Menuju Makna Dan Hakekat Keikhlasan

Keikhlasan merupakan suatu hal yang penting dalam menjalankan suatu amalan. Karena tanpa adanya keikhlasan, amalan yang dilakukan insan akan hilang sia-sia. Dan betapa ruginya seseorang yang beramal dengan susah payah, apabila pada akhirnya ia harus tidak mendapatkan apa-apa dari segala yang telah diusahakannya.
Namun pada sisi yang lain, setiap insan akan merasa bahwa dirinya masih teramat jauh dari nilai-nilai ikhlas. Mulai dari ucapannya, pandangannya, pendengarannya, gerak-geriknya, tingkah lakunya, amalan-amalan ibadahnya, dan lain sebagainya. Hingga jika dikalkulasikan secara keseluruhan akan melahirkan sebuah kesimpulan bahwa dirinya belum ikhlas. Di sinilah muncul permasalahan lainnya. Karena Allah SWT tidak akan menerima amalan hamba-Nya yang tidak ikhlas. Allah akan melepaskan diri-Nya dari amalan-amalan seperti ini, kepada orang yang diriyai hamba-Nya tersebut.
Apabila kondisinya seperti ini, maka apalagi yang diharapkan seorang insan, jika semua amalannya ditolak Allah SWT. Sementara ia telah merasa berjerih payah mengerahkan tenaga dan keringatnya bahkan juga darah guna mengabdikan dirinya menegakkan kalimatullah.

Makna Keikhlasan
Melihat kondisi yang seperti ini, agaknya merupakan hal yang sangat urgen guna lebih memahami hakekat keikhlasan. Karena berangkat dari adanya pemahaman, implementasi pada pengamalannya memiliki prosentase kesahihan yang lebih besar. Namun jika beramal yang dilandasi pijakan pemahaman yang tidak utuh, maka prosentase pengimplementasiannya juga akan lebih besar pada kekeliruan. Untuk itulah, agaknya tidak bijaksana bila meninggalkan makna dari hakikatnya.
Ikhlas berasal dari bahasa Arab, yang sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Dari bahasa asalnya, ikhlas berasal dari kata "akhlasha", yang berarti bersih, murni dan jernih. Dari kata dasar ini, membentuk infinitifnya (masdar) menjadi "ikhlasan". Sedangkan orang yang ikhlas adalah "mukhlis":
أخلص - يخلص - إخلاصا - وهو مخلص
Adapun dari segi istilahnya, para ulama memberikan ekspresi bahasa yang beragam, sesuai dengan kecendrungan dan spesialisasi mereka masing-masing.
  • Al-Imam Al-Mar'asyi umpamanya, beliau mengemukakan bahwa ikhlas adalah kesamaan amalan seorang hamba yang dilakukannya secara dzahir dan bathin.
  • Imam Abu Qasim al-Qusyairi membahasakannya dengan, "memaksudkan amalan dengan menfokuskan tujuan dalam ketaatannya kepada Allah SWT.
  • Sedangkan Imam al-Susy, mendefinisikannya dengan, "hilangnya rasa keikhlasan dalam amalan yang dilakukannya, karena orang yang merasa terdapat keikhlasan pada keikhlasannya, maka sesungguhnya keikhlasannya itu membutuhkan keikhlasan."
  • Dan seorang ulama kontemporer, yaitu Ali Abdul Halim Mahmud, mengemukakan bahwa hakekat keikhlasan adalah berlepas diri dari sesuatu selain Allah SWT, yaitu bersihnya perkataan, perbuatan, atau meninggalkan sesuatu hal dengan tujuan mencari ridha Allah dan pahala dari-Nya.

Apapun ungkapan yang mereka bahasakan dengan definisi yan mereka berikan, pada hakekatnya mereka semua memiliki kesamaan pandangan bahwa keikhlasan merupakan menfokuskan tujuan suatu amalan, hanya semata-mata untuk Allah dan kepada Allah, dengan menjauhkan diri dari tujuan-tujuan lain yang bukan kepada Allah.


