Rehad (Renungan Hadits) 112
Dan Setiap Larangan Dalam Sunnah Terkait Muamalah, Mengandung Hikmah & Kebaikan Besar

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يَبِيعَ حَاضِرٌ لِبَاد،ٍ أَوْ يَتَنَاجَشُوا، أَوْ يَخْطُبَ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيه،ِ أَوْ يَبِيعَ عَلَى بَيْعِ أَخِيهِ، وَلَا تَسْأَلْ الْمَرْأَةُ طَلَاقَ أُخْتِهَا لِتَكْتَفِئَ مَا فِي إِنَائِهَا أَوْ مَا فِي صَحْفَتِهَا (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw melarang orang kota bertransaksi dengan orang desa, beliau juga melarang transaksi Najasy (yaitu meninggikan tawaran harga barang untuk menipu pembeli), beliau juga melarang untuk meminang seorang wanita yang telah dipinang oleh saudaranya, beliau juga melarang seseorang untuk membeli barang yang telah ditawar saudaranya. Dan beliau melarang pula seorang istri meminta suaminya supaya menceraikan madunya agar semua kebutuhannya pribadinya terpenuhi. (HR. Muslim, hadits no. 2532)

Hikmah Hadits ;
Ada beberapa larangan Nabi Saw terkait dengan aspek muamalah, yang dimaksudkan untuk menjaga keharmonian dan keselarasan kehidupan masyarakat. Diantara larangan tersebut adalah sbb ;
#1. Larangan orang kota menjual sesuatu kepada orang desa. Larangan tersebut dimaksudkan ketika orang desa tidak memiliki informasi terkait dengan barang dan harga pasaran, yang umumnya sangat dikuasai informasinya oleh orang kota. Sehingga orang desa potensial mengalami penipuan dalam hal harga atau dalam hal kualitas objek jual beli. Jadi, larangan tersebut dimaksudkan untuk melindungi kepentingan orang yang secara penguasaan pasarnya masih lemah. Dalam konteks kekinian, seharusnya pemerintah juga melindungi kepentingan ekonomi masyarakat kita, dari serbuan badai ekonomi global yang sudah kuat, khususnya di era MEA ini. Sehingga masyarakat kita yang ekonominya relatif masih lemah, tidak semakin tergilas oleh kekuatan ekonomi besar yang telah menguasai pasar.
#2. Dilarang juga untuk meninggikan harga barang dagangan, dengan maksud menipu pembeli sehingga ia membelinya dengan harga di atas harga wajar (najasyi). Kadang kita jumpai di pasaran, para pedagang meninggikan harga barang yg dijualnya, misalnya harga pasaran Rp 100 ribu, namun ditawarkan dgn harga Rp 250 ribu, supaya calon pembeli menawarnya masih jauh di atas harga pasaran supaya ia mendapatkan keuntungan yang besar. Praktik seperti ini sebenarnya adalah praktik yang dilarang oleh syariah, walaupun masih marak terjadi di pasaran.
#3. Larangan melamar wanita yang sudah dilamar oleh orang lain. (Sudah dibahas dalam Rehad 111).
#4. Larangan membeli barang dagangan yang sudah ditawar dan deal oleh orang lain. (Juga sudah dibahas dalam rehad 111).
#5. Larangan seorang istri meminta suaminya untuk menceraikan istri lainnya, dengan maksud supaya kebutuhan materi dirinya tidak terkurangi. Ia melakukan hal tersebut didasari karena sifat tamak dan ingin menguasai seluruh harta suaminya. Jika demikian, maka berarti ia menganjurkan suaminya untuk tidak berlaku adil dan justru berbuat bakhil. Dan hal tersebut adalah terlarang. Namun juga yang perlu menjadi catatan adalah bahwa larangan ini konteksnya adalah dalam poligami yang dilakukan secara syar'i, bukan poligami yang terjadi karena perbuatan maksiat, seperti zina, perselingkuhan, dsb.
Mudah2an Allah Swt hindarkan kita semua dari segala hal yang negatif, dan memberikan kita keberkahan dalam transaksi dan muamalah kita.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.

Rehad (Renungan Hadits) 111
Kemuliaan Itu Adalah Tidak Menelikung Hak Orang Lain

عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَلَا يَخْطُبْ بَعْضُكُمْ عَلَى خِطْبَةِ بَعْضٍ (رواه مسلم)
Dari Ibnu Umar ra, bahwa Nabi Saw bersabda, "Janganlah sebagian kalian membeli barang yang telah ditawar orang lain. Dan janganlah pula sebagian kalian mengkhitbah (meminang) wanita yang telah dikhitbah oleh orang lain." (HR. Muslim, hadits no. 2530)

Hikmah Hadits ;
1. Keluhuran dan kemuliaan akhlak dalam Islam, tidak terkecuali akhlak dalam bermuamalah, bahwa kita dilarang untuk menelikung hak milik orang lain. Dalam kasus hadits atas, kita tidak boleh membeli barang yang sedang atau sudah ditawar oleh orang lain. Kecuali apabila calon pembeli tidak jadi membelinya. Karena ia sudah menawarnya dan sudah deal dengan pembeli dan oleh karenanya ia lebih berhak terhadapnya.
2. Demikian juga dalam kasus mengkhitbah atau meminang seorang wanita; seorang muslim tidak boleh melamar seorang muslimah yang sudah dilamar oleh orang lain. Karena jelas, si pelamar pertama lebih berhak atas lamarannya tersebut. Kecuali apabila sudah jelas si muslimah tersebut menolaknya (sebelum ada lamaran berikutnya), atau apabila si pelamar mengundurkan diri dari lamarannya. Jika seperti itu, barulah orang lain boleh mengkhitbahnya.
3. Larangan tersebut dimaksudkan agar setiap muslim tidak mencederai hak dan kehormatan muslim lainnya, karena sesama muslim adalah haram; darahnya, hartanya dan kehormatannya. Dan menelikung hak muslim lainnya baik dalam muamalah, ataupun dalam khitbah serta dalam hal2 lainnya, adalah berarti mencederai kehormatannya. Maka, hendaknya kita senantiasa selalu berusaha untuk menjaga hak dan kehormatan saudara kita sesama muslim, dengan tidak "menelikung" hak2 muslim lainnya, tidak menghalangi hak2 orang lain, serta berusaha untuk tidak mendzalimi hak2 orang lain.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 110
Luasnya Makna dan Cakupan Sunnah Dalam Kehidupan Manusia

 عَنْ أَنَسٍ أَنَّ نَفَرًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلُوا أَزْوَاجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ عَمَلِهِ فِي السِّرِّ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ لَا أَتَزَوَّجُ النِّسَاء،َ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَا آكُلُ اللَّحْم،َ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَا أَنَامُ عَلَى فِرَاش،ٍ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ فَقَالَ مَا بَالُ أَقْوَامٍ قَالُوا كَذَا وَكَذَا؟ لَكِنِّي أُصَلِّي وَأَنَامُ، وَأَصُومُ وَأُفْطِر،ُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي (رواه مسلم)
Dari Anas ra bahwa beberapa sahabat Nabi Saw bertanya kepada istri Nabi Saw tentang amalan beliau yang tersembunyi. Maka, (setelah mengetahuinya) mereka berkata, "Aku tidak akan menikah-menikah." Kemudian sebagian lagi berkata, "Aku tidak akan pernah makan daging." Dan sebagian lain lagi berkata, "Aku tidak akan pernah tidur di atas kasurku." Mendengar ucapan mereka, maka Nabi Saw memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian beliau bersabda: "Ada apa dengan mereka? Mereka berkata begini dan begitu? Padahal aku sendiri shalat dan juga tidur, aku berpuasa dan juga berbuka, dan aku juga menikahi wanita. Maka barang siapa yang membenci sunnah-sunnahku, berarti dia bukan termasuj golonganku." (HR. Muslim, hadits no. 2487)

Hikmah Hadits :
1. Luas dan universalnya makna dan cakupan sunnah, yang mencakup segala aspek kehiupan manusia, baik ibadah, muamalah, rumah tangga, sosial politik, ekonomi, dsb. Luasnya makna dan cakupan sunnah, adalah berbanding lurus dengan luasnya ajaran agama Islam, yang mencakup seluruh dimensi kehidupan. Itulah sebabnya, mengapa Allah Swt memerintahkan kita untuk mengamalkan ajaran Islam secara kaffah, sebagaimana firman'Nya dalan QS. Al-Baqarah : 208, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu."
2. Bahwa luasnya cakupan makna dan ajaran sunnah, sebenarnya juga sudah termaktub dalam definisi sunnah yang dideskripsikan oleh para ulama-ulama sunnah, diantaranya adalah definisi sunnah yang terdapat dalam kitab Ushulul Hadits, yaitu bahwa sunnah adalah segala hal yang datang dari Nabi Saw baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan yang beliau tetapkan (thd suatu hal tertentu), atau sifat fisik dan juga sifat perilaku sehari-hari beliau, atau juga sirah (perjalanan hidup beliau), baik yang terjadi sebelum masa kenabian, seperti tahannus beliau (penyendirian beliau) di Gua Hira, maupun yamg terjadi sesudah masa kenabian.
3. Maka, Nabi Saw pun terlihat agak marah, ketika ada beberapa orang sahabat yang memahami sunnah secara parsial, sehingga mereka berkeinginan kuat untuk tidak menikah selamanya, atau yang berkeinginan untuk tidak tidur di kasur selamanya, atau yang berkeinginan untuk tidak memakan daging selamanya, dengan maksud untuk mengamalkan dan mengatasnamakan sunnah. Justru dengan mempersulit diri seperti itu, bukanlah termasuk sunnah. Karena ajaran sunnah itu sebenarnya indah; mengajarkan kita keseimbangan dalam ibadah, keharmonian dalam kehidupan sosial, keselarasan anatara unsur duniawi dan ukhrawi. Itulah sebabnya, mengapa beliau Saw menikah, beliau juga suka memakan paha kambing, beliau juga becanda dengan istrinya, beliau bercengkrama dan bergurau dengan para sahabatnya, beliau juga mengendarai unta, beliau juga menyisir rambutnya, beliau juga merapikan pakaiannya, beliau juga memakai parfum, beliau selalu tersenyum terhadap setiap orang yang dijumpainya, beliau juga berusaha menjadi yg terlebih dahulu menjabat tangan para sahabatnya, beliau santun akhlaknya, halus perkatannya,  tidak suka menjelekkan atau menyalahkan orang lain, beliau tawadhu dalam kesahariannya, zuhud dalam kehidupannya, dan beliau juga ramah dalam pergaulannya, shallallahu alaihi wasallam...

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.

