberada. Baikketikaseorangdiri, berdua, bertiga, dsb. Allah SWT berfirman :
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ مَا يَكُونُ مِن نَّجْوَى ثَلاَثَةٍ إِلاَّ هُوَ رَابِعُهُمْ وَلاَ خَمْسَةٍ إِلاَّ هُوَ سَادِسُهُمْ وَلاَ أَدْنَى مِن ذَلِكَ وَلاَ أَكْثَرَ إِلاَّهُوَ مَعَهُمْ أَيْنَمَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Tidakkahkamuperhatikan, bahwasesungguhnya Allah mengetahuiapa yang ada di langitdanapa yang ada di bumi? Tiadapembicaraanrahasiaantaratiga orang, melainkanDia-lah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraanantara) lima orang, melainkanDia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraanantara (jumlah) yang kurangdariituataulebihbanyak, melainkanDiaadabersamamereka di manapunmerekaberada.KemudianDiaakanmemberitakankepadamerekapadaharikiamatapa yang telahmerekakerjakan. Sesungguhnya Allah MahaMengetahuisegalasesuatu. (QS. Al-Mujadilah : 7)

3.    Bahwa perbuatan baik bisa menghapuskan ‘dosa’ perbuatan buruk.
Bahwa perbuatan baik bisa menghapuskan dosa-dosa perbuatan buruk. Oleh karenanya, apabila karena kekhilafan kemudian kita melakukan perbuatan yang buruk, maka hendaknya ditutupi dengan perbuatan yang baik, baik berupa ibadah maupun amal shaleh pada umumnya. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam hadtis :
Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ‘Bagaimana pendapat kalian sekiranya ada sungai di dekat pintu rumah salah seorang diantara kalian lalu ia mandi setiap hari lima kali, apakah akan tersisi kotoran di tubuhnya? Mereka menjawab, ‘Tidak akan tersisa kotoran di tubuhnya sedikitpun.’ Beliau bersabda, seperti itulah perumpamaan shalat lima waktu, dimana dengan shalat tersebut menghapuskan dosa-dosanya.’ (Muttafaqun Alaih)

4.    Anjuran untuk berakhlak karimah
Bahwa akhlak merupakan ciri mendasar orang yang bertakwa. Dan akhlak karimah merupakan amalan yang paling banyak dapat mengantarkan seseorang masuk ke dalam surga. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ الْفَمُ وَالْفَرْجُ - رواه الترمذي

Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang hal apakah yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga? Beliau menjawab, ‘Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.’ Lalu beliau ditanya tentang hal apakah yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka? Beliau menjawab, ‘Lisan dan kemaluan.’ (HR. Turmudzi)

Wallahu A’lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag

0 Comments:

Post a Comment