Urgensi Keikhlasan
Dalam kehidupan yang dijalani oleh manusia, kiekhlasan memiliki posisi yang sangat penting. Karena tanpa keikhlasan, maka amalan seseorang diibaratkan seperti jasad yang tidak memiliki ruh lagi. Berikut adalah beberapa urgensi keikhlasan:
  1. Ikhlas merupakan suatu perintah/ kewajiban dari Allah. (QS.98: 5) "Padahal mereka tidaklah disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan keikhlasan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus."
  2. Keikhlasan merupakan bukti dan sarana ketaqwaan seseorang.
  3. Kehidupan dan kematian akan dipersembahkan kepada Allah SWT. Dan bagaimana persembahan akan diterima, jika tidak dibarengi dengan keikhlasan?
  4. Keikhlasan merupakan hal yang sangat diperlukan guna menjadi hamba yang terbaik amalannya, sebagai perealisasian cobaan yang Allah berikan pada insan. (QS.67: 2) "Yang menjadikan kamu mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."
  5. Ikhlas merupakan syarat pertemuan antara seorang hamba dengan Rab-nya baik di dunia maupun di akhirat. (QS.18 : 110) "Dan barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan jenganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya."

Ikhlas dan Riya'
Ketika mengkaji tentang keikhlasan, muncullah sebuah persepsi pentingnya menghindarkan amalan dari riya. Karena riya merupakan lawan kata dari ikhlas. Dan riya ini pulalah yang dapat menghancurkan keikhlasan seorang hamba yang telah sekian lama diusahakannya. Memahami riya meruapakan hal yang cukup urgen, guna membantu dalam peningkatan keikhlasan.
Berbeda dengan ikhlas, maka riya adalah memaksudkan amalan yang dilakukan seseorang guna mendapatkan keridhoan manusia, baik berupa pujian, ketenaran, atau sesuatu yang diinginkannya selain Allah SWT. Dr. Sayid Muhammad Nuh, menggambarkan adanya tiga sebab yang memotori timbulnya riya: Pertama karena ingin mendapatkan pujian dan nama baik di masyarakat. Kedua, kekhawatiran mendapat celaan manusia, dan ketiga, menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain (tamak). Ketiga hal ini didasari dari hadits, yang diriwayatkan Imam Bukhari:
عَنْ أَبِيْ مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ أَعْرَابِيًّا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهٌ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، الرَّجُلُ يُقَاتِلُ حَمِيَّةً، وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِيُرَى مَكَانُهُ، وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِلذِّكْرِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَاتَلَ لِتَكُوْنَ كَلِمَةَ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ
"Dari Abu Musa al-Asyari ra, mengatakan bahwa seorang Badui bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah SAW, seseorang berperang karena kekesatriaaan, seseorang berperang supaya posisinya dilihat oleh orang, dan seseorang berperang karena ingin mendapatkan pujian? Rasulullah SAW menjawab "Barang siapa yang berperang karena ingin menegakkan kalimatullah, maka dia fi sabilillah." (HR. Bukhari)

Kemudian hadits riwayat Imam Nasa'i,
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ غَزَا لاَ يَبْغِيَ إِلاَّ عِقَالاً فَلَهُ مَا نَوَى
"Barang siapa yang berperang hanya kerena kekang hewan, maka ia hanya akan mendapatkan apa yang diniatkannya." (HR. Nasa'i)

Ungkapan dalam hadits pertama, tentang seseorang yang berperang supaya posisinya dilihat orang dan seseorang yang berperang supaya mendapatkan pujian, adalah sebagai indikasi penyebab riya yang pertama, yaitu ingin mendapatkan pujian dan nama baik di masyarakat. Kemudian ungkapan dalam hadits tentang seseorang yang berperang karena kekesatriaan, adalah indikasi dari penyebab yang kedua, yaitu kekhwatiran mendapatkan celaan manusia. Adapun dalam hadits yang kedua, adalah indikasi dari penyebab yang terakhir, yaitu menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain. Meninggalkan ketiga hal di atas adalah merupakan salah satu upaya guna menghadirkan keikhlasan dalam beramal, sekaligus menghindari dir dari sifat riya.