Rehad (Renungan Hadits) 109
Dan Orang Yang Mengunjungi Baitullah Akan Mendapatkan Ampunan Dari Segala Dosa

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَتَى هَذَا الْبَيْتَ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَمَا وَلَدَتْهُ أُمُّه (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa yang mendatangi Baitullah ini (untuk melaksanakan ibadah haji atau umrah) kemudian ia meninggalkan perbuatan dan perkataan kotor, serta meninggalkan perbuatan maksiat, maka dia akan kembali seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibu kandungnya sendiri (bersih dari segala dosa)." (HR. Muslim, hadits no. 2404)

Hikmah Hadits ;
1. Keutamaan Baitullah Ka'bah Al-Musyarrafah di tanah suci, yaitu bahwa siapa saja yang menyengaja berkunjung ke Ka'bah di tanah suci, dengan tujuan melaksanakan ibadah haji atau umrah dengan niat ikhlas semata-mata hanya karena Allah Swt, maka ia akan mendapatkan ampunan dari segala dosa dan kesalahannya, bahkan digambarkan bahwa ia akan menjadi sama seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibu kandungnya sendiri; bersih tanpa satu dosa dan satu nodapun. Sungguh betapa keutamaan dan anugerah yang sangat besar. Karena siapakah yang tidak ingin mendapatkan ampunan dari segala dosa dan khilafnya?
2. Namun ampunan dari segala dosa dan kesalahan tersebut baru akan didapatkannya, apabila selama menjalani ibadah haji atau umrahnya tersebut, ia benar-benar meninggalkan rafats dan fusuq:
#1. Rafats adalah perbuatan melakukan hubungan antara suami dan istri, serta segala hal yang mengarah perbuatan tersebut, baik berupa perkataan maupun perbuatan, atau bahkan termasuk juga angan-angan. Maka tidak diperkenankan selama berhaji atau umrah membicarakan perkataan atau becandaan yang kotor yang mengarah pada hubungan suami istri, termasuk perbuatan yang jelas2 mengarah pada hal tersebut, seperti mencium, memeluk, melihat aurat, mam dst.
#2. Adapun fusuq adalah segala bentuk perbuatan atau perkataan yang mengandung unsur maksiat kepada Allah Swt baik maksiat kecil, maupun maksiat yang besar. Maka tidak boleh misalnya selama ihram, makan minum dengan tangan kiri, membuka aurat, ikhtilat laki2 dengan perempuan, merokok, berdusta, menipu, marah2, mengambil barang yang bukan menjadi hak dan miliknya, dsb.
3. Maka jika kita melaksanakan ibadah haji atau umrah, dan meninggalkan segala perbuatan & perkataan terlarang seperti fusuq dan rafats, maka insya Allah segala dosa kita akan diampuni oleh Allah Swt, hingga seolah seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibu kandungnya sendiri. Mudah2an kita semua senantiasa dianugerahi Allah Swt untuk senantiasa berkunjung dan selalu berkunjung ke Baitullah, serta mendapatkan kemuliaan berupa ampunan dari segala dosa dan khilaf kita... Amiin Ya Rabbal Alamiiin.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 108. Seimbang Dalam Menjalankan Ibadah

Rehad (Renungan Hadits) 108
Seimbang Dalam Menjalankan Ibadah

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَمْ أُخْبَرْ أَنَّكَ تَقُومُ اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَار؟َ قُلْتُ إِنِّي أَفْعَلُ ذَلِك،َ قَالَ فَإِنَّكَ إِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ هَجَمَتْ عَيْنَاكَ وَنَفِهَتْ نَفْسُك،َ لِعَيْنِكَ حَقٌّ، وَلِنَفْسِكَ حَقٌّ، وَلِأَهْلِكَ حَق،ٌّ قُمْ وَنَمْ وَصُمْ وَأَفْطِرْ (رواه مسلم)
Dari Abdullah bin Amru bin Ash ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda kepadaku, "Bukankah telah dikabarkan kepadaku, bahwa kamu itu selalu shalat sepanjang malam, dan selalu berpuasa sunnah sepanjang hari?" Aku menjawab, "Benar, wahai Rasulullah, aku telah melakukan hal tersebut." Kemudian beliau bersabda,  "Sungguh, jika kamu melakukan hal itu, maka kedua matamu akan binasa. Kedua matamu mempunyai hak atas dirimu, dan keluargamu juga mempunyai hak atas dirimu. Karena itu, hendaklah kamu bangun (shalat lail) dan tidurlah. Kemudian berpuasalah kamu dan juga berbukalah." (HR. Muslim, hadits no. 1968)

Hikmah Hadits ;
1. Keutamaan sahabat Nabi Saw yaitu Abdullah bin Amru bin Ash, yang sangat antusias dan semangat dalam menjalankan ibadah. Bahkan karena demikian semangatnya, sampai-sampai beliau selalu berpuasa sunnah setiap hari, hingga tiada hari yg beliau tidak berpuasa, dan selalu shalat malam sepanjang malam, hingga setiap malam beliau tidak tidur sepanjang malam.
2. Namun ternyata Nabi Saw justru menegur dan melarang beliau melakukan hal seperti itu. Karena selalu berpuasa setiap hari dan atau selalu shalat sepanjang malam hingga tidak pernah tidur, akan menimbulkan mudharat pada anggota tubuh seperti mata, badan dan anggota2 tubuh lainnya, serta juga bisa berakibat pada mengabaikan hak2 pada diri dan keluarga, seperti hak2 terhadap istri, dsb. Menimbulkan mudharat pada tubuh, dan melalaikan hak2 badan dan keluarga adalah termasuk perbuatan tercela, maka oleh karenanya Nabi Saw melarangnya.
3. Bahwa tujuan utama hidup di dunia ini adalah untuk ibadah kepada Allah Swt. Maka sudah sepatutnya segala hidup dan aktivitas kita, demikian juga segala amal dan obsesi kita, benar2 harus kita berikan sepenuhnya hanya untuk Allah Swt. Namun yang perlu menjadi perhatian adalah, bahwa jangan pula karena alasan ibadah lantas kita mengabaikan hak2 tubuh dan hak2 keluarga kita. Karena menunaikan hak dan kewajiban dalam kehidupan juga merupakan ibadah kepada Allah Swt.
Mudah2an kita semua termasuk hamba-hamba Allah yang selalu ibadah kepada-Nya dan juga selalu menunaikan hak dan kewajiban lainnya... Amiin Ya Rabbal Alamiin.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 107
Dan Para Sahabatpun Memiliki Rasa Cemburu

عن أَنَسَ بْن مَالِكٍ قَالَ لَمَّا فُتِحَتْ مَكَّةُ قَسَمَ الْغَنَائِمَ فِي قُرَيْش،ٍ فَقَالَتْ الْأَنْصَارُ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْعَجَبُ إِنَّ سُيُوفَنَا تَقْطُرُ مِنْ دِمَائِهِمْ وَإِنَّ غَنَائِمَنَا تُرَدُّ عَلَيْهِمْ، فَبَلَغَ ذَلِكَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَمَعَهُمْ، فَقَالَ مَا الَّذِي بَلَغَنِي عَنْكُمْ؟ قَالُوا هُوَ الَّذِي بَلَغَكَ وَكَانُوا لَا يَكْذِبُونَ، قَالَ أَمَا تَرْضَوْنَ أَنْ يَرْجِعَ النَّاسُ بِالدُّنْيَا إِلَى بُيُوتِهِمْ وَتَرْجِعُونَ بِرَسُولِ اللَّهِ إِلَى بُيُوتِكُمْ؟ لَوْ سَلَكَ النَّاسُ وَادِيًا أَوْ شِعْبًا وَسَلَكَتْ الْأَنْصَارُ وَادِيًا أَوْ شِعْبًا لَسَلَكْتُ وَادِيَ الْأَنْصَارِ أَوْ شِعْبَ الْأَنْصَارِ (رواه مسلم)
Dari Anas bin Malik ra, Bahwa ketika ditaklukkan kota Makkah (Fathu Makkah), Rasulullah Saw membagi-bagikan harta ghanimah kepada kaum Quraisy. Maka orang-orang Anshar pun berujar, "Ini sungguh-sungguh mengherankan. Pedang kita masih basah oleh darah musuh, tetapi harta rampasan kita diberikan kepada mereka (kaum Quraisy)." Lalu ungkapan itu sampai kepada Rasulullah Saw. Maka beliau pun mengumpulkan mereka dan bertanya, "Benarkah berita yang sampai padaku tentang ucapan kalian?" Mereka menjawab: "Apa yang mereka sampaikan itu benar ya Rasulullah, mereka tiada berdusta." Maka Rasulullah Saw bersabda, "Apakah kalian tidak rela kalau mereka (kaum Quriays) pulang dengan membawa harta benda dunia, sedangkan kalian semua pulang ke rumah masing-masing bersama dengan Rasulullah? Sungguh, seandainya ada manusia berjalan di suatu lembah dan bukit, sedangkan orang-orang Anshar melewati lembah dan bukit yang lain, niscaya saya akan mengikuti lembah dan bukit yang ditempuh oleh kaum Anshar." (HR. Muslim, hadits no. 1755)

Hikmah Hadits :
1. Bahwa manusia memiliki rasa cemburu, termasuk juga para sahabat yang mulia, padahal mereka adalah generasi terbaik dalam sejarah peradaban manusia. Karena rasa cemburu merupakan fitrah insaniyah, yang Allah lekatkan pada diri setiap manusia, tidak terkecali kepada para sahabat yang mulia, karena mereka adalah manusia biasa sebagaimana kita.
2. Kecemburuan sahabat Anshar adalah lantaran Nabi Saw membagikan ghanimah hanya kepada kaum Quriasy saja dan tidak memberikannya sedikitpun kepada kaum Anshar. Sementara kaum Anshar merasa paling berjasa dalam dakwah bahkan dalam perolehan ghanimah, bahkan diibaratkan seolah keringatpun belum kering, dan pedang2 merekapun masih basah dalam berjuang. Terbesit dalam diri mereka bahwa Rasulullah Saw seolah tidak berlaku adil kepada mereka.
3. Kebijaksanaan Nabi Saw dalam managemen konflik yang terjadi di kalangan para sahabat, dimana beliau langsung mentabayyun (baca ; mengklarifikasi) permasalahan yang terjadi, agar tidak menjadi meluas dan menjadi cikal bakal perpecahan. Lalu beliau menjelaskan alasan membagikan ghanimah tersebut hanya kepada kaum Quriaisy (sebagaimana juga dijelaskan dalam riwayat lain). Sabda beliau, "Sebenarnya, aku hanya memberi kepada orang-orang yang belum lama masuk Islam, sekedar untuk melunakkan hati mereka. Apakah kalian tidak rela kalau mereka pergi dengan harta benda dunia, sedangkan kalian pulang ke rumah masing-masing bersama Rasulullah Saw? Demi Allah, sesungguhnya apa yang kalian bawa pulang adalah lebih berarti daripada apa yang mereka bawa." (HR. Muslim, no 1753)
4. Bahwa terkadang pandangan manusia sering tertutupi dengan kabut kepentingan dunia, sehingga membutakan hakekat yang sesungguhnya jauh lebih berharga. Maka Nabi Saw pun mengingatkan kaum Anshar perihal nikmatnya hidayah dan nikmatnya hidup bersama dengan Rasulullah Saw yang jauh lebih bernilai dan lebih berharga dibanding hanya sekedar harta ghanimah. Maka Nabi Saw bersabda, "Apakah kalian tidak rela kalau mereka (orang2 Quriays) pulang dengan membawa harta benda dunia, sedangkan kalian semua pulang ke rumah masing-masing bersama membawa Rasulullah?" Maka kaum Anshar pun tersadar, lalu mereka berujar, Benar ya Rasulullah, kami rela dan kami ridha." (HR. Muslim, no 1753).

