Tampilkan postingan dengan label Rehad. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rehad. Tampilkan semua postingan

Rehad 239. Kekuatan Jiwa Seorang Mu'min

Rehad (Renungan Hadits) 239
Kekuatan Jiwa Seorang Mu'min

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah raa berkata, "bahwa Rasulullah Saw bersabda, 'Seorang mu'min yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Swt daripada mu'min yang lemah. Pada masing-masing dari keduanya terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan; 'Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu'. Tetapi katakanlah; 'lni sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata 'law' (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan syaitan." (HR. Muslim, hadits no 4816)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa "keimanan" merupakan sumber kekuatan bagi setiap orang yang beriman. Karena iman merupakan energy yang dengannya akan membangkitkan semangat, memunculkan harapan, memberikan inspirasi, menumbuhkan imunitas, dan menguatkan jiwa. Oleh karenanya, sejatinya iman menjadikan seseorang semakin kuat, dan bukan menjadikannya lemah. Itulah sebabnya, "seorang mu'min" yang "kuat", adalah menjadi penyebab datangnya kebaikan dan kecintaan Allah Swt bagi dirinya.
2. Kekuatan sebagaimana yang dimaksud dalam hadits di atas, dapat mencakup berbagai dimensi ;
#1. Al-Quwwah An-Nafsiyah, yaitu kekuatan jiwa dalam artian seorang mu'min seharusnya memiliki mental yang kuat, tidak mudah putus asa, tidak mudah patah semangat, dan selalu optimis serta berposotif thinking.
#2. Al-Quwwah Al-Jasadiyah yaitu kekuatan fisik dalam artian sejatinya seorang mu'min memiliki fisik yang sehat dan kuat, tidak lemah dan tidak mudah lelah. Diriwayatkan bahwa Nabi Saw memiliki fisik yang kuat, yang bahkan ketika para sahabat kesulitan memecahkam batu yang menjadi penghalang ketika membuat parit dalam perang Khandak, maka Nabi Saw yang kemudian memecahkan batu besar tsb dengan tangan beliau.
#3. Al-Quwwah Al-Aqliyah, yaitu kekuatan akal dalam artinya seharusnya setiap muslim memiliki kecerdasan dan kaya dengan ilmu pengetahuan. Karena salah satu konsekwensi iman adalah menuntut ilmu, bahkan wahyu pertama yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Saw adalah perintah utk membaca. Sedangkan membaca merupakan sarana paling efektif dalam menuntut ilmu.
#4. Al-Quwwah Al-Maliyah, yaitu kekuatan finansial, dalam artian seorang muslim idealnya adalah orang yang memiliki kemampual finansial yang cukup, kehadirannya memberikan kontribusi finansial bagi orang lain. Dengan kata lain, seorang muslim idealnya menjadi "muzakki", karena tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
3. Salah satu wujud dari kekuatan jiwa seorang mu'min adalah tidak mudah mengucap kata "andai' atau 'seandainya'. Karena kata-kata seperti itu menggambarkan lemahnya jiwa, khususnya ketika kata tsb diucapkan pada saat terjadinya sesuatu yg tidak diharapkan. Karena seorang mu'min adalah orang yg selalu berpositf thinking (husnudzan) kepada Allah. Apa yang Allah takdirkan, adalah yang terbaik dan paling tepat bagi dirinya. Mudah2an Allah Swt anugerahkan kita kekuatan sebagaimana dimaksud dalam hadits di atas yang oleh karenanya menjadikan kita layak utk mendapatkan cinta Allah Swt. Amiiiin Ya Rabbal Alamiiin.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 238
Hati Insan; Diantara Ketaatan dan Kemaksiatan

عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ (رواه مسلم)
Dari Abdullah bin 'Amru bin Ash ra berkata, bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya hati anak cucu Adam (semua manusia) itu berada di antara dua jari Allah Yang Maha Rahman. Allah Subhanahhu wa Ta'ala akan memalingkan hati siapa saja menurut kehendak-Nya." Kemudian Rasulullah Saw berdoa, 'Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu." (HR. Muslim, hadits no 4798)

Hikmah Hadits ;
1. Hati setiap manusia berada diantara dua pilihan ; berada di jalan ketaatan atau berada dalam jalan kemaksiatan. Terkadang hati merasa nyaman dan senang dalam ketaatan kepada Allah Swt, bahkan terasa "hampa" bila sejengkal saja jauh dari-Nya. Namun terkadang juga hati larut dalam kealpaan, tenggelam dalam jurang kemaksiatan, dan terkubur dalam hawa nafsu yang mengekang. Itulah kondisi hati manusia, yang bahkan dalam riwayat lain digambarkan sebagai berukut ; Fitnah akan dipaparkan pada hati manusia bagaikan tikar yang diurai sehelai demi sehelai. Mana pun hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana pun hati yang tidak dihinggapinya, maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti bekas tembaga berkarat, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali sesuatu yang diserap oleh hawa nafsunya." (HR. Muslim, no 207)
2. Maka bisa jadi, ada seseorang yang hidup sekian lama dalam ketaatan kepada Allah Swt, namun pada akhirnya ia justru jauh dari Allah, na'udzubillah min dzalik. Sebaliknya, ada juga seseorang yang sekian lama hidup jauh dari Allah, bergelimang dengan kemaksiatan, namun pada akhirnya justru ia dekat dan kembali pada Allah. Kondisi tersebut tertuang dalam riwayat sbb ;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ الزَّمَنَ الطَّوِيلَ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ ثُمَّ يُخْتَمُ لَهُ عَمَلُهُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ الزَّمَنَ الطَّوِيلَ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ ثُمَّ يُخْتَمُ لَهُ عَمَلُهُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda "Ada seseorang yang mengamalkan amalan ahli surga pada waktu yang sangat lama, lalu ia menutup akhir hidupnya dengan amalan ahli neraka. Ada pula seseorang yang mengerjakan amalan ahli neraka pada waktu yang sangat lama, namun kemudian ia menutup akhir hidupnya dengan amalan ahli surga. (HR. Muslim, no 4791).
3. Itulah maknanya bahwa hati setiap insan berada diantara dua jari Allah yang Maha Rahman, karena setiap orang tidak mengetahui bagaiamana akhir dan kesudahan dalam kehidupannya. Apakah berarkhir dalam ketaatan, ataukah dalam kemaksiatan. Maka, supaya hati tetap dalam ketaatan kepada Allah, hendaknya setiap kita senantiasa berusaha untuk selalu istiqamah dalam kebaikan, bermulazamah bersama para mukhlashin (orang-orang yang ikhlas), serta memperbanyak doa sebagaimana yg diajarkan Nabi Saw ;
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِك
Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu."
Mudah2an kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang hatinya senantiasa istiqamah dalam ketaatan kepada Allah Swt, hingga kelak Allah Swt memanggil kita dalam kondisi husnul khatimah.
Amiiin Ya Rabbal Alamiiin

Wallahu A'lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadit) 237
Ketika Kebaikan Seseorang Mendapatkan Pujian

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ الْعَمَلَ مِنْ الْخَيْرِ وَيَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ قَالَ تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِن (رواه مسلم)
Dari Abu Dzar ra berkata, bahwa Rasulullah Saw pernah ditanya, 'Bagaimana menurut anda tentang seseorang yang beramal kebaikan lalu orang-orang pun memujinya? ' Beliau menjawab: "Itulah kabar gembira yang disegerakan bagi seorang Mukmin." (HR. Muslim, hadits no 4780)