Riya Adalah Syirik Kecil
Riya' adalah syirik kecil; demikianlah ungkapan yang dikemukakan Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam musnadnya. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ، قَالُوْا وَمَا الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ الرِّيَاءُ، يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اذْهَبُوْا إِلَى الَّذِيْ تُرَاءُوْنَ فِي الدُّنْيَا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمُ الْجَزَاءَ - رواه أحمد
"Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya, "Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah SAW?", Beliau menjawab, "Riya.! Dan Allah akan berkata pada hari kiamat, terhadap mereka-meeka yang riya, 'pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu di dunia kalian rya'i, apakah kalian mendapatkan ganjaran dari mereka?" (HR. Ahmad)

Meskipun kecil, riya tetaplah bagian dari syirik yang harus disingkirkan jauh-jauh dari hati kaum mu'minin. Sesuatu yang kecil, bila dibiarkan tumbuh berkembang, maka lambat laun akan menjadi besar. Dan alangkah meruginya, jika sesuatu yang negatif yang demikian besarnya, ternyata bercokol di dalam hati orang mu'min. Sedangkan syirik merupakan dosa yang tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

Ciri-ciri Riya' dan Ikhlas
Terdapat sebuah ungkapan yang dikemukakan oleh seorang sahabat Rasulullah SAW yang sangat zuhud kehidupannya, beliau juga termasuk salah seorang dari empat khulafa' rasydin, yang juga mendapatkan berita gembira untuk masuk dalam surga Allah kelak. Beliau adalah Ali bin Abi Thalib. Ali bin Abi Thalib mengemukakan, tentang ciri-ciri riya' yang terdapat dalam jiwa seseorang:
قَالَ عَلِيٌّ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ، لِلْمُرَائِيْ عَلاَمَاتٌ، يَكْسُلُ إِذَا كَانَ وَحْدَهُ، وَيَنْشَطُ إِذَا كَانَ فِي النَّاسِ، وَيَزِيْدُ فِي الْعَمَلِ إِذَا أُثْنَى، وَيَنْقُصُ إِذَا ذُمَّ
"Orang yang riya, terdapat beberapa ciri, (1) malas, jika seorang diri, (2) giat jika di tengah-tengah orang banyak, (3) bertambah semangat beramal jika mendapatkan pujian, (4) berkurang frekwensi amalnya jika mendapatkan celaan."

Sedangkan orang yang ikhlas adalah kebalikan dari hal tersebut diatas. Adapun ciri-cirinya, diantaranya adalah;
  • Istiqamah/ istimrar dalam beribadah, baik ketika mendapatkan pujian ataupun ketika mendapatkan celaan atas perbuatannya tersebut.
  • Membenci atau menghindari diri dari popularitas. Karena amalnya semata-mata hanya karena ingin mendapatkan keridhaan Allah SWT.
  • Menyembunyikan amalan, dalam arti tidak menyengaja dalam mengerjakan suatu amalan agar dilihat orang lain.
  • Su'udzon terhadap diri sendiri, hingga tidak membanggakan amal pribadi. Artinya dirinya senantiasa merasa kurang sempurna dalam beramal. Sehingga ia selalu memperbaiki dengan amalan yang lebih baik lagi.

Assidqu fil Ikhlas
Pada intinya, keikhlasan menginginkan bagaimana seorang hamba mampu memberikan porsi ketawazunan (baca; keseimbangan) dalam amalannya antara yang dzahir dan bathin. Karena yang diinginkan dari ikhlas adalah adanya kesamaan dalam kedua amalan ini, baik yang dzhir (amalan yang terlihat oleh orang lain), maupun yang bathin (yang hanya diketahui sendiri oleh dirinya). Jika amalan dzahirnya melebihi amalan bathinnya, berarti terdapat indikasi keriyaan. Contoh amalan yang dilakukan secara bathin adalah senantiasa hati seseorang "basah" dengan dzikir kepada Allah, dimanapun dan kapanpun dia berada. Demikian juga dalam kesendirian-kesendiriannya, ia justru memperbanyak dzikir dan melakukan aktivitas ibadah, bukan malah merupakan kesempatan untuk berlaku maksiat.
Jika seseorang telah mampu menyeimbangkan antara kedua hal di atas, ini berarti telah terdapat indikasi keikhlasan dalam dirinya. Apalagi jika seseorang yang memiliki amalan bathin, jauh lebih banyak dan lebih besar frekwensinya daripada amalan dzahirnya, maka ia telah mencapai assidqu fil ikhlas (keikhlasan yang sebenar-benarnya).