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 106
Ambisi Manusia Terhadap Harta Antara Yang Tercela Dan Yang Mulia

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لَابْتَغَى وَادِيًا ثَالِثًا، وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَاب،ُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ (رواه مسلم)
Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Seandainya manusia  mempunyai dua lembah harta kekayaan, maka ia ingin mendapatkan satu lembah harta kekayaan lagi. Dan tidak ada yang dapat memenuhi keinginannya terhadap harta kekayaan sampai penuh, kecuali hanya tanah (kematian). Dan Allah akan menerima taubat orang yang telah bertaubat kepada-Nya." (HR. Muslim, hadits no. 1737)

Hikmah Hadits ;
1. Keinginan dan ambisi manusia yang tiada terbatas, kendatipun raga dan fisiknya memiliki keterbatasan. Bahkan kalaulah ada dua lembah yang luas dan dalam, telah terisi penuh dengan harta kekayaan melimpah ruah yang menjadi miliknya, maka ia akan tetap memiliki keinginan kuat untuk meraup harta lainnya, sebanyak lembah yang ketiga. Dan demikian seterusnya, jika ia telah memiliki tiga lembah harta, maka ia ingin memiliki empat lembah harta kekayaan, lima lembah, enam lembah dst.
2. Bahwa ambisius dan keinginan kuat terhadap harta, yang membuatnya tiada pernah terpuaskan dan tiada pernah mensyukurinya adalah merupakan sikap tercela. Hal ini tersirat dari sabda Nabi Saw, bahwa Allah menerima taubat orang yang bertaubat kepada-Nya. Artinya bahwa ambisius terhadap harta hingga tiada pernah puas terhadap apa yang telah dimilikinya merupakan sikap tercela. Karena berarti dirinya telah terselimuti hawa nafsu terhadap harta dunia. Jika demikian, maka ambisinya tiada pernah pudar kecuali jika ia telah dibenam didalam tanah (telah meninggal dunia dan telah dikubur).
3. Namun yang juga perlu menjadi catatan adalah, bahwa bukan berarti kita dilarang memiliki dan menguasai harta. Selama tujuannnya baik dan mulia, maka kepemilikan terhadap harta kekayaan yang melimpah dan bermanfaat bagi umat merupakan suatu keharusan, bahkan hukumnya fardhu kifayah. Karena ketika kekayaan bukan ditangan umat Islam, maka mudharatnya semakin besar dan meluas. Monopoli dimana-mana, ajang kemaksiatan tersebar luas, riba menjadi fenomena, dsb. Jika kekayaan dipegang oleh umat Islam, maka insya Allah keberkahan akan kembali kepada kita. Karena sebaik-baik harta yang baik adalah ketika berada di tangan orang2 yang baik (shaleh) pula. Dan menguasai harta demi tujuan yang mulia adalah tidak tercela namun justru mulia.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.

Rehad (Renungan Hadits) 105
Ketika Kehidupan dan Harta Benda Membuat Hati Orang Tua Menjadi Muda

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَلْبُ الشَّيْخِ شَابٌّ عَلَى حُبِّ اثْنَتَيْنِ حُبِّ الْعَيْشِ وَالْمَالِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Nabi Saw, bahwa beliau bersabda: "Hati orang yang sudah tua, akan tetap menjadi muda dalam dua perkara, yaitu; dalam hal mencintai kehidupan dan mencintai harta benda." (HR. Muslim, hadits no. 1734)

Hikmah Hadits ;
1. Kecenderungan dan fitrah manusia, yang selalu mencintai dan berselera pada dua hal kendatipun raganya telah pudar dimakan usia. Kedua hal tersebut adalah cinta pada kehidupan dan cinta pada harta benda. Bahkan Nabi Saw dalam hadits di atas membahasakannya dengan istilah 'hati orang yang sudah tua akan tetap menjadi muda' dalam cinta pada kehidupan dan cinta harta benda. Hal ini menunjukkan betapa daya tarik dan daya pikat kehidupan dunia dan harta benda yang demikian besarnya. Dia tiada akan pernah pudar, kendatipun usia telah renta. Tiada akan pernah sirna, kendatipun kekuatan tubuh telah mulai usang. Hati oranf yang audah tua pun akan tetap selalu membara pada kedua hal di atas, sebagaimana membaranya hati para pemuda.
2. Bahwa cinta pada kehidupan atau hubbul 'aisy ( حب العيش ), maknanya adalah mencintai segala yang memberikan manfaat dan kenyamanan serta kesenangan pada kehidupan dunia. Mencakup segala bentuk ma'isyah yaitu penghasilan yang menjanjikan, tempat tinggal yang mewah dan nyaman, pekerjaan yang mapan, kedudukan yang pendamping hidup yang cantik nan menawan dan segala fasilitas dan kesenangan kehidupanan lainnya. Sedangkan cinta pada harta ( حب المال ) adalah segala cinta dan ambisi terhadap segala bentuk harta yang disukai, seperti simpanan uang dan tabungan, emas dan perhiasan, segala bentuk aset kekayaan, dsb. Terhadap kedua hal ini, tiada seorang pun yang pudar keinginan dan ambisinya. Bahkan kecenderungannya semakin bertambah usia, seringkali akan semakin ingin memiliki lebih banyak kemewahan dunia dan harta benda.
3. Namun makna terpenting yang tersirat dari hadits Nabi Saw di atas adalah sebuah pesan yang sangat berharga, yaitu agar setiap kita senantiasa berhati2 sebisa mungkin terhadap kemapanan kehidupan dan harta benda. Karena kedua hal inilah yang sering menjerumuskan dan merusak kemuliaan manusia, bahkan ketap kali menjerembabkan manusia pada lembah kehinaan. Na'udzubillahi min dzalik.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 104
Ketika Umar bin Khattab ra Menolak Suatu Pemberian

عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُعْطِي عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ الْعَطَاءَ ،فَيَقُولُ لَهُ عُمَرُ أَعْطِهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفْقَرَ إِلَيْهِ مِنِّي، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُذْهُ فَتَمَوَّلْهُ أَوْ تَصَدَّقْ بِه،ِ وَمَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا الْمَالِ وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلَا سَائِلٍ فَخُذْهُ، وَمَا لَا فَلَا تُتْبِعْهُ نَفْسَك (رواه مسلم)
Dari Salim bin Abdullah dari bapaknya bahwa Rasulullah Saw pernah memberikan zakat kepada Umar bin Al Khaththab ra, maka Umar pun berkata, "Wahai Rasulullah, berikanlah kepada orang yang lebih fakir dariku." Maka Rasulullah Saw pun bersabda kepadanya: "Ambil dan pergunakanlah untuk keperluanmu, atau sedekahkan. Dan apabila kamu diberi sesuatu oleh seseorang, padahal kamu tidak mengharapkannya dan tidak pula meminta-mintanya, maka terimalah pemberian itu. Namun janganlah hawa nafsumu diperturutkan padanya. (Jangan ambisi dan meminta-minta)" (HR. Muslim, hadits no 1732)

Hikmah Hadits ;
1. Anjuran untuk senantiasa bersikap iffah, yaitu sikap menjaga kehormatan diri dengan rasa bersyukur dan merasa cukup atas segala anugerah dan nikmat dari Allah Swt serta menahan diri dari sikap mengharapkan pemberian orang lain atau meminta-minta dari orang lain.
2. Namun dalam hal ketika ada sesorang yang datang dan memberikan sesuatu kepada kita, baik pemberian tersebut adalah berupa zakat, infak, shadaqah, hibah maupun hadiah tertentu (tentu yang tidak terkait dengan jabatan dan kedudukan serta bukan termasuk risywah dan syubhat), maka janganlah kita menolaknya dan sebaiknya justru menerimanya dengan baik. Dan akan menjadi lebih baik lagi jika kita juga turut mendoakan orang yang memberikannya kepada kita. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Saw kepada Umar bin Khattab yang pada mulanya menolak pemberian dari Rasulullah Saw, lalu beliau Saw menasehatinya agar menerima dan tidak menolaknya. Karena bisa jadi, ada karunia dan keberkahan Allah Swt dalam pemberian tersebut, sekaligus menyenangkan hati si pemberi (idkhalus surur) serta menjadi sarana untuk saling mempererat ukhuwah Islamiyah.
3. Bahwa setiap manusia pasti memiliki kecenderungan terhadap harta, namun belum tentu semua kecenderungan terhadap harta adalah negatif. Karena sebaik-baik harta adalah harta yang berada di tangan orang-orang yang baik. Namun yang tercela adalah manakala jiwa dan orientasi kita sudah terbutakan dengan ambisi hanya tethadap harta. Ya Allah, anugerahilah kami rizki dan karunia-Mu yang baik, halal, thayib dan berkah serta jadikanlah hati2 kami semua sebagai hati yang iffah yang senantiasa menjaga kehormatan diri dan jiwa dari sifat dan sikap yang tercela... Amiiiin

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 103. Hakekat Orang Yang Meminta-Minta

Rehad (Renungan Hadits) 103
Hakekat Orang Yang Meminta-Minta

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الْمِسْكِينُ بِهَذَا الطَّوَّافِ الَّذِي يَطُوفُ عَلَى النَّاسِ فَتَرُدُّهُ اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ وَالتَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ، قَالُوا فَمَا الْمِسْكِينُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ الَّذِي لَا يَجِدُ غِنًى يُغْنِيهِ وَلَا يُفْطَنُ لَهُ فَيُتَصَدَّقَ عَلَيْهِ وَلَا يَسْأَلُ النَّاسَ شَيْئًا (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, Bukanlah orang miskin itu orang yang berkeliling meminta-minta kepada manusia, lalu ia diberi sesuap atau dua suap makanan, atau sebutir dua butir kurma." Para sahabat bertanya, "Jika demikian, seperti apakah orang yang miskin itu?" Beliau menjawab: "Sesungguhnya orang miskin itu adalah mereka yang tidak memiliki apa-apa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun keadaannya tidak diketahui orang lain, agar orang bersedekah padanya, serta ia tidak pula meminta-minta ke sana ke mari." (HR. Muslim, hadits no. 1722)

Hikmah Hadits ;
1. Akhlak dan etika yang baik, yang diajarkan oleh Nabi Saw kepada umatnya agar mereka tidak meminta-minta kepada orang lain, demi mengharap belas kasihan mendapatkan sesuap dua suap makanan atau mengaharapkan pemberian. Karena sesungguhnya meminta-minta, bukanlah merupakan sifat yang terpuji, dan oleh karenanya hendaknya dihindari, sebisa mungkin.
2. Bahwa orang yang suka meminta-minta, berkeliling mengharapkan pemberian orang lain, pada hakekatnya mereka bukanlah orang yang benar-benar miskin. Karena bisa jadi sikap mentalnya lah yang membuatnya suka meminta, dan hilang kemandiriannya dalam mencari ma'isyah (nafkah kebutuhan hidup), padahal bisa jadi kehidupannya tidak benar2 miskin. Adapun orang miskin adalah orang yang tidak memiliki apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tiada satupun yang dapat menafkahinya namun mereka "malu" untuk meminta atau menerima pemberian orang lain. Kepada mereka yang seperti inilah seharusnya pemberian seperti infak sedekah disalurkan. Meskipun di sisi lainnya, kita juga tidak boleh membentak atau menghardik orang yang datang dan meminta sesuatu kepada kita, karena membentak dan menghardik juga bukan sifat yang terpuji. Jika ingin memberi, berilah dengan baik namun jika akan menolaknya, maka tolaklah juga dengan bahasa dan ungkapan yang baik pula, sebagaimana firman Allah Swt, "Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya." (QS. 93 : 10)
3. Pentingnya peran Lembaga Amil Zakat, yang amanah dan profesional dalam menyalurkan zakat infak shadaqah masyarakat, agar disalurkan kepada yang benar2 berhak menerimanya, yaitu kepada orang2 yang benar miskin namun mereka malu untuk meminta-minta. Semoga Allah Swt menjadikan kita semua sebagai orang2 yang dihiasi dengan sifat, akhlak dan etika yang baik, serta diberikan keberkahan dalam harta dan rizki kita.. Amiiin Ya Rabbal Alamiin.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.