Hikmah Hadits ;
1. Pada dasarnya seorang muslim ketika melakukan suatu perbuatan kebajikan atau melakukan amal shaleh, niatan dan tujuannya semata-mata adalah untuk mendapatkan pahala dan keridhaan dari Allah Swt semata. Dan bahwasanya hanya amalan yang diniatkan untuk mendapatkan pahala dan keridhaan dari Allah Swt lah yang kelak akan memiliki nilai mulia berupa balasan kebaikan di akhirat, sekecil apapun amal perbuatannya tersebut. Allah Swt berfirman ;
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (QS.Az-Zalzalah : 7)
2. Namun tidak jarang ketika seseorang kontinou dalam melaksanakan amal shaleh, selalu berbuat kebajikan, istiqamah dalam perbuatan ihsan, yang kesemuanya semata-mata didedikasikan hanya untuk mendapatkan pahala dan keridhaan dari Allah Swt, ia juga mendapatkan pujian dan sanjungan dari orang lain karena kebaikannya tersebut. Dan hal ini lah yang dikhawatirkan oleh setiap muslim akan berpotensi "mengganggu" balasan pahala dari Allah Swt kelak di akhirat, lantaran adanya pujian dari manusia. Sehingga salah seorang sahabat Nabi Saw yaitu Abu Dzar menanyakannya kepada Rasulullah Saw. Menanggapi hal tersebut, maka Nabi Saw justru bersabda, 'Itulah kabar gembira yang disegerakan Allah Swt bagi seorang mukmin.' Artinya bahwa hal tersebut tidaklah menjadi masalah, selama niatan amal perbuatannya tersebut adalah ikhlas semata-mata mengharap keridhaan Allah Swt, dan salah satu bentuk keridhaan Allah Swt yang Allah Swt segerakan di dunia adalah dengan memberikan 'pujian' kepadanya melalui lisan manusia yang senang dengan amal shaleh dan perbuatan baiknya.
3. Pentingnya beramal shaleh semata-mata bertujuan mendapatkan keridhaan Allah Swt. Karena selain kelak akan mendapatkan pahala dari Allah, manusia pun juga akan senang bahkan turut memujinya. Sebaliknya jangan sampai kita melakukan perbuatan kebajikan namun niatannya adalah semata2 ingin mendapatkan pujian manusia, karena bisa jadi hal tersebut akan mendatangkan kemurkaan Allah Swt. Nabi Saw bersabda,
مَنْ الْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنْ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ
Barangsiapa yang mencari keridlaan Allah sekalipun mendatangkan kebencian manusia, maka Allah akan mencukupkannya dari manusia. Dan barangsiapa yang mencari keridlaan manusia dengan mendatangkan kemurkaan dari Allah, maka Allah akan menjadikan kemurkaan-Nya pada kemurkaan manusia. (HR. Tirmidzi, no 2338)

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 236
Antara Teman Yang Baik Dengan Teman Yang Buruk

عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً (رواه مسلم)
Dari Abu Musa ra, bajwa Nabi Saw bersabda,  "Sesungguhnya perumpamaan teman dekat yang baik dan teman dekat yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Seorang penjual minyak wangi terkadang mengoleskan wanginya kepada kamu dan terkadang kamu membelinya sebagian atau kamu dapat mencium semerbak harumnya minyak wangi itu. Sementara tukang pandai besi adakalanya ia membakar pakaian kamu ataupun kamu akan menciumi baunya yang tidak sedap." (HR. Muslim, hadits no 4762)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa dalan kehidupan, selalu ada dua sisi yang selalu berlawanan dan bertentangan, yang keduanya tiada akan pernah berpadu, yaitu sisi gelap dan sisi terang, atau sisi batil dan haq, serta sisi baik dan sisi buruk. Demikian juga halnya dengan ikatan pertemenan dan ukhuwah; selalu ada seorang sahabat atau teman yang baik dan juga ada sahabat dan teman yang buruk. Baik teman yang baik maupun teman yang buruk, keduanya selalu ada di sekitar kita dalam setiap kehidupan kita. Pilihan untuk berteman dan menjadikannya sebagai sahabat setia atau guna menjadi mitra dala merajut tali ukhuwah, semuanya ada pada kita.
2. Maka ada baiknya kita berhati-hati dan teliti dalam memilih teman, karena "agama" seseorang adalah sangat bergantung pada teman dan sahabat pergaulannya. Jika baik teman dan pergaulannya maka insya Allah akan baik pula agamanya. Sebaliknya jika buruk temannya, maka akan menjadi buruk pula agamanya. Hal ini senagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits ;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ (رواه أبو داود)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seseorang itu bergantung pada agama teman gaulnya, maka hendaklah salah seorang diantara kalian melihat dengan siapa yang menjadi teman gaulnya." (HR. Abu Daud, no 4193)
3. Bahwa indikator kebaikan seorang teman, bukan hanya diukur dari betapa baiknya seorang dalam perhatian maupun pemberian yg diberikannya kepada kita. Namun indikator kebaikannya adalah seberapa jauh ia bisa mengantarkan kita menjadi lebih dekat dengan Allah Swt; menjadikan kita lebih rajin beribadah serta menjadikan kita semakin terhindar dari perbuatan dosa dan maksiat. Itulah sebabnya, Nabi Saw memberikan perumpamaannya seperti berteman dengan penjual minyak; wangi dimana kita akan selalu merasakan aroma keharuman wanginya, bahkan terkadang dioleskan sebagian minyak wanginya ke diri kita.
4. Sebaliknya teman yang buruk, indikatornya adalah teman yang justru semakin menjauhkan kita dari Allah, menarik kita dalam lembah cinta dunia dan kemaksiatan, membuat kita lalai dari ibadah, menjadikan kita "berani" mencoba-coba yang haram, serta menyeret kita pada kemurkaan Allah Swt. Itulah sebabnya, Nabi Saw memgumpamakannya seperti berada bersama dgn tukang besi, yang selalu meniup api guna membakar besinya; udara panas dan percikan api selalu menjadi kesehariannya, yang terkadang hawa panasnya, aroma keringatnya yang tidak sedap serta bahkam percikan apinya dapat saja mengenai dan membakar kita. Maka, mari kita selektif dalam memilih teman dan sahabat, agar kita bisa mendapatkan kebaikannya seperti kebaikan minyak wangi yang harum dan mengharumkan kita serta mengantarkan kita pada keridhaan Allah Swt.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 235
Dan Setiap Senyuman Pun Akan Berbuah Pahala

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ (رواه مسلم)
Dari Abu Dzar ra berkata, bahwa Nabi Saw bersabda kepadaku, "Janganlah kamu menganggap remeh perbuatan baik sedikitpun, mrskipun hanya menampilkan wajah ceria kepada saudaramu (sesama muslim) ketika bertemu.' (HR. Muslim, hadits no 4760)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa perbuatan kebaikan (baca ; amal shaleh) itu sangat luas jangkauannya dan sangat variatif ragamnya. Dan tidak semua perbuatan kebaikan itu berat atau sulit untuk dilakukan. Bahkan kebanyakan amal shaleh itu justru sangat mudah dan amat ringan untuk dilamalkan, salah satunya adalah 'menampilkan wajah ceria, atau memberikan senyuman terhadap saudara sesama muslim, sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas. Dan ternyata sekedar memberikan senyuman saja, keutamannya adalah akan mendatangkan pahala seperti bersedekah. Subhanallah, betapa mulianya ajaran Rasulullah Saw.
2. Bahkan dalam riwayat lainnya, yaitu riwayat Imam Tirmudzi, Nabi Saw menggambarkannya dengan bahasa ( تبسمك ) yang artinya, "senyumanmu", yaitu riwayat berikut ;
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَة... (رواه الترمذي)
Sari Abu Dzarr ra berkata; Rasulullah Saw bersabda, "Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah bagimu.." (HR. Tirmidzi, hadits no 1879). Dan Nabi Saw pun dalam banyak riwayat digambarkan bahwa beliau selalu tersenyum. Dalam sebuah kesempatan, Abdullah bin Mas'ud ra berkata,
فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ
Sungguh aku melihat Rasulullah Saw tersenyum hingga gigi geraham beliau terlihat'.(HR. Muslim, hadits no 273). Dalam riwayat lainnya juga disebutkan, Dari Jarir bin Abdillah ra, berkata, “bahwa Rasulullah Saw tidak pernah melarangku untuk menemui beliau sejak aku masuk Islam, dan beliau tidak pernah memandangku kecuali dalam keadaan tersenyum di hadapanku.' (HR. Muslim)
3. Ada hal yang perlu menjadi catatan kita terkait dengan masalah senyuman, yaitu ;
#1. Bahwa meskipun kita dianjurkan untuk selalu tersenyum, namun sesungguhnya kita juga dilarang untuk tertawa hingga terbahak-bahak. Dan Nabi Saw sendiri tidak pernah tertawa hingga terbahak-bahak. Dalam riwayat disebutkan ; Dari Aisyah isteri Nabi Saw, bahwa ia berkata, "Saya tidak pernah melihat Rasulullah Saw tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan tenggorokan beliau, karena biasanya beliau hanya tersenyum." (HR. Muslim, no 1497). Karena tertawa terbahak-bahak berpotensi matikan hati, sebagaimana sabda beliau,
وَلَا تُكْثِرْ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْب
"Dan janganlah engkau banyak tertawa, karena banyak tertawa itu akan mematikan hati." (HR. Tirmidzi, hadits no 2227).
#2. Hendaknya setiap senyuman dilakukan adalah ikhlas semata-mata mengharap keridhaan Allah Swt dan mengamalkan sunnah Rasulullah Saw. Jangan sampai misalnya, kita tersenyum hanya untuk sekedar menebar pesona, atau untuk menggoda lawan jenis, atau hanya karena SOP dalam pekerjaan semata yang menuntut kita "harus" tersenyum terhadap customer misalnya. Namun senyuman hendaknya dari hati, ikhlas karena Allah dan mengamalkan sunnah Rasulullah Saw. Dan insya Allah, senyuman seperti inilah  yang akan berbuah pahala seperti bersedekah.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 234. Jangan Tertipu Pesona Tampilan Lahiriyah