Cara Menghadirkan Keikhlasan dan Menghindari Riya'
Para ulama berupaya memberikan berbagai jalan guna menemukan kiat-kiat agar terhindar dari keriyaan serta mampu menghadirkan keikhlasan dalam jiwa. Diantara cara yang mereka tawarkan adalah:
  1. Menghadirkan sikap muraqabatullah, yaitu sikap yang menghayati bahwa Allah senantiasa mengetahui segala gerak-gerik kita hingga yang sekecil-kecilnya, bahkan yang tergores dan terlintas dalam hati sekalipun yang tidak pernah diketahui oleh siapapun. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengungkapkan, "..dan sempurnakanlah amal, karena Sang Pengawas (Allah) Maha Melihat.,( وَأَتْقِنِ الْعَمَلَ فَإِنَّ النَّاقِدَ بَصِيْرٌ )
  2. Seseorang perlu menyadari dan meyakini, bahwa dengan riya, seluruh amalannya akan tidak memiliki arti sama sekali. Amalannya akan hilang sia-sia dan akan musnah. Serta dirinya tidak akan pernah mendapatkan apapun dari usahanya sendiri.
  3. Dirinya pun perlu menyadari, bahwa lambat launpun manusia akan mengetahui apa yang terdapat di balik amalan-amalan baik yang dilakukannya, baik di dunia apalagi di akhirat kelak.
  4. Dirinya juga perlu meyadari pula bahwa dengan riya, seseorang dapat diharamkan dari surga Allah. Dalam hadits digambarkan, bahwa Rasulullah SAW menangis, karena takut umatnya berbuat riya'. Kemudian beliau berkata, "Barang siapa yang belajar ilmu pengetahuan bukan kerena mencari keridhoan Allah tapi karena keinginan duniawi, maka dia tidak akan mencium baunya surga."
  5. Banyak berdzikir kapada Allah SWT, terutama manakala sedang menjalankan suatu amalan, yang tiba-tiba muncul pula niatan riya. Hal ini sebaiknya segera diterapi dengan dzikir.

Penutup
Inilah sekelumit hal mengenai keikhlasan, yang patut dihadirkan dan dijaga dalam diri tiap insan. Keikhlasan bukan hanya monopoli mereka-mereka yang pakar dalam ilmu keagamaan, atau mereka-mereka yang berkecimpung dalam keilmuan syar'iyah. Namun keikhlasan adalah potensi setiap insan dalam melakukan amalan ibadah kepada Allah. Bahkan tidak sedikit mereka-mereka yang dianggap biasa-biasa saja, ternyata memiliki keluarbiasaan dalam keimanannya kepada Allah.
Jika demikian halnya, marilah memulai dari diri pribadi masing-masing, untuk menghadirkan keikhlasan, meningkatkan kualitasnya dan menjaganya hingga ajal kelak menjemput kita.


Wallahu A'lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag.

Sifat Kepiting

Mungkin banyak yang tahu wujud kepiting, tapi tidak banyak yang tahu sifat kepiting. Semoga Anda tidak memiliki sifat kepiting yang dengki.

Di Filipina, masyarakat pedesaan gemar sekali menangkap dan memakan kepiting sawah. Kepiting itu ukurannya kecil namun rasanya cukup lezat. Kepiting-kepiting itu dengan mudah ditangkap di malam hari, lalu dimasukkan ke dalam baskom/wadah, tanpa diikat.

