Rehad 239. Kekuatan Jiwa Seorang Mu'min

Rehad (Renungan Hadits) 239
Kekuatan Jiwa Seorang Mu'min

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah raa berkata, "bahwa Rasulullah Saw bersabda, 'Seorang mu'min yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Swt daripada mu'min yang lemah. Pada masing-masing dari keduanya terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan; 'Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu'. Tetapi katakanlah; 'lni sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata 'law' (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan syaitan." (HR. Muslim, hadits no 4816)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa "keimanan" merupakan sumber kekuatan bagi setiap orang yang beriman. Karena iman merupakan energy yang dengannya akan membangkitkan semangat, memunculkan harapan, memberikan inspirasi, menumbuhkan imunitas, dan menguatkan jiwa. Oleh karenanya, sejatinya iman menjadikan seseorang semakin kuat, dan bukan menjadikannya lemah. Itulah sebabnya, "seorang mu'min" yang "kuat", adalah menjadi penyebab datangnya kebaikan dan kecintaan Allah Swt bagi dirinya.
2. Kekuatan sebagaimana yang dimaksud dalam hadits di atas, dapat mencakup berbagai dimensi ;
#1. Al-Quwwah An-Nafsiyah, yaitu kekuatan jiwa dalam artian seorang mu'min seharusnya memiliki mental yang kuat, tidak mudah putus asa, tidak mudah patah semangat, dan selalu optimis serta berposotif thinking.
#2. Al-Quwwah Al-Jasadiyah yaitu kekuatan fisik dalam artian sejatinya seorang mu'min memiliki fisik yang sehat dan kuat, tidak lemah dan tidak mudah lelah. Diriwayatkan bahwa Nabi Saw memiliki fisik yang kuat, yang bahkan ketika para sahabat kesulitan memecahkam batu yang menjadi penghalang ketika membuat parit dalam perang Khandak, maka Nabi Saw yang kemudian memecahkan batu besar tsb dengan tangan beliau.
#3. Al-Quwwah Al-Aqliyah, yaitu kekuatan akal dalam artinya seharusnya setiap muslim memiliki kecerdasan dan kaya dengan ilmu pengetahuan. Karena salah satu konsekwensi iman adalah menuntut ilmu, bahkan wahyu pertama yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Saw adalah perintah utk membaca. Sedangkan membaca merupakan sarana paling efektif dalam menuntut ilmu.
#4. Al-Quwwah Al-Maliyah, yaitu kekuatan finansial, dalam artian seorang muslim idealnya adalah orang yang memiliki kemampual finansial yang cukup, kehadirannya memberikan kontribusi finansial bagi orang lain. Dengan kata lain, seorang muslim idealnya menjadi "muzakki", karena tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
3. Salah satu wujud dari kekuatan jiwa seorang mu'min adalah tidak mudah mengucap kata "andai' atau 'seandainya'. Karena kata-kata seperti itu menggambarkan lemahnya jiwa, khususnya ketika kata tsb diucapkan pada saat terjadinya sesuatu yg tidak diharapkan. Karena seorang mu'min adalah orang yg selalu berpositf thinking (husnudzan) kepada Allah. Apa yang Allah takdirkan, adalah yang terbaik dan paling tepat bagi dirinya. Mudah2an Allah Swt anugerahkan kita kekuatan sebagaimana dimaksud dalam hadits di atas yang oleh karenanya menjadikan kita layak utk mendapatkan cinta Allah Swt. Amiiiin Ya Rabbal Alamiiin.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 238
Hati Insan; Diantara Ketaatan dan Kemaksiatan

عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ (رواه مسلم)
Dari Abdullah bin 'Amru bin Ash ra berkata, bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya hati anak cucu Adam (semua manusia) itu berada di antara dua jari Allah Yang Maha Rahman. Allah Subhanahhu wa Ta'ala akan memalingkan hati siapa saja menurut kehendak-Nya." Kemudian Rasulullah Saw berdoa, 'Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu." (HR. Muslim, hadits no 4798)