Rehad (Renungan Hadits) 234
Jangan Tertipu Pesona Tampilan Lahiriyah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رُبَّ أَشْعَثَ مَدْفُوعٍ بِالْأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Berapa banyak orang yang rambutnya kusut, tampak dihinakan dan di usir oleh orang-orang, namun apabila dia berdo'a kepada Allah, pasti Allah akan mengambulkannya." (HR. Muslim, hadits no 4754)

Hikmah Hadits ;
1. Anjuran utk tidak memandang seseorang dari tampilan lahiriyahnya saja. Karena betapa banyak orang yang tampilan lahiriyahnya mempesona, kata-katanya seolah membangkitkan asa, visi dan pengetahuannya seakan menghentak dada, goresan penanya menyihir mata, namun ternyata bathiniyahnya porak poranda. Sebaliknya betapa banyak orang yang tampilan lahiriyahnya sangat sederhana, namun ternyata hatinya penuh iman dan taqwa, yang apabila ia berdoa, Allah Swt pasti mengijabah segala doanya. Dalam riwayat disebutkan, dari Sahl ra berkata, Ada seorang laki-laki lewat di hadapan Rasulullah Saw, maka beliau pun bertanya kepada para sahabat, "Bagaimana pendapat kalian mengenai orang ini?" Mereka menjawab, "Ia begitu berwibawa. Bila ia meminang pasti diterima, dan bila memberi perlindungan pasti akan dipenuhi, dan bila ia berbicara, niscaya akan didengarkan." Beliau kemudian terdiam, kemudian lewatlah seorang laki-laki dari fuqara` kaum muslimin, dan beliau pun bertanya lagi, "Lalu bagaimanakah pendapat kalian terhadap orang ini?" mereka menjawab, "Ia pantas bila meminang untuk ditolak, jika memberi perlindungan tak akan digubris, dan bila berbicara niscaya ia tidak didengarkan." Maka Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya orang ini lebih baik daripada seluruh kekayaan dunia yang seperti ini. (HR. Bukhari, hadits no 4701)
2. Karena Allah Swt Maha Adil dan Maha Bijaksana, Allah tidak memandang seseorang dari pintarnya ia bermain kata, atau dari pesona tampilan fisiknya, atau dari harta dalam aset kekayaannya. Namun Allah Swt hanya memandang seseorang dari kemuliaan hatinya yang terhiasi dengan iman dan taqwa. Nabi Saw bersabda,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian." (HR. Muslim, no 4651)
3. Maka betapa bahagianya seseorang yang hidupnya sederhana, tutur katanya juga sederhana, ilmunya juga mungkin sederhana, namun ia memiliki tingkat keikhlasan yang sangat luar biasa, sehingga amal shalenya jauh melebihi tampilan fisiknya, keindahan hatinya jauh mengungguli keindahan wajahnya dan sentuhan kalimat dalam hatinya jauh menandungi kata-kata yang keluar dari lisannya. Orang yang seperti inilah bisa jadi merupakan orang-orang yg dicintai Allah Swt, yang meskipun tidak banyak dikenal oleh penduduk bumi, namun ia sangat di kenal oleh penduduk langit, yaitu oleh para malaikat yang suci dan mulia. Nabi Saw bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْأَبْرَارَ الْأَتْقِيَاءَ الْأَخْفِيَاءَ الَّذِينَ إِذَا غَابُوا لَمْ يُفْتَقَدُوا وَإِنْ حَضَرُوا لَمْ يُدْعَوْا وَلَمْ يُعْرَفُوا قُلُوبُهُمْ مَصَابِيحُ الْهُدَى يَخْرُجُونَ مِنْ كُلِّ غَبْرَاءَ مُظْلِمَةٍ
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang baik lagi bertakwa dan tidak dikenal, yaitu orang-orang yang apabila menghilang maka mereka tidak dicari-cari, dan jika mereka hadir maka mereka tidak di kenal, hati mereka ibarat lentera-lentera petunjuk yang muncul dari setiap bumi yang gelap." (HR. Ibnu Majah, no 3979). Ya Allah jadikanlah hati-hati kami menjadi hati yang yang memiliki pesona iman dan taqwa, yang keindahannya dapat memikat para Malaikat dan menjadi penyebab datangnya rahmat dan pembawa syafaat... Amiin Ya Rabbal Alamiiin.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 233
Sekedar Menyingkirkan Duri Dari Jalanan, Akan Membuahkan Ampunan

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ فَأَخَّرَهُ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Ketika ada seorang lelaki tengah berjalan di suatu jalan dan ia mendapati batang kayu yang berduri dijalan tersebut, lalu ia mengambil dan membuangnya. Maka Allah 'azza wajalla berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya." (HR. Muslim, hadits no 4743)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa ladang amal shaleh sangatlah luas, tidak hanya mencakup aspek ibadah secara langsung kepada Allah Swt. Namun segala perbuatan yang mendatangkan kebaikan untuk orang lain, atau menghindarkan bahaya dan mudharat bagi orang lain, ternyata juga termasuk amal shaleh yang medatangkan pahala dari Allah Swt, termasuk diantaranya menyingkirkan kayu berduri dari jalanan supaya orang lain yang melawati jalan tersebut tidak terganggu karenanya, adalah merupakan amal shaleh yang bahkan dapat membuahkan ampunan dari Allah Swt, sebagaimana digambarkan dalam hasits di atas.
2. Meskipun terlihat remeh dan kecil, namun menyingkirkan duri dari jalanan yernyata mendatangkan pahala yang begitu besarnya; yaitu ampunan Allah Swt. Maka untuk menggapai ampunan dari Allah, selain utamanya adalah dengan istighfar, amalan-amalan sosial juga bisa menjadi penyebab datangnya ampuman Allah Swt. Bahkan dalam riwayat lainnya disebutkan, bahwa menyingkirkan duri dari jalanan adalah salah satu cabang dari cabang-cabang keimanan kepada Allah Swt. Nabi Saw bersabda ;
الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ (رواه مسلم)
"Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh tiga sampai enam puluh sembilan cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan, LAA ILAAHA ILLALLAHU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalanan. Dan malu itu adalah sebagian dari iman." (HR. Muslim, hadits no 51).
3. Maka jika kita ingin menjadi seorang hamba yang beriman, dengan iman yang sebaik-baiknya, maka hendaknya kita juga mengiringi ibadah yang kita lakukan dengan amal shaleh berupa amal sosial yang mendatangkan manfaat bagi orang lain dan atau dengan perbuatan yang dapat menghindarkan kemudharatan (bahaya) bagi orang lain. Dalam riwayat disebutkan bahwa Nabi Saw bersabda;
خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ (رواه أحمد)
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang dinanti-nanti kebaikannya dan (orang lain) merasa aman dari kejelekannya. Dan sejelek-jelek kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan (orang lain) tidak merasa aman dari keburukannya." (HR. Ahmad, no 8456)

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 232. Tiga Jenis Dusta Yang Diperbolehkan

Rehad (Renungan Hadits) 232
Tiga Jenis Dusta Yang Diperbolehkan

عن أُمّ كُلْثُومٍ بِنْتَ عُقْبَةَ بْنِ أَبِي مُعَيْطٍ أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا سَمِعَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ لَيْسَ الْكَذَّابُ الَّذِي يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ وَيَقُولُ خَيْرًا وَيَنْمِي خَيْرًا  (رواه مسلم)
Dari Ummu Kultsum bin 'Uqbah bin Abu Mu'aith bahwasanya ia mendengar Rasulullah Saw bersabda, "Bukanlah termasuk pendusta ; orang yang mendamaikan pihak-pihak yang sedang bertikai, orang yang berkata demi kebaikan, dan orang yang membangkitkan (mengingatkan) kebaikan." (HR. Muslim, hadits no 4717)