Keesokkan harinya, kepiting-kepiting ini akan direbus dan lalu disantap untuk lauk selama beberapa hari. Yang paling menarik dari kebiasaan ini, kepiting-kepiting itu akan selalu berusaha untuk keluar dari baskom, sekuat tenaga mereka, dengan menggunakan capit-capitnya yang kuat.

Namun seorang penangkap kepiting yang handal selalu tenang meskipun hasil buruannya selalu berusaha meloloskan diri. Resepnya hanya satu, yaitu si pemburu tahu betul sifat si kepiting. Bila ada seekor kepiting yang hampir meloloskan diri keluar dari baskom,teman-temannya pasti akan menariknya lagi kembali ke dasar. Jika ada lagi yang naik dengan cepat ke mulut baskom, lagi-lagi temannya akan menariknya turun… dan begitu seterusnya sampai akhirnya tidak ada yang berhasil keluar. Keesokan harinya sang pemburu tinggal merebus mereka semua dan matilah sekawanan kepiting yang dengki itu.

Begitu pula dalam kehidupan ini… tanpa sadar kita juga terkadang menjadi seperti kepiting-kepiting itu.Yang seharusnya bergembira jika teman atau saudara kita mengalami kesuksesan kita malahan mencurigai, jangan-jangan kesuksesan itu diraihdengan jalan yang nggak bener. Apalagi di dalam bisnis atau hal lain yang mengandung unsur kompetisi, sifat iri, dengki, atau munafik akan semakin nyata dan kalau tidak segera kita sadari tanpa sadar kita sudah membunuh diri kita sendiri.

Kesuksesan akan datang kalau kita bisa menyadari bahwa di dalam bisnis atau persaingan yang penting bukan siapa yang menang, namun terlebih penting dari itu seberapa jauh kita bisa mengembangkan diri kita seutuhnya. Jika kita berkembang, kita mungkin bisa menang atau bisa juga kalah dalam suatu persaingan, namun yang pasti kita menang dalam kehidupan ini.

Pertanda seseorang adalah ‘kepiting’:
1. Selalu mengingat kesalahan pihak luar (bisa orang lain atau situasi) yang sudah lampau dan menjadikannya suatu prinsip/pedoman dalam bertindak
2. Banyak mengkritik tapi tidak ada perubahan
3. Hobi membicarakan kelemahan orang lain tapi tidak mengetahui kelemahan dirinya sendiri sehingga ia hanya sibuk menarik kepiting-kepiting yang akan keluar dari baskom dan melupakan usaha pelolosan dirinya sendiri.

..Seharusnya kepiting-kepiting itu tolong-menolong keluar dari baskom, namun yah… dibutuhkan jiwa yang besar untuk melakukannya… Coba renungkan berapa waktu yang Anda pakai untuk memikirkan cara-cara menjadi pemenang. Dalam kehidupan sosial, bisnis, sekolah, atau agama. Dan gantilah waktu itu untuk memikirkan cara-cara pengembangan diri Anda menjadi pribadi yang sehat dan sukses.

dikutip dari motivasi.web.id


Catatan :

MUI telah mengeluarkan fatwa berkenaan dengan hukum memakan kepiting laut. Dahulu, fatwa yang umum adalah bahwa kepiting laut itu hukumnya haram, karena ada indikasi hidup di dua alam. Namun setelah dilakukan pengkajian secara mendalam, ternyata didapatkan lebih dari 70 jenis kepiting. Dari jumlah tersebut, terdapat 3 jenis kepiting yang umum dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.

Dari hasil penelitian, ternyata kepiting tidak hidup di dua alam. Kepiting hanya hidup di satu alam, yaitu alam laut. Karena kepiting tumbuh dan berkembang biak di laut. Sedangkan ketika ke daratan, kepiting memerlukan air laut yang disimpan di dalam tubuhnya. Jika air tersebut telah habis, maka ia pun lambat laun akan mati juga. Kemudian bahwa kepiting tidak bisa berkembang biak di daratan. Oleh karenanya ia tidak dimasukkan dalam binatang yang hidup di dua alam.

