Rehad 201. Ketika Non Islam Mengucapkan Salam

Rehad (Renungan Hadits) 201
Ketika Non Islam Mengucapkan Salam

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ اسْتَأْذَنَ رَهْطٌ مِنْ الْيَهُودِ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا السَّامُ عَلَيْكُم،ْ فَقَالَتْ عَائِشَةُ بَلْ عَلَيْكُمْ السَّامُ وَاللَّعْنَة،ُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّه،ِ قَالَتْ أَلَمْ تَسْمَعْ مَا قَالُوا؟ قَالَ قَدْ قُلْتُ وَعَلَيْكُمْ (رواه مسلم)
Dari 'Aisyah ra berkata, "Sekelompok orang-orang Yahudi minta izin untuk bertemu Nabi Saw, lalu mereka mengucapkan: Assaamu 'alaikum (kematian bagimu)." 'Aisyah menjawab; 'Bal 'alaikumus saam wal la'nah.' (Justru bagi kalian kematian dan laknat)". Maka Rasulullah Saw bersabda, Wahai 'Aisyah, sesungguhnya Allah Swt mencintai, kelemahlembutan dalam segala urusan.' Lalu 'Aisyah berkata, 'Tidakkah Anda mendengar ucapan mereka? ' Jawab beliau: 'Ya, aku mendengarnya, dan aku telah menjawab; wa'alaikum.' (HR. Muslim, hadits no 4027)

Hikmah Hadits ;
1. Kedengkian orang-orang kafir, khususnya orang-orang Yahudi terhadap Nabi Saw, sehingga dalam mengucapkan salam kepada beliau pun mereka "memplesetkannya" dari ucapan "assalamualaikum" (semoga Allah memberikan keselamatan bagimu) menjadi "assaamualaikum" (kematian bagimu). Ungkapan ini adalah bentuk kebencian mereka terhadap Nabi Saw dan menginginkan keburukan menimpa beliau.
2. Bahwa tidak selalu setiap keburukan harus dibalas dengan keburukan juga. Terbukti bahwa Nabi Saw 'menegur' Aisyah ra yg marah dengan ucapan salam orang Yahudi kepada beliau. Lalu Aisyah ra membalasnya dengan "bal alaikumussaamu wal la'nah" (justru bagi kalian kematian dan laknat). Dan kemudian Nabi Saw menasehatinya, 'Wahai 'Aisyah, sesungguhnya Allah itu mencintai kelemahlembutan dalam segala urusan.' Artinya bahwa seyogianya kita juga tetap berusaha berlaku baik dan bijak, meskipun terhadap orang yang berlaku buruk sekalipun terhadap kita.
3. Dalam hal ada orang kafir yang kemudian mengucapkan salam kepada kita, maka anjurannya adalah tetap dijawab salamnya, namun dengan jawaban "wa alaikum" (saja). Hal ini sebagaimana hadits di atas dan juga hadits lainnya sebagai berikut, dari Anas bahwa Para sahabat Nabi Saw bertanya kepada beliau, 'Sesungguhnya oranf-orang Ahli Kitab memberi salam kepada kami, bagaimana kami menjawabnya? ' Jawab beliau, jawablah dengan Wa'alaikum' (saja).' (HR. Muslim, hadits no 4025).
4. Bahwa salam adalah doa, cita-cita dan harapan, agar Allah Swt memberikan keselamatan, rahmat dan keberkahan tethadap orang yg kita tujukan salam kepadanya. Karena doa adalah termasuk bagian dari aqidah dan ibadah. Maka oleh karenanya hanya boleh ditujukan dan atau dijawab antara saudara sesama muslim saja. Bahkan dalam riwayat lainnya, ternyata salam adalah jalan untuk mempererat ukhuwah, memperkokoh iman dan mengantarkan menuju jannah. Nabi Saw bersabda, "Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling menyayangi. Maukan kalian aku tunjukkan atas sesuatu yang mana apabila kalian mengerjakannya niscaya kalian akan saling menyayangi? (Yaitu) Sebarkanlah salam di antara kalian." (HR. Muslim, hadits no 81).

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 200
Ada Hak Yang Wajib Ditunaikan Terhadap Sesama Muslim

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ   (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Hak seorang muslim terhadap muslim lainnya ada enam." Lalu beliau ditanya; 'Apa saja yang enam perkara itu, wagai Rasulullah? ' Beliau bersabda, (1) Bila bertemu dengannya, ucapkankanlah salam. (2) Bila mengundangmu, penuhilah undangannya. (3) Bila meminta nasihat, berilah dia nasihat. (4) Bila bersin lalu dia membaca tahmid, maka doakanlah semoga dia mrndapatkan rahmat. (5) Bila dia sakit, kunjungilah dia. (6) Dan bila dia meninggal dunia, maka ikutlah mengantar jenazahnya ke kubur.' (HR. Muslim, hadits no 4023).