Hikmah Hadits ;
1. Pada dasarnya dusta adalah haram, bahkan termasuk salah satu dosa besar sebagaimana digambarkan riwayat dari Abu Bakrah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Maukah aku beritahukan kepada kalian dosa besar yang paling besar?" Yaitu tiga perkara, (1) menyekutukan Allah, (2) mendurhakai kedua ibu bapak, dan (3) bersaksi palsu atau kata-kata palsu, " saat itu beliau sedang bersandar lalu duduk. Beliau terus mengulangi sabdanya sehingga kami berkata, 'Semoga beliau berhenti'." (HR. Muslim, hasits no 126).
2. Namun ada kondisi-kondisi tertentu dimana perkataan yang mengandung dusta masih diperbolehkan. Imam Az-Zuhri (perawi hadits di atas) mengemukakan ;
قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَلَمْ أَسْمَعْ يُرَخَّصُ فِي شَيْءٍ مِمَّا يَقُولُ النَّاسُ كَذِبٌ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ الْحَرْبُ وَالْإِصْلَاحُ بَيْنَ النَّاسِ وَحَدِيثُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَحَدِيثُ الْمَرْأَةِ زَوْجَهَا
lbnu Syihab Az-Zuhri berkata; 'Saya tidak pernah mendengar diperbolehkannya dusta yang diucapkan oleh manusia kecuali dalam tiga hal, yaitu; (1) dusta dalam peperangan, (2) dusta untuk mendamaikan pihak-pihak yang sedang bertikai, dan (3) dusta suami terhadap istri atau istri terhadap suami (untuk meraih kebahagiaan atau menghindari keburukan). (HR. Muslim no 4717).
3. Namun yang juga perlu menjadi catatan adalah bahwa dusta yang diperbolehkan dalam hadits diatas adalah dusta dalam arti permainan kata (tauriyah) yaitu menampakkan pada yang diajak bicara tidak sesuai kenyataan, namun sesungguhnya pernyataan yang diungkap itu adalah benar, bukan duata dalam arti dusta kebohongan secara mutlak. Di dalam kitab Syarah Muslim, Imam An Nawawi menyatakan, ”Maksud dusta suami kepada istri dan sebaliknya adalah dusta ketika menampakkan cinta kasih dan ketika berjanji pada perkara yang tidak wajib atau sejenisnya. Ada pun dusta di antara suami dengan maksud menipu untuk mendapatkan perkara yang bukan haknya, maka dusta seperti ini hukumnya haram berdasarkan ijma’ kaum muslim." Demikian juga dusta untuk mengislah (mendamaikan) dua pihak yang sedang bertikai, misalnya dengan mengatakan, "Si A yang kamu benci, sebenarnya sering mendoakanmu". Ungkapan tersebut dumaksudkan agar pihak yang bertikai dapat mereda emosinya dan saling bermaafan.
4. Maqashid atau filosofi dari diperbolehkannya dusta (tauriyah) seperti ini adalah menghindarkan dari mafsadat (kerusakan dan kehancuran), seperti permusuhan antara sesama kaum muslimin, atau perceraian anatara suami istri, atau merajalelanya kedzaliman. Karena jika hal tersebut terjadi, tentu mudharat dan dampaknya akan lebih besar. Oleh karena itulah dalam syariah menghilangkan kemungkaran harus lebih diprioritaskan bahkan dibandingkan dengan mendatangkan kemanfaataan ;
درء المفاسد مقدم من جلب المصالح
"Menghilangkan kemafsadatan harus lebih didahulukan dari pada mendatangkan kemaslahatan”


Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 231
Da'wah Itu Bukanlah Memfonis, Namun Mengajak Dan Bertutur Kata Yang Manis

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ عَلَى الْمُشْرِكِينَ قَالَ إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah dia berkata; "Seorang sahabat berkata, 'Wahai Rasulullah, do'akanlah untuk orang-orang musyrik agar mereka celaka! ' Mendengar itu, Rasulullah Saw bersabda, 'Sesungguhnya aku diutus bukan untuk menjadi pelaknat, tetapi aku diutus sebagai rahmat.'" (HR. Muslim, hadits no 4704)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa da'wah merupakan sebuah kewajiban fardhu 'ain bagi setiap muslim. Syekh Abdul Karim Zaidan dalam kitabnya Ushulud Da'wah menjelaskan secara panjang lebar berkenaan dengan hal tersebut, dimana salah satu argumentasi yang beliau paparkan adalah firman Allah Swt QS. Ali Imran : 104, bahwa ( منكم ) Abdul Karim dalam ayat tersebut adalah littabyin (berfungsi sebagai penjelas), bukan littab'idh (berfungsi sebagai kata yg menunjukkan sebagian), yang oleh karenanya tidak bisa difahami perintah berdakwah hanya utk sebagian saja sementara yg lainnya tidak, karena dakwah adalah kewajiban setiap muslim dan muslimah. Kecuali jika difahami dalam arti keharusan adanya orang yang fokus membuat peta dakwah, strategi dan sarana dakwah, tahapan, target, perangkat dan segala hal yang dibutuhkan bagi para pendakwah, maka menyiapkan itu semua adalah fardhu kifayah. Adapun dakwahnya iti sendiri adalah fardhu ain.
2. Namun walaupun da'wah merupakan fardhu ain, tidak kemudian bagi seorang muslim bebas berkata apapun kepada siapapun dalam kondisi apapun, terlebih berkata yg di dalamnya terdapat "fonis" yang negatif bagi orang lain, atau doa yang di dalamnya mengutuk, melaknat atau mencelakai orang lain. Karena substansi dakwah adalah mengajak dan menyeru, agar manusia dapat kembali dan lebih dekat dengan Allah Swt. Sehingga tutur kata yang baik dan bijak, doa yang tulus dan ikhlas serta harapan turunnya hidayah Allah terhadap orang yg didakwahi, seharusnya menjadi obsesi terbesarnya dalam dakwah. Bukan malah "menyalahkan" orang lain, membid'ahkan kelompok lain, "memfonis" masuk neraka madzhab lain, dan menganggap bahwa hanya dirinya dan kelompoknya serta Ustadz-ustadznya saja yg ahli surga, sementara selain mereka adalah neraka semua.
3. Lihatlah betapa bijaknya dakwah Nabi Saw sebagaimana digambatkan dalam riwayat dari Abu Umamah berkata; Sesungguhnya seorang pemuda mendatangi Nabi Saw lalu berkata, Wahai Rasulullah Izinkan aku untuk berzina. Orang-orang mendatanginya lalu melarangnya, mereka berkata; Jangan, jangan. Rasulullah Saw bersabda; "Mendekatlah." Ia pun mendekat lalu duduk kemudian Rasulullah Saw bersabda; "Apa kamu suka jika ibumu berzina?" pemuda itu menjawab; Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, semoga Allah menjadikanku sebagai penebus tuan. Nabi Saw bersabda, orang-orang juga tidak menyukai ibu-ibu mereka berzina." Rasulullah Saw bersabda; "Apa kamu suka jika putrimu berzina?" Tidak, demi Allah wahai Rasulullah semoga Allah menjadikanku sebagai penebus Tuan. Nabi Saw bersabda, orang-orang juga tidak menyukai jika putri mereka berzina." Rasulullah Saw bersabda; "Apa kamu suka jika bibimu berzina? Tidak, demi Allah wahai Rasulullah semoga Allah menjadikanku sebagai penebus Tuan. Nabi Saw bersabda; Orang-orang juga tidak menyukai jika bibi mereka berzina." Kemudian Rasulullah Saw meletakkan tangan beliau pada pemuda itu dan berdoa; "Ya Allah! Ampunilah dosanya, bersihkan hatinya, jagalah kemaluannya." Setelah itu pemuda itu tidak pernah berniat lagi utk berbuat zina.' (HR. Ahmad, hadits no 21185). Maka hendaknya rahmat lebih dikedepankan dalam dakwah, bukan justru laknat. Karena kita adalah du'at (para da'i) bukan qudhat (para pemfonis).