Rehad (Renungan Hadits) 102
Ketika Rizki Diterima Dengan Keikhlasan Hati

عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَانِي، ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي، ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي، ثُمَّ قَالَ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ ،فَمَنْ أَخَذَهُ بِطِيبِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ ،وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيه،ِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ، وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى (رواه مسلم)
Dari Hakim bin Hizam ra berkata, aku meminta sedekah kepada Nabi Saw, maka beliau pun memberikannya padaku, kemudian aku meminta lagi, maka diberikannya lagi, kemudian aku meminta lagi, maka beliau pun memberikannya lagi. Sesudah itu, beliau bersabda: "Sesungguhnya harta itu hijau dan manis. Maka siapa yang menerimanya dengan hati yang baik, niscaya ia akan mendapatkan keberkahannya. Namun, barang siapa yang menerimanya dengan nafsu serakah, maka dia tidak akan mendapat keberkahannya. Dia akan seperti orang yang makan, namun tidak pernah merasa kenyang. Dan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah." (HR. Muslim, hadits no. 1379)

Hikmah Hadits ;
1. Kedermawanan Nabi Saw, yang selalu memberikan apapun yang beliau miliki terhadap orang yang memintanya, kendatipun orang tersebut meminta berulang-ulang kepada beliau, beliau tetap memberinya. Dan cara Nabi Saw yang bijak dalam memberikan nasehat kepada para sahabatnya, sehingga tidak menyinggung perasaan orang yang diberi nasehat. Hal ini sebagaimana nasehat beliau kepada Hakim bin Hizam yang berulang2 meminta sedekah kepada beliau, dan beliau menasehatinya secara bijak dan baik, agar jangan selalu meminta-meminta dan berusaha menjadi yang memberi.
2. Bahwa harta yang menjadi hak dan milik kita, akan diberikan keberkahannya oleh Allah Swt bilamana kita menerimanya dengan hati yang baik, ikhlas dan penuh dengan keridhaan. Karena dengan demikian berarti kita mensyukuri nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita. Sebaliknya, jika rizki yang kita terima justru diiringi dengan rasa tiada puas, selalu merasa kurang dan diselimuti nafsu keserakahan, maka Allah Swt akan mencabut keberkahan rizki tersebut, karena berarti kita tidak mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada kita. Dia diibaratkan seperti orang yang memakan makanan, namun tiada pernah merasa kenyang; selalu ingin makan dan makan lagi, na'udzubillahi min dzalik.
3. Pujian terhadap orang yang selalu berusaha memberi (tangan diatas) dan selalu menolong serta membantu orang lain. Dan himbauan agar jangan menjadi orang yang selalu meminta dan berharap pemberian dari orang lain, meskipun sekedar meminta pemberian oleh-oleh atau pemberian lainnya. Karena memberi adalah implementasi syukur, dan meminta adalah seolah kita kurang bersyukur.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 101
Antara Tangan Di Atas Dengan Tangan Di Bawah

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَهُوَ يَذْكُرُ الصَّدَقَةَ وَالتَّعَفُّفَ عَنْ الْمَسْأَلَةِ، الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى، وَالْيَدُ الْعُلْيَا الْمُنْفِقَةُ وَالسُّفْلَى السَّائِلَةُ (رواه مسلم)
Dari Abdullah bin Umar ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, sedangkan beliau berkhutbah di atas mimbar. Beliau menganjurkan sedekah dan melarang meminta-minta. Sabda beliau: "Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang dibawah. Tangan di atas adalah tangan pemberi sementara tangan yang di bawah adalah tangan peminta-minta." (HR. Muslim, hadits no. 1715).

Hikmah Hadits ;
1. Sedekah berasal dari kata shadaqah yang secara bahasa tersusun dari huruf shad (ص), dal (د) dan qaf (ق) yang secara bahasa berarti benar dan jujur. Memberi sesuatu kepada orang lain, baik bersifat materi maupun inmateri dinamakan shadaqah yang berarti benar, adalah karena orang yang imannya benar, insya Allah dia akan rajin, rutin dan sering bershadaqah. Membenarkan hal ini adalah firman Allah Swt, dimana ketika orang diberi tangguh dari ajalnya, maka yang akan pertama dia lakukan adalah bersedekah ; "Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" (QS.  63 : 10)
2. Selain merupakan tanda iman, shadaqah juga termasuk amalan terbaik, yang kelak akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Swt, bahkan hingga mencapai 700 kali lipatnya (sebagaimana substansi firman Allah Swt QS. 2 : 261). Dan juga bahwa tangan orang yang selalu bersedekah dan memberi, dia akan lebih baik dan lebih mulia dibandingkan dengan tangan orang yang selalu meminta atau menerima pemberian orang lain. Maka alangkah indahnya jika setiap kita senantiasa berusaha untuk selalu memberi atas kelebihan yang dia miliki. Karena ia akan menjadi yang terbaik di mata Allah Swt.
3. Bahwa bersedekah, walaupun konotasi utamanya adalah pada mensedekahkan harta, namun sesungguhnya dia tidak harus berwujud harta. Beberapa riwayat menjelaskan, memberikan wajah ceria (senyuman) adalah sedekah, menyingkirkan duri dari jalanan juga sedekah, dan setiap kebaikan juga meripakan sedekah. Maka, bersedekahlah dengan "kelapangan" apapun yang Allah berikan kepada kita. Kita bisa bersedekah dengan harta benda kita, atau bersedekah dengan fikiran kita, dengan tenanga kita, dengan ilmu kita, dengan waktu kita, atau dengan apa saja yang kita miliki. Karena insya Allah setiap kebaikan yang ditujukan untuk orang lain, dengan makaud mengharap keridhaan Allah Swt adalah termasuk sedekah. Mudah2an kita semua termasuk ke dalam ahli shadaqah...

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 100
Ada Naungan Allah Kelak, Di Hari Tiada Nanungan Kecuali Naungan-Nya

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ، الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللَّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُه،ُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw, bersabda: "Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah, pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya, yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, seorang laki-laki yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah yang mereka berkumpul karena-Nya dan juga berpisah karena-Nya, seorang laki-laki yang dirayu oleh wanita bangsawan lagi cantik untuk berbuat mesum lalu ia menolak seraya berkata, 'Aku takut kepada Allah.' Dan seorang yang bersedekah dengan diam-diam, sehingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kirinya. Dan yang terakhir adalah seorang yang menetes air matanya saat berdzikir, mengingat dan menyebut nama Allah dalam kesunyian." (HR. Muslim, hadits no. 1712)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa hari akhirat adalah haq adanya. Dan bahwasanya kelak setiap manusia akan dikumpulkan di padang Mahsyar untuk dihisab segala amal perbuatannya. Dan pada saat tersebut, tiafa yang dapat memberikan pertolongan kecuali hanya Allah Swt. Dan pada saat tersebut, semua manusia akan merasakan panas yang luar biasa, seolah matahari berada sejengkal saja dari ubun2 kepalanya. Kecuali ada 7 golongan manusia yang tidak akan merasakan panas, karena mereka akan mendapatkan naungan dari Allah Swt di hari tersebut. Mereka adalah :
#1. Pemimpin yang adil, yang mencintai dan dicintai rakyatnya, yang selalu berusaha mengembalikan hak2 rakyatnya yang terdzalimi, yang memenuhi kebutuhan rakyatnya, baik kebutuhan duniawi maupun kebutuhan ukhrawi.
#2. Pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah Swt. Dari masa kecil hingga dewasanya, selalu digunakan untuk ibadah dan ketaatan kepada Allah Swt, bukan berfoya-foya dan menghamburkan waktu demi kesenangan masa mudanya semata.
#3. Orang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid. Kemanapun dan dimanapun, selalu masjid menjadi penentram hatinya, dan menjadi obsesi aktivitasnya, serta menjadi sentranya dalam mengerjakan shalatnya.
#4. Orang yang saling mencintai karena Allah, mereka tidak saling bertemu dan tidak saling berpisah, kecuali hanya karena Allah Swt. Mereka berukhuwah hanya karena Allah Swt, terbebas dari segala kepentingan dan orientasi duniawi.
#5. Seorang pemuda yang tidak tergoda oleh rayuan wanita cantik, kaya dan bertahta. Karenanya hatinya takut kepada Allah Swt, sehingga ketika dirayu agar dirinya terjerembab dalam kenistaan, hati dan lisannya dengan tegas akan menolaknya, karena dalam dirinya Allah adalah yang paling ditakutinya.
#6. Orang yang menyembunyikan sedekahnya, sehingga hanya Allah saja yang mengetahuinya. Ia tulus dan ikhlas dalam mendermakan hartanya. Bukan pujian dan sanjungan yang diinginkannya, namun ridha Allah yang menjadi tujuannya.
#7. Seseorang yang selalu meneteskan air matanya dalam kesunyian dan kesendiriannya, di tengah gelapnya malam lantaran takut kepada Allah Swt, yaitu takut akan murka dan adzabnya. Ia selalu khawatir akan murka Allah Swt.
2. Maka, ada baiknya kita berusaha agar kelak di Yaumul Akhir mendapatkan naungan Allah Swt, dengan berusaha beramal dengan 7 sifat mulia di atas. Dan mudah2an kita termasuk di dalamnya. Ya Allah, berikanlah kami naungan-Mu kelak, di hari dimana tiada yang dapat memberikan naungan kecuali hanya Engkau Ya Rabb...

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.