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa ada ikatan yang kuat antara seorang muslim dengan muslim lainnya, karena sesama muslim terikat dengan tali persaudaraan yang dibangun atas dasar keimanan kepada Allah Swt semata.
Maka sebagai sesama saudara, ada hal yang harus sama-sama ditunaikan antara seorang muslim terhadap saudaranya, sebagaimana sabda Nabi Saw dalam hadits di atas, yaitu
#1. Mengucapkan salam. Karena salam adalah doa, yang bukan sekedar mendoakan saudaranya untuk kebaikan dunia namun lebih dari itu, menembus hingga pada kebaikan kehidupan akhirat. Karena setiap saudara akan berbahagia dengan kebahagiaan saudaranya.
#2. Memenuhi undangan. Karena bagi seorang saudara, undangan adalah harapan mendapatkan doa, ridha dan keberkahan. Kehadirannya bukan sekedar kehadiran fisik, terlebih hanya berharap "amplop", namun lebih dari itu, setiap kehadiran adalah luapan kehangatan dalam ukhuwah, buncahan kebaikan doa dan samudra kebahagiaan dalam berkah.
#3. Memberi nasihat. Karena nasehat adalah bekalan untuk menapaki jalan kehidupan yang penuh dengan berbagai cobaan. Dengan nasehat, insya Allah akan mengukuhkan langkah, memantapkan hati dan menentramkan jiwa. Dan bukti ukhuwah yg sesungguhnya adalah saling memberi nasehat.
#4. Mendoakannya ketika bersin, khususnya ketika saudara kita mengucapkan doa 'alhamdulillah' usai bersinnya. Maka kita dianjurkan mendoakannya dgn doa lainnya, yaitu 'yarhamulallah' (semoga Allah memberikan rahmat kepadamu). Lalu ia pun dianjurkan mendoakan kita kembali dengan doa 'yahdikumullah' (semoga Allah memberikan hidayah kepadamu). Betapa indahnya ukhuwah, karena dengan bersin saja membawa manfaat kebaikan liar biasa antara seorang saudara thd saudaranya.
#5. Membesuknya ketika sakit, khususnya ketika saudara kita harus terbaring beristirahat di rumahnya atau di RS. Karena doa kita ketika membesuknya akan menentramkan jiwa dan sanubarinya, dan memberikan harapan dalam musibahnya. Dan sudah barang tentu kehadiran kita dalam dukanya, akan membahagiakan hati dan perasaannya.
#6. Mengantarkan jenazahnya ketika meninggal dunia. Inilah kewajiban terakhir kita terhadap saudara sesama muslim. Sebagai penghormatan terakhir sekaligus doa dalam rangakaian penyempurna ukhuwah yg terjalin selama ini. Karena setiap langkah teriring doa, insya Allah akan meringankannya di alam kuburnya serta menjadi sarana untuk memudahkannya melangkah menuju keridhaan-Nya.
2. Semoga Allah Swt senantiasa mempererat tali ukhuwah diantara kita, hingga kelak kita semua 'dipanggil' dalam keharibaan-Nya...

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 199
Dua Calon Penghuni Neraka Yang Akan Mewarnai Dunia Di Suatu Masa

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata; Rasulullah Saw bersabda, "Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat. (Yaitu) 1. Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untuk memukul manusia. 2 Wanita-wanita yang berpakaian, tetapi bertelanjang (terlalu minim, terlalu tipis, transparan, terlalu ketat, atau pakaian yang menggoda pria karena sebagian auratnya terbuka), berjalan dengan berlenggok-lenggok, mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka (dihias) bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga. Padahal bau surga itu dapat tercium dari begini dan begini." (HR. Muslim, hadits no 3971)