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 230
Ketika Kelemahlembutan Terlepas Dari Pribadi Seorang Muslim

عَنْ جَرِيرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ يُحْرَمْ الرِّفْقَ يُحْرَمْ الْخَيْرَ (رواه مسلم)
Dari Jarir ra bahwa  Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Barang siapa yang dijauhkan dari sifat lemah lembut (kasih sayang), maka berarti ia telah dijauhkan dari kebaikan.'" (HR. Muslim, hadits no 4694)

Hikmah Hadits ;
1. Sikap kasih sayang dan kelemahlembutan merupakan salah satu sifat utama Nabi Saw sekaligus menjadi karakteristik dakwah beliau, serta seharusnya menjadi ciri utama umat Nabi Muhammad Saw. Allah Swt berfirman, "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." (QS. 3 : 159).
2. Selain keutamaan di atas, kasih sayang dan kemelah lembutan memiliki beberapa keutamaan lainnya, diantaranya adalah sbb ;
#1. Kelemahlembutan merupakan sifat yang dicintai Allah Swt. Hal ini sebagaimana hadits berikut :
 يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ
Wahai, 'Aisyah. Sesungguhnya Allah Swt, mencintai kelrmahlembutan dalam segala urusan.' (HR. Muslim, no 4027)
#2. Kelemahlembutan akan mendatangkan kebaikan yang tidak akan pernah bisa didatangkan oleh sifat apapun kecuali sifat kelemahlembutan saja.
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لَا يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ
Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut. Dia mencintai sikap lemah lembut. Allah akan memberikan pada sikap lemah lembut sesuatu yang tidak Dia berikan pada sikap yang keras dan juga akan memberikan apa-apa yang tidak diberikan pada sikap lainnya." (HR. Muslim, no 4697)
#3. Kelemahlembutan akan menjadi penghias akhlak seseorang, siapapun, dimanapun dan kapanpun. Nabi Saw bersabda
إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَه
"Sesungguhnya kasih sayang itu tidak akan berada pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, jika kasih sayang itu dicabut dari sesuatu, melainkan ia akan membuatnya menjadi buruk." (HR. Muslim, no 4698)
#4. Kelemahlembutan menjadi penyebab datangnya kebaikan bagi sebuah keluarga. Nabi Saw bersabda ;
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِأَهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا أَدْخَلَ عَلَيْهِمْ الرِّفْقَ
"Jika Allah menginginkan sebuah kebaikan untuk pemilik rumah maka Allah akan memasukkan kasih sayang atas mereka. (HR. Ahmad, no 23290).
3. Sebaliknya, jika kelemahlembutan sudah "hilang" dari dalam diri pribadi seseorang, maka berarti Allah Swt telah mencabut segala bentuk kebaikan yang terdapat dalam dirinya. Dan jika kebaikan telah dicabut oleh Allah dalam diri seseorang, maka berarti tiada yang tersisa kecuali hanya keburukan semata, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas, na'udzu billah min dzalik. Semoga Allah Swt senantiasa menghiaskan sifat kelemahlembutan dalam diri pribadi kita, serta menjauhkan kita dari sifat keras dan kasar, dalam perkataan dan perbuatan kita semua..... Amiin Ya Rabbal Alamiiin.

Wallahu A'lam
By Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 229
Manusia Terburuk Adalah Manusia Yang  Dihindari Oleh Orang Lain Karena Keburukannya

عن عائشة رضي الله عنها قالت، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم، يا عَائِشَةُ إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْزِلَةً عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ وَدَعَهُ أَوْ تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ (رواه مسلم)
Dari Aisyah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Hai Aisyah, sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang dihindari oleh manusia karena takut kejelekannya.' (HR. Muslim, hadits no 4693)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa setiap manusia diciptakan oleh Allah Swt sebagai seorang hamba yang bertabiat sebagai makhluk sosial. Oleh karena itulah kewajiban ibadah yang dibebankan oleh manusia, tidak hanya ibadah dalam artian tunduk dan sujud kepada Allah Swt (baca ; hablum minallah), namun juga mencakup ibadah dalam bentuk berbuat baik terhadap sesama manusia (hablum minannas). Karena Islam sangat menekankan untuk berbuat baik terhadap sesama manusia, sebagaimana disebutkan "Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain".
2. Oleh karena itulah, di satu sisi Islam sangat menghargai seseorang yang berbuat ihsan terhadap orang lain, dan di sisi lain sangat mencela seseorang yang berbuat keburukan terhadap orang lain. Bahkan (sebagaimana hadits di atas), Nabi Saw mengkategorikan orang yang dihindari oleh orang lain karena keburukannya, adalah sebagai "sejelek-jeleknya" manusia. Artinya bahwa ternyata orang yang tidak peduli terhadap orang lain, bersikap negatif dan berperangai buruk terhahap orang lain, yang oleh karenanya orang-orang takut dan menghindarinya adalah sebagai manusia terburuk di muka bumi, meskipun ia adalah ahli shalat dan suka beribadah mahdhah.
3. Maka Nabi Saw menganjurkan umatnya utk berlaku seimbang dalam ibadah hablum minallahi dan ibadah hablum minannas, serta menekankan untuk berbuat baik terhadap sesama manusia. Sabda beliau ;
أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَام (رواه الترمذي)
"Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan dan laksanakanlah shalat pada saat manusia tertidur nisacaya kalian masuk surga dengan selamat." (HR. Tirmidzi, hadits no 2409).
Semoga kita termasuk ke dalam golongan hamba-hamba Allah yang istiqamah dalam ibadah mahdhah kepada-Nya dan senantiasa dawam dalam berbuat ihsan terhadap sesama manusia, dengan harap keridhaan Allah Swt semata. Amiin Ya Rabbal Alamiin.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 228
Ada Hal-Hal Yang Tidak Seharusnya Dilakukan Pada Hari Raya Idul Fitri

عَنْ عُرْوَةَ أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ عَنْ بَيْعَةِ النِّسَاءِ قَالَتْ مَا مَسَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ امْرَأَةً قَط (رواه مسلم)
Dari 'Urwah ra bahwa 'Aisyah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah menyentuh tangan seorang wanita sama sekali. (HR. Muslim, hadits no 3471)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa tidak jarang ketika merayakan Idul Fitri, seorang muslim melakukan perbuatan dan atau kebiasaan yang dimakruhkan bahkan diharamkan oleh Allah Swt. Maka alih-alih mendapatkan kesucian dan ampunan dosa, yang terjadi justru semakin menambah perbuatan dosa. Maka oleh karenanya, hendaknya kita berusaha untuk meninggalkan segala hal yang dilarang atau dimakruhkan, yaitu diantaranya adalah sebagai berikut ;
#1. Terlalu berlebihan dalam mengkonsumsi makanan. Allah Swt berfirman yg maknanya, Dan makan dan minumlah kalian, tapi janganlah kalian berlebih-lebihan. Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raf 31)
#2. Berlebihan dalam berpakaian dan berdandan. Dan hendaknya setiap muslim dan muslimah mengenakan pakaian yang terbaik, menutup aurat, rapi dan tidak berlebihan. Allah Swt berfirman, "Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (Al-Ahzab 33)
#3. Berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Dalam hadits disebutkan, Dari Urwah ra, bahwasanya Aisyah memberitahukannya tentang bai’at wanita. Aisyah berkata, "Rasulullah SAW tidak pernah menyentuh dengan tangannya seorang wanita sama sekali.” (HR. Muslim)
#4. Berlebihan dalam tertawa dan becanda, karena berlebihan dalam tertawa dan becanda dapat mematikan hati, sebagaimana hadits Nabi Saw, "Dan janganlah kalian memperbanyak tertawa, karena banyak tertawa itu akan mematikan hati." (HR. Tirmidzi)
#5. Menunda-nunda waktu pelaksanaan shalat. Dengan alasan silaturahmi atau halal bi halal keluarga besar atau kerabat maupun teman sejawat, seringkali ‘mengulur-ulur’ waktu pelaksanaan shalat. Hal ini juga bukan merupakan perbuatan yang baik. Karena seharusnya kita malaksanakan shalat pada waktunya, tanpa mengulur-ulurnya. Padahal dalam surat Al-Ma'un Allah Swt mengkategorikan orang-orang yang mengulur-ngulur waktu pelaksanaan shalat sebagai orang yang "sahun", yang kelak akan dimasukkan ke dalam Neraka Wail.
#6. Terlalu boros dalam pengeluaran. Baik dalam belanja, maupun dalam hal-hal lainnya. Allah Swt berfirman "dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-Isra' ; 26 - 27)
2. Maka di hari raya Idul fitri ini hendaknya dihiasi dengan aktivitas yang baik pula, yang srmakin dapat mendekatkan diri kita kepada Allah Swt. Semoga segala kebaikan senantiasa menyertai kita semua dan keridhaan Allah Swt menyertai rangkaian perayaan Idul Fitri kita. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1438 H, Taqabbalallahu Minna Waminkum dan mohon dimaafkan lahir dan bathin.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 227
Dan Ada Sunnah-Sunnah Yang Dianjurkan Pada Hari Raya Idul Fitri

عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ كُنَّا نُؤْمَرُ بِالْخُرُوجِ فِي الْعِيدَيْنِ وَالْمُخَبَّأَةُ وَالْبِكْرُ قَالَتْ الْحُيَّضُ يَخْرُجْنَ فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ يُكَبِّرْنَ مَعَ النَّاسِ (رواه مسلم)
Dari Ummu Athiyyah ra berkata; Kami diperintahkan untuk turut keluar (ke tempat dilaksanakannya shalat Ied) pada dua hari raya, demikian juga para para gadis. Dan para wanita yang sedang haid juga keluar (ke tempat dilaksanakannya shalat Ied), namun mereka berada di belakang jamaah dan ikut bertakbir bersama mereka. (HR. Muslim, hadits no 1474).