Rehad (Renungan Hadits) 99
Ketika Pintu Surga Memanggil-Manggil Ahli Surga

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ نُودِيَ فِي الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا خَيْر،ٌ فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلَاةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلَاةِ ،وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَة،ِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ، قَالَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا عَلَى أَحَدٍ يُدْعَى مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ مِنْ ضَرُورَةٍ فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ كُلِّهَا؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَمْ وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُم (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Barangsiapa yang bersedekah sepasang kuda perang untuk membela agama Allah (fi sabilillah), maka ia akan dipanggil kelak di dalam surga, 'Wahai hamba Allah! Inilah pahala kebaikanmu.' Dan barang siapa yang rajin mengerjakan shalat, maka dia akan dipanggil dari pintu shalat; dan barang siapa yang ikut berjihad untuk menegakkan agama Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu jihad; dan barang siapa yang rajin bersedekah, maka dia akan dipanggil dari pintu sedekah; dan barang siapa yang rajin berpuasa, maka dia akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyan." Kemudian Abu Bakar bertanya, "Wahai Rasulullah, adakah nanti orang yang dipanggil-panggil dari semua pintu-pintu tersebut?" Rasulullah Saw bersabda, "Ya, ada, dan aku berharap kamu adalah salah seorang diantara mereka." (HR. Muslim, hadits no. 1705)

Hikmah Hadits :
1. Bahwa surga memiliki pintu-pintu, yang akan menjadi jalan masuk bagi calon penghuninya, sesuai dengan amalan yang dilakukannya. Orang yang ahli sedekah, maka akan dipanggil masuk surga melalui pintu sedekah, orang yang ahli shalat ia alan dipanggil masuk surga melalui pintu shalat, demikian juga orang yang ahli jihad dan ahli puasa, maka ia akan dipanggil untuk masuk surga melalui pintunya masing-masing. Subhanallah, mudah2an kita termasuk ke dalam golongan orang2 yang kelak dipanggil dari salah satu pintu surga tersebut.
2. Pentingnya membaguskan dan memaksimalkan salah satu amal shaleh, yang dikerjakan secara ikhlas dan sempurna, yang mudah2an kelak dapat kita bangga2kan di hadapan Allah Swt. Apabila kita dikaruniai rizki yang cukup, maka jadilah ahli sedekah dari harta yang terbaik dan rutinitas yang juga baik. Apabila kita mudah berpuasa sunnah, maka lakukanlah puasa sunnah secara rutin, baik dan ikhlas karena Allah Swt, mudah2an kita bisa dipanggil masuk surga melalui pintu Ar-Rayan. Demikian seterusnya, yang terpenting kita memiliki satu amalan yang kelak dapat kita baggakan di hadapan Allah Swt, yang mudah2an bisa menjadi sarana untuk mendapatkan keridhaan Allah Swt dan masuk ke dalam surga-Nya.
3. Keutamaan Abu Bakar As-Shiddiq ra, karena beliau merupakan seorang sahabat yang di semua sisi amal shaleh, selalu beliau kerjakan secara ikhlas, baik, benar dan maksimal. Banyak sekali riwayat yang menggambarkan hal tersebut. Beliau sangat antusias dalam sedekah, itqan dalam ibadah, teguh dalam keimanan, ringan tangan dalam amal sosial, dsb. Cukuplah menjadi saksi hal tersebut, ungkapan Umar bin Khattab ttg beliau;
قَالَ عُمَرَ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، لَوْ وُزِنَ إِيْمَانُ أَبِيْ بَكْرٍ بِإِيْمَانِ أَهْلِ اْلأَرْضِ لَرَجَّحَ بِهِمْ
“Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh umat maka akan lebih berat keimanan Abu Bakar.” (Syu’abul Iman, bab al-Qaul fi ziyadatil Iman wa Naqshanih; I/69)

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 98
Ketika Rizki Yang Haram Menjadi Penghalang Diterimanya Doa & Amal Ibadah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا، وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ، فَقَالَ { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ } وَقَالَ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ } ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ ،فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata; bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: 'Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.' (QS. 23 : 51), Dan Allah juga berfirman: 'Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.'" (QS. 2 : 172). Kemudian Nabi Saw menceritakan tentang seorang laki-laki yang panjang perjalanannya, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo'a: "Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku." Padahal, makanannya haram (dibeli dari uang haram), minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram. Maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do'anya?." (HR. Muslim, hadits no. 1686)

Hikmah Hadits :
1. Pentingnya mencari rizki yang baik, halal dan thayib. Karena Allah Swt adalah Maha Baik, dan Allah tidak akan menerima segala amal ibadah kecuali yang berasal dari rizki yang baik, halal dan thayib saja. Karena rizki dan karunia Allah sangat luas, dan kita diperintahkan untuk menempuh cara mencari rizki dengan cara yang baik dan halal. Demikian pulalah Allah Swt memerintahkan para Rasul dan seluruh hamba-hamba-Nya sebagaimana telah difirmankan-Nya dalam Al-Qur'an.
2. Bahwa rizki yang diperoleh secara tidak halal atau tidak sah, seperti mengambil hak orang lain, curang dalam takaran dan timbangan, transaksi yang tidak sesuai dengan syariah, dsb yang kemudian digunakan untuk ibadah (seperti utk zakat infak shadaqah) atau menjadi sarana dalam ibadah (seperti untuk biaya haji, umrah, atau utk beli pakaian, makanan dan kebutuhan hidup lainnya), maka hal tersebut akan menjadi penyebab tidak diterimanya ibadah dan segala doanya oleh Allah Swt. Hal ini sebagaimana yg disabdakan Nabi Saw perihal seseorang yang perjalanannya untuk ibadah sangat panjang (spt sedang melaksanakan haji dan umrah), hingga pakaiannya lusuh dan masai krn panjangnya perjalannya. Bahkan ia mengangkat kedua tangannya memohon kepada Allah Swt, namun Allah tiada menerima amal ibadah dan doa-doanya lantaran makanan, minuman, pakaian dan kebutuhan hidupnya, dipenuhi dengan rizki yang perolehannya secara haram.
3. Maka sebagai hamba Allah Swt dan pengikut Nabi Saw yang setia, mari kita bersama berusaha semaksimal kita untuk tidak mendapatkan rizki kecuali yang benar-benar kita yakini kehalalannya, terhindar dari segala yg syubhat bahkan yang haram. Karena rizki yang haram, akan menjadi bumerang di Hari Kiamat dan menjadi penyebab tidak diterima dan tidak dikabulkannya amal ibadah serta doa seseorang. Na'udzubillahi min dzalik.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.

Rehad (Renungan Hadits) 97
Setiap Kebaikan Akan Menghindarkan Kita Dari Api Neraka

عن عَائِشَةَ تَقُولُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِي آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلَاثِ مِائَةِ مَفْصِلٍ، فَمَنْ كَبَّرَ اللَّهَ، وَحَمِدَ اللَّه،َ وَهَلَّلَ اللَّهَ، وَسَبَّحَ اللَّهَ، وَاسْتَغْفَرَ اللَّهَ، وَعَزَلَ حَجَرًا عَنْ طَرِيقِ النَّاسِ، أَوْ شَوْكَةً أَوْ عَظْمًا عَنْ طَرِيقِ النَّاسِ، وَأَمَرَ بِمَعْرُوفٍ أَوْ نَهَى عَنْ مُنْكَرٍ، عَدَدَ تِلْكَ السِّتِّينَ وَالثَّلَاثِ مِائَةِ السُّلَامَى، فَإِنَّهُ يَمْشِي يَوْمَئِذٍ وَقَدْ زَحْزَحَ نَفْسَهُ عَنْ النَّارِ  (رواه مسلم)
Dari Aisyah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya setiap manusia dari anak cucu Adam terlahir dengan tiga ratus enam puluh ruas persendian. Barangsiapa yang bertakbir, bertahmid, bertahlil, bertasbih serta memohon ampun Allah, menyingkirkan bebatuan, duri-durian atau tulang belulang dari jalan yang biasa dilewati manusia, serta menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar adalah sebanding dengan tiga ratus enam puluh jumlah persendian kebaikan. Sungguh pada hari itu ia akan berjalan sedang ia telah menjauhkan dirinya dari adzab api neraka." (HR. Muslim, hadits no. 1675).

Hikmah Hadits :
1. Setiap kebaikan yang dilakukan oleh seorang muslim yang ditujukan untuk mendapatkan keridhaan Allah Swt baik berupa tasbih, tahmid, tahlil, takbir, istighfar,  menyingkirkan duri, batu, tulang belulang dari jalanan, menganjurkarkan yang ma'ruf dan mencegah kemungkaran, serta segala kebaikan lainnya akan dihitung sebanyak 360 kali kebaikan sama persis dengan jumlah seluruh ruas persendian dalam diri manusia.
2. Bahwa setiap kebaikan yang dilakukan seseorang apapun bentuknya, maka selain akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Swt menjadi 360 kali kebaikan, ternyata juga akan menjadi penyebab dihindarkannya ia dari api neraka.
3. Maka alangkah indahnya apabila dalam keseharian kita, atau dalam setiap detik waktu yang menghantarkan kita pada perputaran zaman, senantiasa kita iringi dengan segala bentuk amal kebajikan, karena dengan demikian insya Allah akan menjadikan kita mendapatkan dua kebaikan sekaligus, yaitu dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Swt menjadi 360 kebaikan dan dihindarkannya kita dari dahsyatnya azab neraka...