Hikmah Hadits ;
1. Gambaran Nabi Saw tentang dua golongan manusia yang akan mewarnai zamannya pada suatu masa mendatang yang keduanya tidak pernah terjadi di zaman Nabi Saw. Kedua golongan tsb adalah ;
#1. Maraknya 'kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untuk memukul manusia'. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi Saw tsb adalah kiasan pada marak dan banyaknya aparat penegak hukum yang memiliki kuasa (diibaratkan memiliki cambuk spt ekor sapi), berlaku dzalim dan sewenang2 terhadap rakyatnya ; yang salah dianggap benar dan dibela mati-matian, sementara orang-orang baik, benar, shaleh dan jujur dianggap salah serta didzalimi sedemikian rupa. Dalam riwayat lainnya juga disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Bila usiamu panjang, kamu akan melihat suatu kaum di tangan mereka menggenggam (cambuk) seperti ekor sapi, pagi harinya mereka berada dalam kemarahan Allah dan di sore harinya mereka berada dalam kemurkaan Allah." (HR. Muslim, hadits no 5099). Aparat penegak hukum yang dzalim seperti itu akan banyak dan marak di masa tersebut, dan setiap hari  mereka berada dalam kebencian dan kemurkaan Allah Swt karena kedzaliman dan kesewnang-wenangannya terhadap manusia.
#2. Maraknya kaum wanita yg suka menggoda; diibaratkan seolah mereka berpakaian namun pada hakekatnya mereka telanjang; berpakaian namun membuka auratnya (mini, ketat, transparan, genit, memiliki model rambut yg menggoda, suka merayu dan senang dirayu). Sehingga zina marak dan merebak dimana2 pada masa tersebut. Dalam riwayat lainnya juga disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Diantara tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu, merajalelanya kebodohan, banyaknya orang yang meminum minuman keras, dan zina dilakukan dengan terang-terangan." (HR. Muslim hadits no 4824).
3. Kondisi yg disabdakan Nabi Saw dalam hadits di atas, rasanya memiliki banyak kesamaan dengan kondisi yang terjadi di zaman sekarang ini; maraknya penegak hukum yang berlaku dzalim dan sewenang- wenang (mereka berada dalam murka Allah Swt) dan banyaknya wanita berpenampilan menggoda serta menebar zina (mereka tdk akan pernah mencium baunya surga). Maka, terhadap hal tersebut hendaknya setiap muslim berupaya untuk senantiasa istiqamah di jalan Allah Swt dengan berusaha berpegang teguh thd ajaran agama Islam. Sering mendatangi majelis2 ilmu, menghadiri pengajian, mendengar nasehat ulama, membaca dan mengamalkan Al-Qur'an dan selalu beroda memohon keselamatan dari Allah Swt. Mudah2an Allah Swt selamatkan kita dan seluruh keluarga kita dari segala macam bentuk fitnah, dan kita dimasukkan ke dalam golongan orang2 yg selalu istiqamah di jalan-Nya... Amiiin Ya Rabbal Alamiin.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 198. Larangan Mentato & Menyambung Rambut

Rehad (Renungan Hadits) 198
Larangan Mentato & Menyambung Rambut

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَعَنَ الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ وَالْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ (رواه مسلم)
Dari Ibnu 'Umar ra bahwa Rasulullah Saw melaknat orang yang menyambung rambut dengan rambut lain dan yang meminta disambungkan, serta beliau melaknat orang yang mentato dan minta untuk dibuatkan tato. (HR. Muslim, hadits no 3965)