Hikmah Hadits ;
1. Ada beberapa anjuran yang ďisunnahkan dalam rangka merayakan Idul Fitri, sebagaimana terdapat dalam sunnah, yaitu sbb ;
#1. Shalat malam (tahajud), pada malam Idul Fitri. Dari Abu Umamah ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melaksanakan qiyamullail pada dua malam Ied (Idul Fitri dan Adha), dengan ikhlas karena Allah SWT, maka hatinya tidak akan pernah mati di hari matinya hati-hati manusia. (HR. Ibnu Majah).
#2. Disunnahkan utk mandi, berpakaian yg rapi dan memakai minyak wangi. Dari Fakih bin Sa’d bahwasanya Rasulullah SAW senantiasa mandi pada hari jum’at, hari Arafah, hari Idul Fitri dan hari Idul Adha. (HR. Ahmad)
#3. Mendatangi tempat dilaksanakannya shalat Ied. Dari Ibnu Abbas ra, bahwasanya Rasulullah SAW memerintahkan anak-anak wanitanya dan istri-istrinya untuk keluar (mendatangi tempat shalat Ied) pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. (HR. Ahmad)
#4. Memakan sesuatu terlebih dahulu sebelum berangkat utk shalat Ied. Dari Ali bin Abi Thalib ra berkata, termasuk sunnah jika kamu keluar mendatangi tempat shalat Ied dengan berjalan kaki dan memakan sesuatu sebelum pergi ke tempat shalat Ied.” (HR. Tirmidzi)
#5. Bertakbir mengagungkan asma Allah. Dari Ummu Athiyah ra berkata, kami diperintahkan untuk mendatangi tempat shalat, bahkan perawan di pingitannya dan wanita yang haid diperintahkan untuk mendatangi tempat shalat Ied. Hanya mereka berposisi di belakang shaf kaum muslimin. Mereka bertakbir dengan takbir kaum muslimin, dan berdoa dengan doa kaum muslimin, dengan berharap keberkahan dan kesucian hari tersebut. (HR. Bukhari)
#6. Melalui jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang shalat Ied. Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW apabila pergi (ke tempat shalat Ied) pada hari Ied melalui satu jalan, maka beliau kembali dari tempat tersebut melalui jalan yang berbeda.” (HR. Tirmidzi)
#7. Saling bermaafan dan saling mengucapkan doa. Dari Khalid bin Ma’dan ra, berkata, Aku menemui Watsilah bin Al-Asqo’ pada hari Ied, lalu aku mengatakan, ‘Taqabbalallah Minna Wa Minka”. Lalu ia menjawab, ‘Iya, Taqabbalallah Minna Wa Minka,’. Kemudian Watsilah berkata, ‘Aku menemui Rasulullah SAW pada hari Ied lalu aku mengucapkan ‘Taqabbalallah Minna Wa Minka’, kemudian Rasulullah SAW menjawab, ‘Ya, Taqabbalallah Minna Wa Minka’ (HR. Baihaqi Dalam Sunan Kubra).
2. Semoga kita bisa mengamalkan sunnah-sunnah dalam merayakan Idul Fitri. Dan sekaligus izinkan kami mengahturkan; Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1438 H. Semoga Allah menerima seluruh amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini. Dan mhn dibukakan pintu maaf juga atas segala salah dan khilaf, baik yang lahir maupun yang bathin. Taqabalallahu Minna Waminkum.. taqabbal Ya Kariiim...

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.

Rehad 226. Menutupi Aib Saudara Sesama Muslim

Rehad (Renungan Hadits) 226
Menutupi Aib Saudara Sesama Muslim

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, "Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak." (HR. Muslim, hadits no 4692)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kekhilafan, siapapun dia. Karena tidak ada seorang manusia pun di dunia ini yang sempurna, yang tidak pernah luput dari salah dan dosa. Termasuk juga diri kita sendiri. Betapaþpun kita melihat sempurnanya diri kita, maka betapa disana pula terlihat banyak aib, cacat dan cela. Hanya Dia Allah yang Maha Sempurna, yang tiada pernah memiliki setitik salah dan cela.
2. Maka sudah sepatutnya sebagai manusia yg banyak cacat dan cela, pun kita memaklumi adanya cacat dan cela pada orang lain, khususnya pada saudara sesama muslim. Dan sebagaimana kita suka jika saudara kita memaafkan, memaklumi dan bahkan menutupi cela kita, maka merekapun juga sama; suka jika dimaafkan, dimaklumi dam ditutupi cela dan aib nya. Terlebih jika difahami makna dan kandungan dari hadits di atas, yaitu apabila kita memaafkan dan menutupi aib dan cela orang lain, maka kelak di akhirat Allah Swt juva akan menutupi aib dan cela kita di akhirat.
3. Pentingnya melakukan suatu perbuatan dengan pertimbangan dan orientasi kehidupan akhirat. Karena kelak kita semua akan pulang kembali ke kampung akhirat. Dan betapa bahagianya seseorang yang ketika melakukan suatu perbuatan, adalah dengan memperhitungan kebaikan hari akhirat. Karena kelak, setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan kendatipun kecilnya kebaikan tersebut. Demikian juga sebaliknya, setiap keburukan akan dibalas oleh keburukan juga, kendatipun kecilnya keburukan tersebut. Dan menutup aib serta cela sesama muslim adalah bentuk kebaikan kecil dan ringan namum memiliki timbangan kebaikan yang sangat mulia di sisi Allah Swt.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 225
Dan Sesama Muslim Adalah Ibarat Satu Tubuh

عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (رواه مسلم)
Dari An Nu'man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda, 'Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi diantara mereka adapah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya) '" (HR. Muslim, hadits no 4685)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa sesama muslim adalah bersaudara, yang terikat persaudaraannya karena adanya ikatan keimanan yang kuat kepada Allah Swt. Maka oleh karenanya, sesama muslim menjadi haram; darahnya, hartanya dan kehormatannya. Haram darahnya maksudnya sesama muslim diharamkan saling menumpahkan darah. Haram hartanya maksudnya sesama muslim diharamkan saling mengambil hak dan harta saudaranya. Dan haram kehormatannya maksudnha  sesama muslim diharamkan mencederai kehormatannya, seperti menuduh, menfitnah, dsb.
2. Maka oleh karena itulah, Nabi Saw mengibaratkam bahwa sesama muslim adalah ibarat satu tubuh, yang apabila ada salah satu anggota tubuh yg sakit, maka seluruh anggota tubuh lainnya juga akan merasakan rasa sakit yang sama. Dan diibaratkan seperti ketika tidak bisa tidur, atau juga ketika sedang demam. Bukan hanya mata yg merasakan sengsara krn tdk bisa tidur, namun juga seluruh anggota tubuh lainnya menjadi sengasara karenanya. Dan seharusnya seperti itulah persaudaraan antara sesama muslim; ibarat satu tubuh yang saling merasakan, senasib sepenanggungan.
3. Hadits di atas juga mengandung makna pentingnya saling menanggung dan memikul beban dalam kehidupan bermasyarakat bagi sesama umat Islam. Idealnya bahkan setiap masjid memiliki fungsi sosial, dengan menginisasi pengumpulan dana infak shadaqah secara swadaya yang salah satu kegunaannya dikhususkan untuk menyantuni anggota masyarakat yang mendapatkan musibah, baik sakit atau bahkan kematian, dan dikelola secara amanah dan profesional serta sesuai dengan syariah. Sehingga mereka yang kurang beruntung hidupnya, akan terbantu dengan model 'ta'awun' (saling tolong menolong) seperti ini. Khususnya ketika mereka sedang tertimpa musibah.
4. Jika sistem taawun berbasis masjid dalam kehidupan sosial umat Islam dapat terbangun dengan baik, maka akan terjalin keharmonian dan keselarasan dalam kehidupan. Sehingga implementasi bahwa umat Islam seperti satu tubuh, dapat terealisasikan sebahagiannya dengan sistem tersebut. Maka sudah saatnya, masjid-masjid memperluas cakupan programnya hingga merambah pada sisi pembuatan sistem sosial kemasyarakatan dalam bentuk ta'awun berbasis masjid. Dan insya Allah program seperti ini pun masuk dalam kategori memakmurkan masjid.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 224
Tiga Mutiara Penambah Kemuliaan & Pengangkat Derajat Seseorang