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 96
Ketika Puasa Sunnah Dilaksanakan Saat Safar (Perjalanan)

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَرَأَى رَجُلًا قَدْ اجْتَمَعَ النَّاسُ عَلَيْهِ وَقَدْ ظُلِّلَ عَلَيْه،ِ فَقَالَ مَا لَه؟ُ قَالُوا رَجُلٌ صَائِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ مِنْ الْبِرِّ أَنْ تَصُومُوا فِي السَّفَرِ  (رواه مسلم)
Dari Jabir bin Abdullah ra berkata, bahwa suatu ketika Rasulullah Saw berada dalam suatu perjalanan, lalu beliau melihat seseorang sedang dikerumuni oleh orang banyak dan dibawa ke tempat yang teduh. Kemudian beliau bertanya, "Mengapa dia?" mereka menjawab, "Ia sedang berpuasa." Maka Rasulullah Saw bersabda: "Bukan termasuk kebaikan, kalian berpuasa (sunnah) saat perjalanan (safar)." (HR. Muslim)

Hikmah Hadits ;
1. Puasa sunnah merupakan salah satu kebaikan yang mulia dan mendapatkan keutamaan tersendiri di sisi Allah Swt. Dan Rasulullah Saw adalah menjadi ketauladanan dalam menjalankan ibadah puasa, terutama dalam puasa sunnah.
2. Namun Islam mengajarkan juga perihal pentingnya menjaga kesehatan dan kondisi tubuh, dimana tidak seyogianya seseorang "memaksakan" suatu amaliyah tertentu yang dapat berakibat kurang baik atau mudharat bagi dirinya sendiri, atau mengakibatkan kekecewaan orang lain. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas dimana ada seorang sahabat yang nyaris pingsan atau kepayahan lantaran ia berpuasa sunnah saat sedang musafir, hingga menyebabkan dirinya kepayahan dan nyaris pingsan. Maka Nabi Saw justru mengatakan bahwa bukan termasuk kebaikan apabila musafir kita berpuasa sunnah. Bahkan dalam riwayat lainnya disebutkan, "bukan termasuk sunnah seseorang berpergian dalam keadaan berpuasa (sunnah).
3. Maka, jika kita sedang dalam rangkaian perjalanan panjang, misalnya untuk bersillaturrahim ke kerabat keluarga dan handai taulan terutama yang berada di luar kota yang perjalanannya cukup melelahkan, maka sebaiknya tidak memaksakan diri untuk berpuasa sunnah, apalagi jika berpotensi memberikan mudharat kepada diri kita sendiri dan anjurannya justru tidak berpuasa sunnah. Terlebih ketika keluarga besar yg jauh di sana juga telah "bersusah payah" menyiapkan hidangan demi menyambut kedatatangan kita, yang apabila tidak kita nikmati akan mengecewakan mereka. Maka, apabila hendak berpuasa sunnah anjurannya adalah ketika tidak sedang musafir.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 095. Samudra Sedekah Dalam Kehidupan

Rehad (Renungan Hadits) 95
Samudra Sedekah Dalam Kehidupan

 عَنْ أَبِي ذَرٍّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم،َ يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالْأُجُور،ِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ، وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ، قَالَ أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُون؟َ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَة،ً وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَة،ٌ وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَة،ٌ وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَة،ٌ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ؟ قَالَ أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلَالِ كَانَ لَهُ أَجْرًا (رواه مسلم)
Dari Abu Dzar ra berkata, bahwa beberapa sahabat Nabi Saw bertanya kepada beliau, "Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah pergi meninggalkan kita dengan membawa pahala yang banyak. Mereka shalat sebagaimana kita shalat, mereka berpuasa sebagaimana kita puasa namun mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka." Maka beliau pun bersabda: "Bukankah Allah telah menjadikan berbagai macam cara kepada kalian untuk bersedekah? Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, amar ma'ruf nahi munkar adalah sedekah, bahkan pada berhubungan suami istri dari kalian pun adalah sedekah." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah salah seorang diantara kami menyalurkan nafsu syahwatnya, dia mendapatkan pahala?" beliau menjawab: "Bagaimana sekiranya kalian meletakkannya pada yang haram, bukankah kalian berdosa? Begitu pun sebaliknya, bila kalian meletakkannya pada tempat yang halal, maka kalian akan mendapatkan pahala." (HR. Muslim, hadits no 1674).

Hikmah Hadits ;
1. Luasnya cakupan dan makna sedekah dalam kehidupan, yaitu bahwa sedekah merambah pada semua sisi kehidupan manusia. Karena segala dzikir adalah sedekah, mengajak kebaikan dan menghindarkan manusia dari kemungkaran juga sedekah, memberikan senyuman adalah sedekah, menyingkirkan duri dari jalan juga sedekah, bersilaturrahim ke kerabat keluarga juga merupakan sedekah, bahkan hingga hubungan suami istri juga dihitung sebagai sedekah. Karena pada dasarnya segala kebaikan yang kita lakukan terhadap orang lain, baik bersifat memberikan materi maupun non materi semuanya adalah sedekah.
2. Keutamaan para sahabat yang memiliki kelebihan harta, dimana selain melaksanakan amal ibadah sebagaimana para sahabat lainnya, mereka juga selalu gemar berinfak shadaqah dengan kelebihan harta yang mereka miliki. Inilah yang menjadikan sebagaian sahabat lainnya yg miskin menjadi gusar, karena mereka tdk mampu bersedekah sebagaimana mereka bersedekah. Walaupun pada akhirnya Nabi Saw menghibur mereka dengan berbagai hal yang dapat menyamai pahala sedekah, namun tetap saja hal2 tersebut tdk dapat menyamai keutamaan dan pahala sedekah sebagaimana yang dilakukan para sahabat yang memiliki kelebihan harta. Jadi, tersirat adanya keutamaan dan keistimewaan orang yang selalu bersedekah dengan kelebihan rizki mereka, dan oleh karenanya kita sangat dianjurkan untuk mendawamkan sedekah dalam kehidupan kita.
3. Sedekah utamanya diberikan kepada kerabat terdekat kita; semakin dekat dengan kita semakin baik. Berbeda dengan zakat yang semakin jauh penerimanya dengan kita adalah semakin bagus (secara kekerabatan). Maka tradisi "memberikan" uang lebaran kepada kerabat keluarga yg biasa dilakukan di hari raya, insya Allah bernilai sedekah jika diniatkan ikhlas sebagai sedekah krn Allah, bukan sekedar kesenangan dan bagi-bagi uang saja. Maka mari ikhlaskan niat utk saling memberi hanya karena Allah Swt yang insya Allah akan bernilai pahala yg mulia di sisi Allah kelak...

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 94
Hikmah Zakat Fitri Sebagai Penyempurna Shaum Ramadhan

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ عَلَى النَّاسِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى كُلِّ حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى مِنْ الْمُسْلِمِينَ (رواه مسلم)
Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah Saw mewajibkan zakat Fitri di bulan Ramadhan bagi setiap muslim, baik merdeka atau hamba sahaya, laki-laki ataupun perempuan, yaitu satu sha' kurma atau satu sha' gandum. (HR. Muslim, hadits no. 1635)

Hikmah Hadits :
1. Tanpa terasa, Ramadhan kan segera usai berjalan meninggalkan kita. Meski tentu ada guratan rasa sedih dan duka, namun hendaklah sedih dan duka jangan berkepanjangan, karena ada hal istimewa lainnya di balik usainya Ramadhan kan tiba, yaitu adanya Hari Raya Idul Fitri, hari raya umat Islam di seluruh penjuru dunia dan juga merupakan hari berbuka untuk makan dan minum sebagai ungkapan syukur kepada Allah Swt.  Maka oleh karenanya, sebelum dilaksanakannya shalat Idul Fitri, umat Islam diwajibkan untuk menunaikan zakat ftri terlebih dahulu, yang diberikan kepada fakir dan miskin, serta orang yang papa dan tak punya agar di hari istimewa ini, merekapun bisa berbahagia, makan dan minum bersama anggota keluarganya. Karena salah satu tujuan dari zakat fitri adalah agar orang papa dan tak punya terpenuhi segala kebutuhan makan minumnya, tidak meminta-minta apalagi justru berpuasa karena tiada yang dapat mencukupinya.
2. Zakat fitri diwajibkan bagi setiap muslim dan muslimah, laki-laki maupun perempuan, orang merdeka maupun hamba sahaya, tua maupun muda, bahkan miskin maupun kaya, selama ia berkemampuan untuk mengeluarkannya. Besarannya hanya satu sha' dari makanan pokok kita, yang dengan takaran kita, adalah sekitar 2,176 gr atau disempurnakan 2,5 kg atau 3,5 liter beras. Terkecuali apabila tiada apapun yang dapat dikeluarkannya untuk menunaikan zakat fitrinya, maka barulah gugur kewajibannya berzakat fitri baginya.
3. Zakat fitri wajib dikeluarkan oleh setiap jiwa, dengan waktu yang paling lambat adalah sebelum shalat Ied di Hari Raya dilaksanakan. Melewati waktu itu, maka batallah zakat fitrahnya dan hanya menjadi shadaqah saja. Maka hendaknya setiap kita tidak lupa ataupun alpa untuk mengeluarkannya, karena zakat fitri sarat akan hikmah dan nilai yang mulia, diantaranya adalah :
#1. Membersihkan dan mensucikan orang yang berpuasa, dari perbuatan dan perkataan dosa sia-sia selama ia menjalankan ibadah puasanya. Atau dgn kata lain, menjadi penyempurna dari kekurangan ibadah shaumnya.
#2. Mencukupkan kebutuhan orang fakir miskin dan papa, agar di hari raya mereka tidak meminta-minta dan tercukupi semua kebutuhannya. Sekaligus melatih kepekaan kita akan terhadap kaum dhuafa.
#3. Menciptakan harmoni amal jama'i dalam masyarakat Islami, dimana tercipta suasana saling tolong dan membantu serta bahu membahu untuk kebahagiaan bersama. Semoga di hari raya Idul Fitri, kita benar-benar menjadi fitri dengan mendapatkan ampunan dari segala dosa dan salah serta termasuk ke dalam golongan orang-orang bertakwa... Amiiin

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 93
Ketika Perjalanan Mudik Menjadi Sebab Mendapatkan Cinta Allah Swt

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى، فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا، فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ أَيْنَ تُرِيد؟ُ قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَة،ِ قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا؟ قَالَ لَا غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ فَإِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيه (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Saw bersabda, "Pada suatu ketika ada seorang lelaki yang mengunjungi saudaranya di kota lain. Kemudian Allah Swt mengutus seorang malaikat untuk menemui orang tersebut. Ketika orang itu ditengah perjalanannya ke kota yang dituju, maka malaikat tersebut bertanya; 'Hendak pergi ke mana kamu? ' Orang itu menjawab; 'Saya akan menjenguk saudara saya yang berada di kota lain.' Malaikat itu terus bertanya kepadanya; 'Apakah kamu mempunyai satu perkara yang menguntungkan dengannya? ' Laki-laki itu menjawab; 'Tidak, selain saya hanya mencintainya karena Allah Azza wa Jalla.' Akhirnya malaikat itu berkata; 'Sesungguhnya aku ini adalah malaikat utusan yang diutus untuk memberitahukan kepadamu bahwasanya Allah akan senantiasa mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah.' (HR. Muslim, hadits no. 4646)

Hikmah Hadits ;
1. Anjuran untuk bersilaturrahim dan saling mengunjungi antara kerabat keluarga, meskipun mereka berada di tempat lain, yang berbeda kota dengan kita. Karena dalam hadits lainnya, Rasulullah Saw menggambarkan tentang keutamaan silaturrahim, yaitu ; Dari Anas bin Malik ra bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Barangsiapa ingin agar rizkinya dilapangkan untuknya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya ia menyambung tali silaturrahmi." (HR. Muslim).
2. Dan ketika seseorang bersillaturrahim mengunjungi kerabat keluarganya di kampung halamannya yang berbeda kota dengannya dengan niat karena Allah dan juga didasari atas kecintaannya kepada saudaranya tersebut karena Allah Swt, maka insya Allah ia akan mendapatkan cinta dan mahabbah dari Allah Swt. Hal ini sebagaimana gambaran dalam hadits di atas, ketika ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di kota lain, lalu Allah Swt mengutus malaikat dengan rupa seperti manusia, untuk menanyakan perihal maksud dan tujuannya mengunjungi saudaranya, maka ketika orang tersebut mengatakan bahwa ia mengunjunginya karena ia mencintainya karena Allah Swt, maka malaikat tersebut mengatakan, bahwa Allah Swt juga mencintainya, sebagaimana ia mencintai saudaranya karena Allah Swt.
3. Maka ketika mudik ke kampung halaman yang jauh di sana, dengan kamacetan yang luar biasa dan perjalanan yang panjang dan melelahkan, insya Allah tidak akan sia-sia jika diniatkan untuk silaturrahim mengunjungi saudaranya yang dicintainya karena Allah Swt. Setiap langkah perjalanan yang dilaluinya dan setiap detik waktu yang dijalaninya insya Allah akan bernilai ibadah yang mulia dan akan menjadi penyebab hadirny cinta Allah Swt kepada kita. Maka sudahkan kita niatkan mudik kita sebagai sarana untuk sillaturrahim karena Allah? Ataukah hanya untuk sekedar melepas rindu dengan suasana kampung halaman dan kuliner khasnya semata? Maka mari ikhlaskan niat dalam menapaki perjalanan mudik ke kampung halaman, untuk hanya mengharap keridhaan Allah Swt, agar kitapun mendapatkan cinta Allah Swt..