Fatwa MUI (Bekerja sama dengan LP POM MUI) tentang kepiting dikeleluarkan pada hari sabtu, 4 Rabiul Akhir 1423 H/ 15 Juni 2002 M :
1. Kepiting adalah halal dikonsumsi sepanjang tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia.
2. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Kendatipun demikian, jika anda adalah penggemar berat kepiting, maka jangan pernah sampai "tertular" dengan sifat negatif kepiting, yang "senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang." Jika akan meniru kepiting, tirulah saja kekuatan positifnya, yaitu "sanggup menjalani kehidupan di "habitat" yang berbeda dalam tempo waktu yang cukup lama....

Oh ya, satu lagi. Jangan lupa kepiting juga berkadar kolesterol cukup tinggi...

Wallahu A'lam Bis Shawab...

Ta'aruf Lagi..., Ta'aruf Lagi...

Mencari istri untuk dijadikan Bidadari, sudah 27 Nama Gadis di tabel Excel Komputer Butut si Dudung. 27 Lembar Biodata Dudung sudah dibaca Akhwat, ada akhwat yang menolak pada tahap Biodata, Ada yang menolak tanpa alasan, tapi sebaliknya, ada juga yang Dudung tolak setelah bertemu dan bertaaruf di depan Guru Ngajinya.

Dudung mengenal Beberapa akhwat calon bidadarinya dari Dunya Maya Multiply, FS dan Terakhir FB, sebagian lagi dari sang Murabbi, Guru ngaji, serta teman-teman yang menawarkan Biodata. Namun semuanya Gagal, kesuksesan yang tertunda. berikut ini salah satu kisah dari 27 Biodata Akhwat yang didatangi Dudung saat pertemuan di Rumah Sang Akhwat yang baru dikenal Dudung dari selembar Biodata kiriman teman akrabnya.

Karena sebelumnya berkali-kali gagal berkenalan di FS dan Multiply, lalu kopi darat dengan Akhwat. karena sang akhwat itu diganjal Ortu Harus Menamatkan Kuliahnya terlebih dahulu, sedangkan Dudung tak mau menunggu, karena godaan wanita sudah menggebu.

Ada Juga Akhwat berkenalan di Multiply, yang sedang terikat ikatan Dinas, dengan bantuan teman perantara, taaruf batal lanjut, sehingga juga harus menunda sekian tahun.

Dudung berfikir "Kalau masih terlalu lama menunda, buat apa gue taaruf pra-nikah dengan akhwat yang masih menunda sekian lama, yang sangat rawan disusupi benih cinta sebelum waktunya. Dan menutup bisa pintu akhwat lain yang mungkin lebih baik mutunya"

Berikut ini persiapan taaruf dudung ketika akan bertemu calon akhwat ta'aruf yang ke-27, Dudung mengadu dan bermusyawarah dengan abangnya Bang Kampleng, "Bang, Besok gue mau taaruf nih" kata dudung

"oh ya, terus?" kata kampleng

"gini Bang, pegimane pendapat abang, kalau Saat taaruf gue mau bilang jumlah penghasilan atau Gaji, gue khawatir ntar itu Akhwat menyangka Gue menuduh dia cewek "matre", lagi pula bapaknya dan guru ngajinya ada di situ, soal Gaji kan rahasia ya bang?" Kata Dudung

"ah biasa aja Dung, bisa jadi si akhwat juga akan malu bila menanyakan Soal gaji, karena dia takut disangka cewek matre" kata Kampleng "terus gimane dong?" kata Dudung dengan kening berkerut, wajah bingung

"emangnye elu naksir akhwat kayak apa sih, Dung?"

"Ini Bang fotonye, tapi abang jangan Naksir ye" Dudung menyodorkan kertas Biodata ke Abang Kandung atu-atunya.