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak akan pernah berkurang suatu harta karena shadaqah. Dan tidaklah sesoorang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan pasti Allah akan mengangkat derajatnya." (HR. Muslim, hadits no 4689)

Hikmah Hadits ;
1. Sungguh indah untaian kalimat dari Hadits Nabi Saw di atas, ketika beliau menggambarkan kemuliaan yang akan diraih seseorang, manakala orang tersebut mau membumikan tiga nilai yang sangat mulia ke dalam dirinya. Ketiga nilai tersebut adalah sbb ;
#1. Ikhlas bershasaqah. Karena walaupun secara kasat mata, shadaqah dapat mengurangi harta, namun secara hakikat shadaqah sama sekali tidak akan pernah mengurangi harta. Bahkan dengan ikhlas bershadaqah, insya Allah hartanya akan menjadi berkah dan bertambah serta rizkinya akan penuh kemuliaan, dengan syarat dilakukan dengan ikhlas, tidak berharap seauatu selain hanya keridhaan Allah Swt.
#2. Ridha memaafkan. Karena memaafkan adalah amalan hati, yang walaupun secara kasat mata memberi maaf itu terkesan merendahkan diri kita dihadapan orang lain. Karena seolah dengan memaafkan, berarti ia tak berdaya, terlebih memaafkan kedzaliman orang lain atas dirinya. Namun justru secaa hakiki, apabila seseorang memaafkan orang lain, justru Allah Swt akan menambah kemuliaannya. Dan insya Allah ia tidak akan pernah menjadi "hina". Namun tentu saja, dengan syarat hatinya ikhlas dalam memaafkan.
#3. Rendah hati karena Allah Swt. Karena rendah hati adalah tanda "dalamnya" keimanan, "matangnya" kepribadian, dan luhurnya akhlak seseorang. Walau terkadang, rendah hati atau tawadhu' terkesan tidak berdaya atau lemah teraniaya bahkan hina dihadapan manusia. Namun justru seseorang yang rendah hati karena Allah Swt,  akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt.
2. Bahwa secara hakikat Ilahiyah, sifat "memberi" ternyata tidak akan pernah "mengurangi" sesuatu yang dimiliki seseorang. Justru dengan memberi, akan semakin menambah rizki dan meninggikan kemuliaan serta derajat seseorang. Maka, jika kita menginginkan keberkahan rizki, bertambahnya kemuliaan dan ditinggikannya derajat dalam kehidupan, maka hendaknya ia memperbanyak shadaqah, memberikan maaf dan bersikap tawadhu'. Mudah2an Allah Swt berikan ketiga hal tersebut dalam diri kita.... Amiiin Ya Rabbal Alamiiiin.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 223
Ketika Pahala Amal Shaleh Menjadi Sirna Karena Sikap Aniaya

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw pernah bertanya, "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab; 'Orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan tidak memiliki harta kekayaan.' Rasulullah Saw bersabda: 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan membawa (pahala) shalat, puasa, dan zakat. Akan tetapi ia juga datang dengan membawa (dosa) suka mencela, menuduh, makan harta orang lain, menumpahkan darah orang dan memukul orang lain. Maka, pahala orang tersebut diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka, hingga pahalanya habis. Dan ketika (pahalanya habis) sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi, maka sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil, lalu dibebankan kepada orang tersebut. Sehingga akhirnya ia pun dilemparkan ke dalam api neraka.' (HR. Muslim, hadits no 4678)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa kelak di akhiat sana, akan ada orang-orang yang datang menghadap Allah Swt dengan membawa berbagai pahala amal shaleh yang sangat luar besar, karena memang amal ibadahnya sangat tekun dan tentu pahalanya juga akan sangat banyak. Digambarkan bahwa ia membawa pahala ibadah shalat, puasa, zakat bahkan juga (dalam riwayat lain disebutkan) ia membawa pahala amalan ibadah haji. Namun pada saat bersamaan, ternyata ia juga membawa dosa-dosa perbuatan aniaya, yaitu sbb ; (1) Syatama hadza, yaitu suka mencela orang lain. (2) Qadzafa hadza, yaitu suka menuduh orang lain. (3) Akala maala hadza, yaitu suka mengambil atau memakan harta orang lain. (4) Safaka dama hadza, yaitu suka mencedrai atau melukai bahkan bisa jadi membunuh orang lain. Dan (5)  Dharaba hadza, yaitu suka memukul atau memdzalimi orang lain.
2. Maka orang seperti ini, kelak semua pahala amal shaleh yang dibawanya, akan diambil oleh Allah Swt dan akan digunakan oleh Allah Swt untuk "dibayarkan atau diberikan" kepada orang-orang yang pernah didzaliminya selama hidup di dunia, yaitu sebagaimana digambarkan di atas; mencela, menuduh, melukai, mengambil harta, atau memukul orang lain. Al-Hasil, semua pahala shalatnya, puasanya, zakatnya bahkan pahala hajinya menjadi habis dan sirna untuk membayar semua sikap kedzalimannya, baik kedzaliman secara lisan maupun kedzaliman secara perbuatan. Bahkan, yang lebih mengerikan lagi adalah, kendatipun semua pahalanya telah habis dan tidak bersisa sedikitpun (untuk membayar kedzalimannya), namun ternyata orang2 yang didzaliminya masih sangat banyak dan oleh karenanya tdk mencukupi untuk membayarnya, maka yg terjadi adalah dosa2 mereka yg didzaliminya diambil oleh Allah lalu ditimpakan ke pundak orang ini. Hingga akhirnya jadilah ia di akhirat sebagai orang yang berlumur dosa.
3. Maka, alih-alih ia mendapatkan ridha Allah Swt dengan membawa pahala yg besar, namun yang ada justru seluruh pahalanya menjadi musnah dan sirna, berganti dengan dosa-dosa yang dipikulkan kepadanya, lantara kedzaliman dan aniaya yang dia lakukan kepada orang lain semasa hidup di dunia. Sehingga akhirnya, ia pun dilemparkan oleh Allah Swt ke dalam kobaran api neraka yang menyala-nyala, sebagai akibat kedzaliman yang telah dilakukannya. Oleh karena itulah, orang seperti ini disebut Nabi Saw sebagai orang yang bangkrut. Karena ia "tekor", tidak punya pahala, dan berlumir dosa hingga tempat kembalinya adalah neraka. Na'udzubillah min dzalik.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 222
Setiap Kedzaliman Yang Dilakukan Di Dunia, Akan Menjadi Kegelapan Di Hari Kiamat

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاتَّقُوا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ (رواه مسلم)
Dari Jabir bin 'Abdullah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Hindarilah kezhaliman (perbuatan dzalim), karena sesungguhnya kezhaliman itu akan mendatangkan kegelapan pada hari kiamat kelak. Dan jauhilah sifat kikir, karena kekikiran itu telah mencelakakan (menghancurkan) orang-orang sebelum kalian, yang menyebabkan mereka saling menumpahkan darah dan menghalalkan segala yang diharamkan." (HR. Muslim, hadits no 4675)