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 92
Berusaha Meraih Kemuliaan Malam Lailatul Qadar

عنِ بْن مَسْعُود رضي الله عنه يَقُول،ُ مَنْ قَامَ السَّنَةَ أَصَابَ لَيْلَةَ الْقَدْر،ِ فَقَالَ أُبَيٌّ وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِنَّهَا لَفِي رَمَضَانَ يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِي، وَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا، هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِين،َ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا (رواه مسلم)
Dari Abdullah bin Mas'ud ra berkata, "Siapa yang melakukan shalat malam sepanjang tahun, niscaya ia akan mendapatkan malam Lailatul Qadr." Ubay berkata, "Demi Allah yang tidak ada ilah (Tuhan) yang berhak disembah selain Allah, sesungguhnya malam itu terdapat dalam bulan Ramadlan. Dan demi Allah, sesungguhnya aku tahu malam apakah itu. Lailatul Qadr itu adalah malam, dimana Rasulullah Saw memerintahkan kami untuk menegakkan shalat di dalamnya, malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah, pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang menyilaukan." (HR. Muslim, hadits no. 1272)

Hikmah Hadits ;
1. Jika bulan Ramadhan merupakan puncak kemuliaan diantara 12 bulan yang ada, maka malam lailatul qadar merupakan malam yang paling mulia diantara seluruh malam-malam di bulan Ramadhan, bahkan malam termulia diantara seluruh malam dalam perjalanan kehidupan manusia dalan setahun perjalanan hidupnya. Bagaimana tidak, malam lailatul qadar merupakan malam diturunkannya Al-Qur'an ke muka bumi, dan pada malam tersebut, para malaikat dan juga Malaikat Jibril turun ke muka Bumi, untuk mengatur segala urusan dan memberikan keselamatan dan kesejahteraan dari Allah Swt kepada seluruh hamba-hamba-Nya. Bahkan Allah Swt memfirmankan dalam Al-Qur'an bahwa malam lailatul qadar adalah malam yang lebih mulia dibandingkan dengan seribu bulan. Mengingat kemuliaan luar biasa yang terdapat pada malam ini dan tidak terdapat dalam malam-malam lainnya.
2. Maka Nabi Saw menganjurkan umatnya agar meraih dan mengejar kemuliaan malam ini, dengan berusaha menggapainya dengan menghidupkan 10 malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana sabdanya, dari Aisyah ra ia, bahwa Rasulullah Saw bersabda; "Cari dan raihlah malam lailatul Qadr dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadlan. (HR. Muslim). Karena dalam riwayat lain, Nabi bersabda Barang siapa yang menegakkan (shalat pada malam) Lailatul Qadr dengan keimanan dan mengharap (pahala dari Allah), maka akan diampuni semua dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Muslim). Ini berarti bahwa jika kita menghidupkan malam lailatul qadar dengan beribadah kepada Allah Swt, maka berarti kita seperti beribadah selama 83 tahun lamanya, dan juga kita akan mendapatkan ampunan dari segala dosa dan kesalahan kita.
3. Ada informasi dari para sahabat, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat di atas, yaitu menurut Ibnu Mas'ud, bahw orang yg biasa rutin melaksanakan shalat malam dalam satu tahun, maka insya Allah ia akan mendapatkan malam lailatul qadar. Sementara sahabat Ubay bin Ka'ab mengemukakan, bahwa di masa Rasulullah Saw beliau mengetahui benar kapan terjadinya malam laialatul qadar, yaitu terjadi di malan yang ke 27 Ramadhan, saat Nabi Saw memerintahkan para sahabat untuk menghidupkan malam tersebut. Dan ciri malam lailatul qadar adalah bahwa pada malam tersebut sangat hening tiada angin yg berhembus namun tidak panas karenanya serta pada pagi harinya matahari akan terbit dengan cahaya yang putih namun tidak menyilaukan mata.
4. Insya Allah, malam ini adalah malam ke 27 di bulan Ramadhan. Kalaulah yg disampaikam sahabat Ubay benar adanya, maka bisa jadi malam ini adalah malam laialatul qadar insya Allah. Maka, mari kita kejar dan raih kemuliaan malam ini, dengan menghidupkan amal ibadah, dzikir dan doa. Tidakkah kita berharap mendapat ampunan Allah? Dan tidakkah kita berharap luasnya karunia dan limpahan pahala dari Allah? Sungguh semua kemuliaan dan ampunan itu ada pada malam laialatul qadar. Dan bisa jadi malam lailatul qadar tersebut akan terjadi pada malam ini. Ya Allah, anugerahilah kami kemuliaan malam lailatul qadar. Dan jadikanlah kami semua sebagai hamba-hamba-Mu yang mendapatkan luasnya samudra ampunan-Mu....

Wallahu A'lam bis shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 91
Keistimewaan Risalah Kenabian Muhammad Saw

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فُضِّلْتُ عَلَى الْأَنْبِيَاءِ بِسِتٍّ أُعْطِيتُ جَوَامِعَ الْكَلِمِ وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ طَهُورًا وَمَسْجِدًا وَأُرْسِلْتُ إِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّونَ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Aku diberi keutamaan dibandingkan denga  para nabi lainnya dengan enam perkara: pertama, aku diberi Jawami' al-Kalim. Kedua, aku ditolong dengan rasa takut (yang dihunjamkan di dada-dada musuhku). Ketiga, ghanimah dihalalkan untukku. Keempat, bumi dijadikan suci untukku dan juga sebagai masjid. Kelima, aku diutus kepada seluruh makhluk. Keenam, para nabi ditutup dengan kerasulanku." (HR. Muslim, hadits no. 812)

Hikmah Hadits ;
1. Keistimewaan kenabian Rasulullah Muhammad Saw dibandingkan dengan para Nabi dan Rasul shalawatullahi alaihim ajma'in lainnya. Hal ini sebagaimana disebutkan Nabi Saw dalam hadits di atas, bahwa beliau diberi enam keistimewaan dibandingkan Nabi dan Rasul lainnya, yaitu :
#1. Nabi Saw diberikan "jawami'ul kalam", yaitu kalimat yang singkat, ringkas dan sederhana namun sarat akan nilai dan makna. Maka kita melihat banyak sekali redaksi hadits-hadits Nabi Saw yang singkat dan ringkas, namun maknanya luas dan mendalam.
#2. Nabi Saw dianugerahi "rasa takut para musuh-musuhnya", khususnya ketika para musuh-musuh Allah Swt tersebut akan berperang melawan Nabi Saw dan para sahabat serta umat Islam. Mereka sudah akan dihantui rasa takut, jauh sebelum berperang melawan Nabi Saw, para sahabat dan umatnya.
#3. Dihalalkannya ghanimah bagi Nabi Saw dan umatnya. Ghanimah adalah harta yang ditinggalkan oleh pasukan kafir yang berperang melawan pasukan Islam di tengah2 medan pertempuran. Maka ghanimah tersebut dihalalkan bagi Nabi dan umatnya yang sebelumnya tidak dihalalkan bagi Nabi-Nabi terdahulu.
#4. Dijadikannya bumi suci sebagai masjid, di belahan bumi manapun. Artinya adalah bahwa Nabi Saw diberi keistimewaan oleh Allah Swt berupa semua tempat dan tanah diseluruh belahan dunia adalah suci bisa digunakan sebagai masjid. Dan hal ini tidak terjadi di masa para Nabi sebelim beliau.
#5. Nabi Saw diutus untuk seluruh umat manusia, mencakup seluruh suku dan bangsa, di seluruh penjuru dunia. Berbeda dengan para Nabi dan Rasul sebelum beliau, yang hanya diutus khusus untuk umatnya saja, bukan untuk seluruh umat manusia.
#6. Bahwa Nabi Saw merupakan penutup para Nabi dan Rasul, atau dengan kata lain bahwa Nabi Muhammad Saw adalah Nabi dan Rasul terakhir, yang tidak ada seorang Nabi dan Rasul pun sesudah beliau, hingga hari Kiamat kelak.
2. Itulah diantara keistimewaan Rasulullah Muhammad SAW yang tidak Allah berikan kepada Nabi dan Rasul sebelum beliau. Maka kita sebagai umat beliau, patutlah bersyukur kepada Allah Swt serta senantiasa mengucapkan shalawat kepada beliau, shallallahu alaihi wasalam.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 090. Memperbanyak Sujud Kepada Allah Swt

Rehad (Renungan Hadits) 90
Memperbanyak Sujud Kepada Allah Swt

عن ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقُلْتُ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ أَعْمَلُهُ يُدْخِلُنِي اللَّهُ بِهِ الْجَنَّة؟َ... فَقَالَ عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّه،ِ فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلَّا رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَة،ً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً (رواه مسلم)
Dari Tsauban ra berkata, aku bertanya kepada Rasulullah Saw, 'Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu amalan yang jika aku kerjakan niscaya Allah akan memasukkanku ke dalam surga?... Maka Rasulullah Saw bersabda, 'Perbanyaklah bersujud kepada Allah Swt. Karena tidaklah kamu bersujud kepada Allah dengan satu kali sujud, melainkan Allah akan meninggikan mu satu derajat dengan sujud tersebut, dan Allah akan menghapuskan satu dosa darimu dengannya'." (HR. Muslim, hadits no. 753)

Hikmah Hadits ;
1. Obsesi para sahabat yang demikian besarnya dalam rangka mengejar kebahagiaan di kehidupan akhirat. Hal ini terlihat dari pertanyaan yang mereka tujukan kepada Rasulullah Saw, dimana mereka sangat berkeinginan kuat untuk bisa masuk ke dalam surga. Sehingga yang mereka tanyakan adalah amalan-amalan apa yang dapat mengantarkan mereka untuk bisa masuk ke dalam surga.
2. Nabi Saw juga demikian bijaknya terhadap para sahabat, dimana ketika ditanyakan amalan yang dapat mengantarkan ke surga, beliau juga memberikan jawaban yang sederhana dan mudah untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Maka Nabi Saw mengatakan bahwa amalan yang dapat memasukkan seseorang ke dalam surga adalah "memperbanyak sujud kepada Allah Swt". Adapun maksud dari memperbanyak sujud kepada Allah adalah dengan senantiasa menjaga dan mengerjakan shalat fardhu yang 5 waktu, dan mengerjakan shalat-shalat yang sunnah, baik yang sunnah mu'akkadah maupun yang ghairu mu'akkadah.
3. Karena insya Allah dengan memperbanyak sujud dalam shalat, maka Allah Swt akan memberikan dua benefit sekaligus, yaitu Allah akan mengangkat satu derajatnya sekaligus akan menghapuskan satu kesalahan dari setiap satu sujud yang dilakukannya. Lagi pula sujud merupakan implementasi dari makna "penghambaan" kita kepada Allah Swt, serta sebagai bentuk meluapkan membuncahnya rasa kebergantungan kita sebagai hamba, hanya kepada-Nya. Maka mari kita jaga shalat dan amal ibadah kita, dan mudah2an kita semua termasuk ke dalam golongan orang2 yang senantiasa bersujud kepadaNya dalan segala amaliyah dan aktivitas kita.... Amiin Ya Rabbal Alamiin.