Hikmah Hadits ;
1. Hati setiap manusia berada diantara dua pilihan ; berada di jalan ketaatan atau berada dalam jalan kemaksiatan. Terkadang hati merasa nyaman dan senang dalam ketaatan kepada Allah Swt, bahkan terasa "hampa" bila sejengkal saja jauh dari-Nya. Namun terkadang juga hati larut dalam kealpaan, tenggelam dalam jurang kemaksiatan, dan terkubur dalam hawa nafsu yang mengekang. Itulah kondisi hati manusia, yang bahkan dalam riwayat lain digambarkan sebagai berukut ; Fitnah akan dipaparkan pada hati manusia bagaikan tikar yang diurai sehelai demi sehelai. Mana pun hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana pun hati yang tidak dihinggapinya, maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti bekas tembaga berkarat, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali sesuatu yang diserap oleh hawa nafsunya." (HR. Muslim, no 207)
2. Maka bisa jadi, ada seseorang yang hidup sekian lama dalam ketaatan kepada Allah Swt, namun pada akhirnya ia justru jauh dari Allah, na'udzubillah min dzalik. Sebaliknya, ada juga seseorang yang sekian lama hidup jauh dari Allah, bergelimang dengan kemaksiatan, namun pada akhirnya justru ia dekat dan kembali pada Allah. Kondisi tersebut tertuang dalam riwayat sbb ;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ الزَّمَنَ الطَّوِيلَ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ ثُمَّ يُخْتَمُ لَهُ عَمَلُهُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ الزَّمَنَ الطَّوِيلَ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ ثُمَّ يُخْتَمُ لَهُ عَمَلُهُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda "Ada seseorang yang mengamalkan amalan ahli surga pada waktu yang sangat lama, lalu ia menutup akhir hidupnya dengan amalan ahli neraka. Ada pula seseorang yang mengerjakan amalan ahli neraka pada waktu yang sangat lama, namun kemudian ia menutup akhir hidupnya dengan amalan ahli surga. (HR. Muslim, no 4791).
3. Itulah maknanya bahwa hati setiap insan berada diantara dua jari Allah yang Maha Rahman, karena setiap orang tidak mengetahui bagaiamana akhir dan kesudahan dalam kehidupannya. Apakah berarkhir dalam ketaatan, ataukah dalam kemaksiatan. Maka, supaya hati tetap dalam ketaatan kepada Allah, hendaknya setiap kita senantiasa berusaha untuk selalu istiqamah dalam kebaikan, bermulazamah bersama para mukhlashin (orang-orang yang ikhlas), serta memperbanyak doa sebagaimana yg diajarkan Nabi Saw ;
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِك
Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu."
Mudah2an kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang hatinya senantiasa istiqamah dalam ketaatan kepada Allah Swt, hingga kelak Allah Swt memanggil kita dalam kondisi husnul khatimah.
Amiiin Ya Rabbal Alamiiin

Wallahu A'lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadit) 237
Ketika Kebaikan Seseorang Mendapatkan Pujian

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ الْعَمَلَ مِنْ الْخَيْرِ وَيَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ قَالَ تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِن (رواه مسلم)
Dari Abu Dzar ra berkata, bahwa Rasulullah Saw pernah ditanya, 'Bagaimana menurut anda tentang seseorang yang beramal kebaikan lalu orang-orang pun memujinya? ' Beliau menjawab: "Itulah kabar gembira yang disegerakan bagi seorang Mukmin." (HR. Muslim, hadits no 4780)

Hikmah Hadits ;
1. Pada dasarnya seorang muslim ketika melakukan suatu perbuatan kebajikan atau melakukan amal shaleh, niatan dan tujuannya semata-mata adalah untuk mendapatkan pahala dan keridhaan dari Allah Swt semata. Dan bahwasanya hanya amalan yang diniatkan untuk mendapatkan pahala dan keridhaan dari Allah Swt lah yang kelak akan memiliki nilai mulia berupa balasan kebaikan di akhirat, sekecil apapun amal perbuatannya tersebut. Allah Swt berfirman ;
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (QS.Az-Zalzalah : 7)
2. Namun tidak jarang ketika seseorang kontinou dalam melaksanakan amal shaleh, selalu berbuat kebajikan, istiqamah dalam perbuatan ihsan, yang kesemuanya semata-mata didedikasikan hanya untuk mendapatkan pahala dan keridhaan dari Allah Swt, ia juga mendapatkan pujian dan sanjungan dari orang lain karena kebaikannya tersebut. Dan hal ini lah yang dikhawatirkan oleh setiap muslim akan berpotensi "mengganggu" balasan pahala dari Allah Swt kelak di akhirat, lantaran adanya pujian dari manusia. Sehingga salah seorang sahabat Nabi Saw yaitu Abu Dzar menanyakannya kepada Rasulullah Saw. Menanggapi hal tersebut, maka Nabi Saw justru bersabda, 'Itulah kabar gembira yang disegerakan Allah Swt bagi seorang mukmin.' Artinya bahwa hal tersebut tidaklah menjadi masalah, selama niatan amal perbuatannya tersebut adalah ikhlas semata-mata mengharap keridhaan Allah Swt, dan salah satu bentuk keridhaan Allah Swt yang Allah Swt segerakan di dunia adalah dengan memberikan 'pujian' kepadanya melalui lisan manusia yang senang dengan amal shaleh dan perbuatan baiknya.
3. Pentingnya beramal shaleh semata-mata bertujuan mendapatkan keridhaan Allah Swt. Karena selain kelak akan mendapatkan pahala dari Allah, manusia pun juga akan senang bahkan turut memujinya. Sebaliknya jangan sampai kita melakukan perbuatan kebajikan namun niatannya adalah semata2 ingin mendapatkan pujian manusia, karena bisa jadi hal tersebut akan mendatangkan kemurkaan Allah Swt. Nabi Saw bersabda,
مَنْ الْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنْ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ
Barangsiapa yang mencari keridlaan Allah sekalipun mendatangkan kebencian manusia, maka Allah akan mencukupkannya dari manusia. Dan barangsiapa yang mencari keridlaan manusia dengan mendatangkan kemurkaan dari Allah, maka Allah akan menjadikan kemurkaan-Nya pada kemurkaan manusia. (HR. Tirmidzi, no 2338)

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

;;