Hikmah Hadits ;
1. Secara bahasa, dzalim (dzulmun) berasal dari kata dza-la-ma yang berarti aniaya, melampaui batas, melanggar ketentuan dan tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adapun kedzaliman (dzulm) yang dimaksud dalam hadits di atas, maknanya lebih mengarah pada perbuatan dzalim (aniaya) yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, yang umumnya dilakukan oleh orang yg lebih tinggi jabatan dan kedudukannya terhadap orang lain di bawahnya.
2. Kedzaliman bisa terjadi dalam segala hal, diantaranya adalah pada hal-hal berikut ;
#1. Mengintimidasi secara fisik, seperti memukul, menampar, menyerang dengan benda, dsb tanpa alasan yang benar, baik yang menyebabkan luka, bahkan kematian maupun yang tidak menyebabkan luka.
#2. Bersikap kasar, sombong, merasa paling benar sendiri, terlalu mengatur orang lain, menyalah-nyalahkan orang lain, dsb.
#3. Tidak memenuhi hak yang seharusnya ditunaikan, seperti hak pembeli, hak penjual, hak saudara sesama muslim, hak tetangga, hak fakir miskin, dsb.
#4. Mengambil atau merampas hak orang lain, seperti mencuri, korupsi, menggeser patok tanah, tidak menyempurnakan timbangan, dsb
#5. Tidak menjalankan kewajiban yang menjadi keharusannya, seperti kewajiban sebagai seorang suami, sebagai seorang istri, sebagai karyawan, sebagai pejabat, dsb.
#6.  Merekayasa suatu kejadian dalam rangka menuduh (baca ; menfitnah) orang lain atau kelompok lain. Seperti rekayasa bom, rekayasa makar, dan rekayasa-rekayasa lainnya.
3. Maka, oleh karenanya, Nabi Saw memerintahkan kita semua untuk berhati-hati terhadap segala bentuk kedzaliman. Bahkan Nabi Saw sendiri di akhir masa hayatnya, sempat 'mempersilakan' para sahabat utk membalas kedzaliman beliau, apabila ada yang merasa terdzalimi oleh beliau. Karena beliau sangat khawatir, kelak segala bentuk kedzalimannya menjadi kegelapan di Hari Kiamat.
4. Selain memperingatkan kita dari perilaku dzalim, Nabi Saw juga memperingatkan kita untuk menghindari sifat kikir. Karena sifat kikir merupakan buah dari rasa takut akan hilangnya nikmat, seperti takut rizkinya habis, kekayaannya musnah, dsb. Dan sikap seperti ini bisa menjadikan orang 'gila harta', mengejar dunia yg tak berkesudahan, serta tidak jarang mengakibatkan keretakan ukhuwah, dan menghalalkan segala yg diharamkan Allah Swt. Semoga kita semua terhindar dari segala sifat dan sikap yang negatif dan dimurkai Allah Swt.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc.,M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 221
Agar Kesuksesan Dapat Teraih Di Bulan Ramadhan

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ (روه الترمذي)‏
Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila tiba malam pertama di bulan Ramadhan, maka syaitan dan pemimpin-pemimpin jin akan dibelenggu, pintu-pintu neraka akan dikunci dan tidak satu pintupun dibuka, dan dibukanya pintu-pintu surga dan tidak satupun yang ditutup. Pada malam itu akan ada penyeru, “Wahai pencari kebaikan, raihlah! Wahai pencari keburukan cukuplah! . Dan Allah akan memberikan ampunan dari api neraka, dan hal tersebut diberikan pada setiap malam. (HR. Tirmudzi)

Hikmah Hadits ;
Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan kemuliaan, yang oleh karenanya cukuplah bagi kita menjadikan berbagai kemuliaan di dalamnya sebagai alasan untuk menggapai kesuksesan, yaitu ;
a. Karena Ramadhan merupakan sebuah  “training” yang akan menghasilkan “sarjana-sarjana” ketaqwaan. Dan modal kesuksesan yang paling penting dalam kehidupan adalah ketakwaan.
b. Karena Ramadhan merupakan bulan diturunkannya Al-Qur’an, sedangkan Al-Qur’an merupakan dasar pijakan untuk meraih kesuksesan dunia & akhirat:
c. Karena Ramadhan Merupakan Bulan Yang penuh keberkahan, sedangkan kesuksesan tidak akan berarti tanpa adanya faktor keberkahan.
d. Karena Ramadhan Merupakan Bulan dihapuskannya segala dosa dan kesalahan. Dan sukses apalagi yang lebih berharga dibandingkan dengan dihapuskannya segala dosa dan kesalahan.
e. Karena Ramadhan Merupakan Bulan Dibukanya Pintu-Pintu Surga dan Ditutupnya Pintu-Pintu Neraka. Terhindar dari azab neraka serta dimasukkan ke dalam surga merupakan bentuk sukses yang hakiki.
f. Karena di bulan Ramadhan, Allah sendiri yang akan langsung memberikan pahala-Nya kepada Sha’imin. Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, bahwa Allah SWT berfirman, “Puasa adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan (langsung) memberikan pahala kepada orang yang berpuasa. ” (HR. Bukhari)‏
g. Ramadhan Merupakan Bulan dibukakannya Kemenangan-Kemenangan Umat Islam. Sejarah menggambarkan kepada kita, banyak kemanangan-kemenangan Islam, Allah SWT berikan di bulan Ramadhan, diantaranya adalah kemenangan Perang Badar Kubra (Th. 2 H)‏, Persiapan Perang Ahzab dan Penggalian Parit (Selesai bulan Syawal th. 5 H)‏, Fathu Makah (th. 8 H), Perang Tabuk (th. 9 H)‏, Kemenangan Thariq bin Ziyad (Th. 92H).
h. Ramadhan Merupakan Bulan Ditambahnya Rizki Orang-Orang Beriman. Allah SWT berfirman, 'Supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS. An-Nur/ 24 : 38)‏
i. Karena Allah SWT menyediakan satu pintu surga, khusus untuk orang-orang yang berpuasa.  Dari Sahl ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga terdapat satu pintu  yang disebut Arrayan. Masuk dari pintu tersebut  orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat. Tidak  akan seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut  selain mereka.” Dikatakan, “Dimanakah orang-orang  yang puasa?” Lalu mereka berdiri dan tidak dapat  masuk kecuali mereka. (HR. Bukhari)

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 220. Ketika Musibah Menjadi Berkah

Rehad (Renungan Hadits) 220
Ketika Musibah Menjadi Berkah

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُوعَكُ فَمَسِسْتُهُ بِيَدِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجَلْ إِنِّي أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلَانِ مِنْكُم،ْ قَالَ فَقُلْتُ ذَلِكَ أَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجَلْ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا (رواه مسلم)
Dari 'Abdullah ra berkata; "Aku datang mengunjungi Rasulullah Saw ketika beliau sedang sakit. Lalu aku meraba beliau seraya berkata, "Ya, Rasulullah! Demam Anda bertambah tinggi." Jawab beliau: "Memang demamku sama dengan demam dua orang dari kalian." Kataku pula; "Semoga Anda mendapat pahala berganda pula." Jawab beliau; "Semoga demikian!" Kemudian beliau bersabda: "Tidak ada seorang muslim yang ditimpa cobaan berupa sakit dan sebagainya, melainkan dihapuskan oleh Allah Ta'ala dosa-dosanya, seperti sebatang pohon yang menggugurkan daunnya." (HR. Muslim, hadits no 4663)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa Nabi Saw adalah seorang manusia biasa sebagaimana kita, dan beliau melakukan kebiasaan-kebiasaan juga seperti kebiasaan yang kita lakukan. Beliau melakukan aktivitas seperti makan dan minum, beliau pergi ke pasar, beliau juga pergi kamar mandi dan bahkan beliau juga merasakan sakit sebagaimana kita semua merasakan sakit. Bahkan berdasarkan riwayat di atas, sakit demam yang beliau rasakan adalah setara dengan demam dua orang biasa. Artinya beliau merasakan sakit dua kali lipat dibandingkan dengan sakit yang umumnya diderita manusia.
2. Anjuran untuk membesuk orang yang sedang sakit, sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas'ud ketika beliau membesuk Nabi Saw saat beliau sedang sakit. Bahkan dalam banyak riwayat disebutkan tentang keutamaan membesuk orang sakit, diantaranya adalah riwayat sbb, dari Tsauban ra bahwa Nabi Saw bersabda: "Seorang muslim bila dia menjeguk saudaranya (yang sedang sakit), maka (berarti) dia senantiasa berada dalam sebuah taman surga, sampai dia kembali pulang ke rumahnya." (HR. Muslim, hadits no 4659). Karena dengan membesuk berarti ia telah membahagiakan dan menghibur saudaranya yg sedang sakit. Selain tentunya juga dengan membesuk akan melantunkan untaian doa untuk kesembuhan saudaranya tersebut.
3. Bahwa setiap rasa sakit yang menimpa, rasa duka yang melanda, atau bahkan gundah gulana yang membuncah di dalam jiwa karena musibah yang menerpa, lalu kita sabar dan ikhlas dalam menjalaniya, maka insya Allah setiap satu titik rasa sakit tersebut akan berbuah pahala dan ampunan dari Allah Swt. Bahkan gambaran ampunannya adalah ibarat sebatang pepohonan yang kering dan menggugurkan dedaunannya. Subhanallah... betapa indahnya kehidupan orang2 yang beriman, yang dalam keadaan sakitpun bisa membuahkan ampunan. Semoga Allah Swt memberikan kesehatan kepada kita semua, dan menganugerahkan ampunan dari setiap dosa dan kesalahan.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

;;