"Lumayan Dung, dari roman wajahnya kelihatan sehat, matanya bersinar" Kata Bang Kampleng "Bersinar? Emangnye lampu neon" Kata Dudung sambil bercanda

"iye maksuknya dari matanya kelihatan sehat, itulah sebabnya aurat wanita boleh dilihat kecuali muka dan tangan, soalnya kite bisa menilai kesehatan dengan meilihat roman muka, sinar mata dan tangan, kalau permukaan kuku tangannya kelihatan tidak rata bisa jadi suatu tanda kurang sehat,

Dung, eits..ntar dulu...Disini tertulis, pemahaman agama masih sedikit, masih tahap belajar baru ngaji, umur 21 tahun..., jilbab belum lebar, dan ngga mau dipoligami.. Mencari ikhwan yang siap jadi Imam, membimbing anak, istri dan keluarga, Boleh Dung.. lumayan kalau menurut pendapat ane.." kata Kampleng

"tapi Bang katanya, kita utamakan pilih yang baik agamanya, dia belum begitu baik Bang, baru ngaji, jilbab masih gaul, walapun pakaiannya nggak ketat- ketat amat" "yah elu Dung, ada sih yang agamanya bagus tapi dia 10 tahun lebih tua dari elu mau Dung?" kata Kampleng

"ya kagak lah Bang, Umur gue baru 23, masa punya bini umur 33? Kata Dudung.

“elu kudu realistis Dung, kalau mau yang agamanya agak bagus biasanya sudah pada agak tua, dan otomatis nggak secantik foto ini gadis, emang sih menurut hadits nabi : Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu:
harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia.* nah elu mau nyari nyang cantik dan agamanya sudah jadi bagus, ye susah elu mau taaruf 500 kali ape ” kata Kampleng “Iye juga ye Bang, kok abang pinters sih? hehe” kata Dudung

----------

keasyikan ngobrol tidak terasa langit mulai berwarna kuning kemerahan tanda waktu maghrib segera tiba, Dudung dan Kampleng bergegas mengambil wudhu, berjalan cepat menuju masjid bercat putih, di dalam, mereka berdua berlomba meraih mikrofone agar bisa adzan mengejar pahalanya yang besar menyeru atau berdakwah lewat adzan. Kampleng yang berhasil meraih mikrofone.

Sementara Dudung duduk menjawab adzan, sambil berdzikir dan berdoa agar dibangunkan shalat tahajjud.

Dan ternyata benar, Doa antara adzan dan iqamat akan lebih maqbul, Allah memerintahkan malaikat untuk membangunkan Dudung pada jam 3 pagi. setelah tahajjud Dudung berdoa meminta jodoh saat taaruf besok lalu membaca doa tahajjud rasul:

Ya Allah,
bagi Mu segala puji,
Engkau penegak langit, bumi dan apa yang ada padanya.
Bagi-Mulah segala puji,
kepunyaan Engkaulah kerajaan langit, bumi, dan apa yang ada padanya.

Bagi-Mulah segala puji,
Engkaulah Pemberi cahaya langit dan bumi dan apa saja yang ada di dalamnya.
Bagi-Mulah segala puji,
Engkaulah Penguasa langit dan bumi.

Bagi-Mulah segala puji,
Engkaulah Yang Maha Benar,
janji-Mu itu benar,
bertemu dengan-Mu adalah benar,
firman-Mu adalah benar,
surga itu benar,
neraka itu benar,
para nabi itu benar,
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam itu benar,
kiamat itu benar.

Ya Allah,
hanya kepada-Mulah saya berserah diri,
kepada-Mulah saya beriman,
kepada-Mu saya bertawakal.
Kepada-Mu saya kembali,
kepada-Mu saya mengadu, dan

kepada-Mu saya berhukum.
Maka, ampunilah dosaku yang telah lampau dan yang kemudian,
yang saya sembunyikan dan yang terang-terangan,
dan yang lebih Engkau ketahui daripada saya.

Engkaulah yang mendahulukan dan Engkaulah yang mengemudiankan,.
tidak ada tuhan melainkan Engkau,
atau tiada tuhan (bagiku) selain Engkau***."