Hikmah Hadits ;
1. Diantara larangan dalam sunnah adalah bahwa setiap muslim atau muslimah dilarang dan haram hukumnya untuk menyambung rambut dengan rambut lain (seperti memakai konde, wig dan yg sejenisnya), serta dilarang juga untuk membuat tato di badan. Larangan ini berlaku baik bagi yang meminta maupun yg membuatnya. Dan keduanya (tato dan menyambung rambut) adalah perbuatan haram yg terlarang, dan pelakunya berdosa karena melanggar syariat dan hukum Allah Swt.
2. Ibnu Hajar Al-'asqalani menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tato (wasym) adalah menusuk-nusuk anggota tubuh dengan jarum hingga berdarah, kemudian mengisi lubang di kulit tubuh tersebut dengan pewarna (tinta) atau sejenisnya hingga menjadi kehijauan (berwarna). Tato semacam ini bersifat permanen. Tato dalam arti seperti ini hukumnya haram menurut kesepakan ulama dan berdasarkan hadits di atas.
3. Dampak hukum dari tato adalah keabsahan dalam melaksanakan shalat. Ulama berpendapat sbb ;
#1. Sebagian ulama berpendapat bahwa karena tato adalah endapan darah di bawah kulit yang bercampur dengan tinta atau zat semisal yang dibentuk sesuai gambar atau tulisan tertentu. Darah yang bercampur dengan tinta dan mengendap di bawah kulit semacam ini hukumnya adalah najis. Sedangkan salah satu syarat sahnya shalat adalah sucinya anggota badan, pakaian dan tempat dari segala najis. Orang yang bertato berarti membawa najis yang melekat di tubuhnya secara permanen, dan dengan demikian maka berarti halatnya tidak sah meskipun ia dalam keadaan berwudhu.
#2. Sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa Yang haram dari tato adalah proses membuatnya. Sedangkan anggapan bahwa orang yang punya tato tidak diterima ibadahnya lantaran tato itu menutupi kulit dari terkena air wudhu’, sebenarnya tidak demikian. Sebab tidak ada lapisan yang menghalangi kulit dari terkena basah air. Sebab tinta tato itu bukan merupakan selaput yang menutup kulit, melainkan tinta yang masuk ke dalam bagian dalam kulit. Sehingga tidak terjadi proses pelapisan atau penutupan kulit dari terkena air wudhu. Termasuk juga air untuk mandi janabah.
4. Jika seseorang sudah terlanjur memiliki tato pada tubuhnya, maka yang pertama wajib dilakukannya adalah taubatan nasuha, meminta ampunan dari Allah Swt karena perbuatan tersebut adalah perbuatan yg terlaknat. Kemudian sebisa mungkin harus berusaha menghilangkan gambar tato tsb dalam tubuhnya, dgn usaha yg se-maksimal2nya. Jika tdk bisa hilang juga setelah usaha keras, maka bertawakalbkepada Allah dan selalu meminta ampunan-Nya. Dgn harapan semoga Allah berkenan mengampuninya.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 197
Ketika Harus Duduk-Duduk Di Pinggiran Jalan

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالْجُلُوسَ فِي الطُّرُقَات،ِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لَنَا بُدٌّ مِنْ مَجَالِسِنَا نَتَحَدَّثُ فِيهَا؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا أَبَيْتُمْ إِلَّا الْمَجْلِسَ فَأَعْطُوا الطَّرِيقَ حَقَّه،ُ قَالُوا وَمَا حَقُّهُ قَالَ غَضُّ الْبَصَرِ، وَكَفُّ الْأَذَى، وَرَدُّ السَّلَام،ِ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ (رواه مسلم)
Dari Abu Sa'id Al Khudri ra bahwa Nabi Saw bersabda, "Hindarilah duduk-duduk di pinggiran jalan." Sahabat bertanya; 'Wahai Rasulullah bagaimana kalau kami butuh untuk duduk-duduk di sana memperbincangkan hal yang memang perlu?.' Maka Rasulullah Saw bersabda, 'Jika kalain memang perlu untuk duduk-duduk di pinggiran jalan, maka berikanlah hak pengguna jalanan.' Mereka bertanya; 'Apa hak pengguna jalan wahai Rasulullah? ' beliau bersabda, 'Menundukkan pandangan, menghilangkan gangguan, menjawab salam, dan amar ma'ruf nahi mungkar' (HR. Muslim, hadits no 3960)

Hikmah Hadits ;
1. Diantara adab dan etika seorang muslim adalah hendaknya menghindarkan diri dari duduk-duduk dan nongkrong di tepian jalan. Karena jalanan adalah sarana umum yang utamanya menjadi hak para pengguna jalan. Di samping juga duduk dan nongkrong di pinggiran jalan akan mengganggu pengguna jalan yang berlalu lalang. Pengguna jalan akan merasa risih, sungkan dan terganggu dengan adanya orang2 yg nongkrong di tepian jalan, dan dengan demikiam berarti duduk di pinggiran jalan berpotensi "merampas" hak para pengguna jalan.
2. Namun dalam kondisi kita "terpaksa" harus duduk2 di pinggiran jalan membincangkan hal yang penting misalnya, maka wajib hukumnya untuk menunaikan hak para pengguna jalan, yaitu ;
#1. Ghaddul bashar, yaitu menundukkan pandangan terhadap para pengguna jalan, khususnya terhadap lawan jenis yg melewati jalan.
#2. Menghilangkan gangguan, yaitu menghilangkan segala sesuatu yg dapat mengganggu pengguna jalan, seperti menyingkirkan duri, paku, kayu dari jalanan, termasuk juga menghilangkan kata atau kalimat yg tdk disukai pengguna jalan.
#3. Menjawab salam, khususnya ketika pengguna jalan mengucapkan salam, maka harus menjawabnya dengan baik dan ramah.
#4. Amar ma'ruf nahi mungkar, yaitu menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran khususnya selama sedang duduk dan atau berbincang2 di pinggiran jalan.
3. Berdasarkan hadits ini, maka sebenarnya tidak patut bagi seseorang untuk menutup jalan, sekedar untuk acara hajatan seperti acara nikahan, atau acara2 lainnya. Karena tentu akan mengganggu para pengguna jalan, sehingga aktivitas mereka menjadi terganggu. Sehingga tidak jarang pengguna jalan kecewa krn jalan ditutup, bahkan ada juga yang mengumpat dan mengucapkan kalimat yg tdk baik thd yg sedang hajat. Dengan kondisi demikian, akankah kita berharap mendapatkan keberkahan dari acara hajatan kita? Maka sebaiknya "menutup jalan" utk keperluan tersebut dihindari sebisa mungkin. Dan kalaupun "terpaksa" harus melakukannya, maka wajib hukumnya untuk menunaikan hak para pengguna jalan sebagaimana telah dijelaskan di atas.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits 196)
Antara 7 Hal Yang Dianjurkan Dan 7 Yang Hal Dilarang