Wallahu A'lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.

Rehad 089. Thuma'ninah Dalam Shalat

Rehad (Renungan Hadits) 89
Thuma'ninah Dalam Shalat

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِد،َ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَرَدَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّلَامَ، قَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَل،ِّ فَرَجَعَ الرَّجُلُ فَصَلَّى كَمَا كَانَ صَلَّى، ثُمَّ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَلَّمَ عَلَيْه،ِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْكَ السَّلَام،ُ ثُمَّ قَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ، حَتَّى فَعَلَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّات،ٍ فَقَالَ الرَّجُلُ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَ هَذَا، عَلِّمْنِي، قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآن،ِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا، ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw memasuki sebuah masjid, lalu seorang laki-laki datang & melaksanakan shalat. Kemudian dia mengucapkan salam kepada Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw membalas salamnya seraya berkata, 'Kembalilah, ulangilah shalatmu, karena sesungguhnya kamu belum shalat. Lalu ia kembali dan shalat sebagaimana sebelumnya dia shalat. kemudian ia mengucapkan salam kepada beliau. Maka Rasulullah Saw menjawab, 'Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu' kemudian beliau bersabda lagi, 'Kembalilah dan shalatlah lagi, karena kamu belum shalat', hingga dia melakukan hal tersebut tiga kali. Lalu laki-laki tersebut berkata, 'Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak dapat melakukan yang lebih baik selain daripada ini, ajarkanlah kepadaku.' Beliau bersabda, 'Apabila kamu mendirikan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah sesuatu yang mudah dari al-Qur'an, kemudian ruku'lah hingga bertuma'ninah dalam keadaan ruku'. Kemudian angkatlah (kepalamu dari ruku') hingga lurus berdiri, kemudian sujudlah hingga bertuma'ninah dalam keadaan sujud, kemudian angkatlah hingga bertuma'ninah dalam duduk, kemudian lakukan hal tersebut dalam shalatmu semuanya'." (HR. Muslim, hadits no. 602)

Hikmah Hadits ;
1. Pentingnya thumaninah (tenang,  perlahan dan tidak tergesa-gesa) dalam mengerjakan shalat. Bahkan, menurut pendapat ulama Malikiyah, thuma'ninah meruapakan salah satu rukun dalam shalat, yang apabila ditinggalkan maka mengakitbatkan tidak sahnya shalat yang dikerjakan oleh seseorang.
2. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam riwayat di atas, ketika ada seorang laki-laki yang mengerjakan shalat namun tidak thuma'ninah, ia terburu-buru sehingga tidak sempurna takbirnya, ruku'nya, sujudnya, dan bacaannya. Maka seolah Nabi Saw mengatakan kepadanya bahwa shalatnya tidak sah dan Nabi Saw memerintahkannya untuk mengulangi shalatnya. Namun ketika mengulangi shalatnya ia pun masih melakukan hal yang sama seperti shalat sebelumnya. Maka Nabi Saw pun kembali menyuruhnya untuk kembali mengulangi shalatnya, hingga 3 kali seperti itu. Maka tidakkah terbayang oleh kita, apabila kita mengerjakan shalat, seperti shalat tarawih misalnya, lalu kita tergesa-gesa mengerjakannya, hanya berharap agar cepat selesai dengan meninggalkan kethuma'ninahan. Tentu kita tidak berharap kalau kita dianggap seperti tidak melaksanakan shalat sama sekali, atau shalat kita menjadi tidak sah oleh karenanya.
3. Maka oleh karenanya, hendaknya kita berusaha untuk mengerjakan shalat secara thuma'ninah, sebagaimana dipesankan Nabi Saw dalam hadits di atas, yaitu dengan menyempurnakan dan thuma'ninah dalam takbir, ruku', i'tidal, sujud, dan juga dalam bacaan shalat kita, agar shalat kita adalah shalat yang diterima dan diridhai Allah Swt. Ya Allah terimalah shalat kami dan seluruh amal ibadah kami, khususnya ibadah yg kami lakukan di bulan Ramadhan ini... Amiiin Ya Rabbal Alamiin.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 88
Bersikap Bijak Ketika Menjadi Imam Dalam Shalat Berjamaah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَمَّ أَحَدُكُمْ النَّاسَ فَلْيُخَفِّف،ْ فَإِنَّ فِيهِمْ الصَّغِيرَ وَالْكَبِيرَ وَالضَّعِيفَ وَالْمَرِيض،َ فَإِذَا صَلَّى وَحْدَهُ فَلْيُصَلِّ كَيْفَ شَاءَ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, "Apabila salah seorang dari kalian mengimami manusia (dalam shalat berjamaah), maka hendaklah ia meringankannya. Karena di antara mereka ada anak kecil, orang tua, orang yang lemah, dan orang yang sedang sakit. Namun apabila ia shalat sendirian, maka silahkan dia shalat sekehendaknya." (HR. Muslim, hadits no. 714)

Hikmah Hadits ;
1. Pentingnya shalat berjamaah, dimana keutamaan shalat berjamah adalah lebih baik 27 derajat dibandingkan dengan shalat sendirian. Maka oleh karenanya, kaum muslimin sejak zaman Nabi Saw sangat antusias melaksanakan shalat secara berjamaah, baik laki-laki, perempuan, tua, muda, besar, kecil, bahkan orang sakitpun turut antusias mengerjakan shalat berjamaah di masjid.
2. Maka Nabi Saw menganjurkan agar Imam memahami situasi dan kondisi shalat berjamaahnya. Dari aspek kondisi waktu yang tersedia, lingkungan yang ada, termasuk siapa saja yang hadir menunaikan shalat berjamaah. Karena bisa jadi, banyak orang tua, anak-anak, atau bahkan orang sakit yang turut menjadi ma'mumnya. Dan hendaknya Imam bersikap bijak, yaitu tidak terlalu memanjangkan bacaan shalatnya, jika kondisinya demikian adanya. Atau juga jika ada kondisi lainnya, seperti shalat berjamaah di pusat keramaian manusia, seperti di area rumah makan, rest area, terminal, airport, stasiun, rumah sakit, dsb. Karena umumnya mereka adalah orang-orang yang waktunya terbatas, dan antrian untuk melaksanakan shalat juga terkadang cukup panjang, karena keterbatasan kapasitas mushallanya. Maka sebaiknya Imam juga tidak memanjangkan bacaannya, jika kondisinya demikian adanya.
3. Apabila ingin memanjangkan bacaan dalam shalatnya, maka silakan saja ia memanjangkan bacaannya sesuai dengan keinginan hatinya, jika ia sedang shalat sendirian, seperti ketika shalat tahajud sendiri, atau ketika melaksanakan shalat-shalat lainnya. Atau terkecuali juga di tempat-tempat atau acara-acara yang memang sudah dikondisikan sejak awal, atau sudah diberitahu sejak awal, bahwa di masjid tersebut akan melaksanakan shalat malam secara berjamaah dengan bacaan yang cukup panjang.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 88
Bersikap Bijak Ketika Menjadi Imam Dalam Shalat Berjamaah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَمَّ أَحَدُكُمْ النَّاسَ فَلْيُخَفِّف،ْ فَإِنَّ فِيهِمْ الصَّغِيرَ وَالْكَبِيرَ وَالضَّعِيفَ وَالْمَرِيض،َ فَإِذَا صَلَّى وَحْدَهُ فَلْيُصَلِّ كَيْفَ شَاءَ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, "Apabila salah seorang dari kalian mengimami manusia (dalam shalat berjamaah), maka hendaklah ia meringankannya. Karena di antara mereka ada anak kecil, orang tua, orang yang lemah, dan orang yang sedang sakit. Namun apabila ia shalat sendirian, maka silahkan dia shalat sekehendaknya." (HR. Muslim, hadits no. 714)

Hikmah Hadits ;
1. Pentingnya shalat berjamaah, dimana keutamaan shalat berjamah adalah lebih baik 27 derajat dibandingkan dengan shalat sendirian. Maka oleh karenanya, kaum muslimin sejak zaman Nabi Saw sangat antusias melaksanakan shalat secara berjamaah, baik laki-laki, perempuan, tua, muda, besar, kecil, bahkan orang sakitpun turut antusias mengerjakan shalat berjamaah di masjid.
2. Maka Nabi Saw menganjurkan agar Imam memahami situasi dan kondisi shalat berjamaahnya. Dari aspek kondisi waktu yang tersedia, lingkungan yang ada, termasuk siapa saja yang hadir menunaikan shalat berjamaah. Karena bisa jadi, banyak orang tua, anak-anak, atau bahkan orang sakit yang turut menjadi ma'mumnya. Dan hendaknya Imam bersikap bijak, yaitu tidak terlalu memanjangkan bacaan shalatnya, jika kondisinya demikian adanya. Atau juga jika ada kondisi lainnya, seperti shalat berjamaah di pusat keramaian manusia, seperti di area rumah makan, rest area, terminal, airport, stasiun, rumah sakit, dsb. Karena umumnya mereka adalah orang-orang yang waktunya terbatas, dan antrian untuk melaksanakan shalat juga terkadang cukup panjang, karena keterbatasan kapasitas mushallanya. Maka sebaiknya Imam juga tidak memanjangkan bacaannya, jika kondisinya demikian adanya.
3. Apabila ingin memanjangkan bacaan dalam shalatnya, maka silakan saja ia memanjangkan bacaannya sesuai dengan keinginan hatinya, jika ia sedang shalat sendirian, seperti ketika shalat tahajud sendiri, atau ketika melaksanakan shalat-shalat lainnya. Atau terkecuali juga di tempat-tempat atau acara-acara yang memang sudah dikondisikan sejak awal, atau sudah diberitahu sejak awal, bahwa di masjid tersebut akan melaksanakan shalat malam secara berjamaah dengan bacaan yang cukup panjang.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

;;