Esok Paginya,
Matahari cerah menyilaukan, Pukul 7:15 Dudung shalat Dhuha memohon rizqi halal dan berkah, lalu langsung berangkat ta'aruf ke rumah Lia Amalia, akhwat calon istrinya.

singkat cerita, setelah berbasa basi, diantara para hadirin, ada ayahnya Lia, Guru ngajinya Lia, dan Dudung dengan jantannya datang sendirian menghadapi keluarga Lia, di ruang tamu, semua duduk bersila, di atas karpet merah menyala.

Dudung menjelaskan bahwa gajinya Rp…. Juta Per bulan, “apakah Lia bersedia hidup dengan suami dengan standard dan gaya hidup segitu?”

“hhmm… saya sih tidak memandang penghasilan mas Dudung, yang penting saya mempunyai suami yang shalih, yang otomatis senang bekerja” Jawab Lia

-----

Sampai pada pertanyaan penting "apakah mas Dudung mengizinkan saya bekerja jadi PNS atau Karyawan swasta?" Tanya Lia

"hmm, pada dasarnya Islam tidak melarang istri bekerja asalkan tidak menimbulkan fitnah, dan mendapat izin suami" jawab Dudung dengan diplomatis

Si Dudung sebenarnya ingin bertanya soal rahasia pribadi lainnya, tapi nggak enak sama Guru ngajinya si Lia. “ah nanti saja lah pertemuan taaruf berikutnya” dalam hatinya Dudung.

Setelah sekian lama memeriksa dan saling bertanya biodata Dudung Pamit pulang, bersalaman dengan Calon Ayah Mertua, tiba-tiba

“eh mas Dudung, tunggu dulu” teriak Ayahnya Lia. Dudung balik lagi dan semua kembali bersila

“ini ada pertanyaan yang terlupa, Lia, kamu saja yg bicara ” kata sang calon Mertua

"ini mas,… apakah Mas Dudung akan berpoligami?" tanya Lia

"oh itu, saya tidak pernah punya niat berpoligami, walaupun dalam Islam Boleh menikah sampai empat istri,saya tidak akan mengharamkannya, tapi juga tidak menganjurkan, kalau ada orang lain berpoligami menjadi solusi, silakan saja asalkan adil , itukan urusan pribadi mereka, sekarang saya merasa nggak bisa adil, bagi saya jadi satu istri cukup" Jawab Dudung yang lagi-lagi diplomatis panjang lebar sekalian menunjukkan pengetahuan Ilmu agamanya.

------

Dudung Pamit, Berjalan dengan cepat dan tegap seperti biasanya, dia terus berusaha mencoba mencontoh cara jalan Nabi.

Setiba di rumah, Bang Kampleng menyambut Dudung, “gimana Dung?”

“wah lumayan bang ta’arufnya lancar, gue bisa menjawab pertanyaan dengan mantap, nggak grogi seperti ta’aruf sebelum-sebelumnye” kata Dudung.

“o Gitu, bagus deh, tapi elu suka kan sama dia?”

“suka bang” jawab Dudung.

“nah gitu, yang penting elu suka, jadi elu bakalan siap menerima segala kekurangan dia di kemudian hari, karena ada ayat: nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu sukai dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja**” kata Kampleng.

“betul bang”

Dudung menunggu hasil ta’aruf, dia berdoa semoga berhasil, diterima begitu biar langsung khitbah (melamar) kalau sudah tahu kelebihan dan kekurangan. Melihat bahasa tubuh Lia dan keluarganya sih, Dudung merasa diterima. Kira-kira 3 hari lagi, Dudung akan dikabari lewat sms dan email oleh pihak Lia.

3 Hari Kemudian

HP Dudung Tertulis “1 pesan diterima”, Dudung segera bergegas, langsung menekan tombol “baca”. Disitu tertulis pesan “saya menyukai mas Dudung, orang tua saya setuju-setuju saja, tapi saya pikir-pikir dulu mas,


Dudung berkata dalam hati “yah.. terpaksa ta’aruf lagi sama yang lain,
cape deh..“

Penulis : http://ideanas.multiply.com
Dikutip dari eramuslim.com

Akhlak Dan Etika Bekerja Dalam Islam

;;