عَلَى الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ وَنَهَانَا عَنْ سَبْعٍ أَمَرَنَا بِعِيَادَةِ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعِ الْجَنَازَةِ وَتَشْمِيتِ الْعَاطِسِ وَإِبْرَارِ الْقَسَمِ أَوْ الْمُقْسِمِ وَنَصْرِ الْمَظْلُومِ وَإِجَابَةِ الدَّاعِي وَإِفْشَاءِ السَّلَامِ وَنَهَانَا عَنْ خَوَاتِيمَ أَوْ عَنْ تَخَتُّمٍ بِالذَّهَبِ وَعَنْ شُرْبٍ بِالْفِضَّةِ وَعَنْ الْمَيَاثِرِ وَعَنْ الْقَسِّيِّ وَعَنْ لُبْسِ الْحَرِيرِ وَالْإِسْتَبْرَقِ وَالدِّيبَاجِ (رواه مسلم)
Dari Al Barra bin 'Azib ra berkata, bahwa Rasulullah Saw memerintahkan kami tujuh perkara dan melarang kami tujuh perkara. Beliau memerintahkan: (1) Mengunjungi orang sakit. (2) Mengantarkan jenazah. (3) Mendoakan orang bersin. (4) Menepati sumpah. (5) Menolong orang yang teraniaya. (6) Memenuhi undangan. (7) Menyebarkan salam. Dan Beliau melarang: (1) Memakai cincin emas. (2) Minum dari bejana perak. (3) Memakai mayatsir (alas dari kain sutera). (4) Memakai qasiy (pakaian yang bersulam sutra). (5) Memakai kain sutera. (6) Memakai sutera tebal. (7) Memakai sutera kembang." (HR. Muslim, hadits no 3848).

Hikmah Hadits ;
1. Ada 7 sunnah yang dianjurkan Nabi Saw agar senantiasa kita amalkan, karena mengamalkannya insya Allah akan membawa pada kebaikan dan kemuliaan. Ke7 anjuran tersebut adalah ;
#1. Mengunjungi orang sakit menguatkan dan mendoakannya agar segera diberi kesembuhan oleh Allah Swt seperti sedia kala.
#2. Mengantarkan jenazah sampai ke kuburnya, khususnya jenazah orang yg dekat dengan kita, baik dekat secara nasab maupun dekat secara tempat tnggalnya.
#3. Mendoakan orang yang bersin dengan mengucapkan "yarhamukallahu", katika ia mengucapkan "alhamdulillah" dalam bersinnya.
#4. Menepati sumpah, yaitu merealisasikan sumpah yang telah diikrarkan, khususnya terkait hak Allah dan hak sesama manusia.
#5. Menolong orang yang teraniaya dan berusaha mengembalikan hak2 orang yang teraniaya serta menyelamatkannya.
#6. Memenuhi undangan, khususnya undangan dalam walimatul urusy (resepsi pernikahan) maupun undangan lainnya, kecuali jika di dalamnya penuh dengan perbuatan kemaksiatan.
#7. Menyebarkan salam, yaitu ucapan assalamualaikum wb wbr,  baik terhadap orang yg kita kenal, mapun yg tdk kita kenal selama kita yakini keislamannya.
2. Pada saat bersamaan, Nabi Saw juga melarang kita untuk melakukan 7 hal, yaitu ;
#1. Memakai cincin emas dan juga segala perhiasan atau asesoris yang terbuat dari emas. Kecuali kaum wanita, mereka diperbolehkan memakainya.
#2. Minum dari gelas perak, dalam riwayat lain makan dan minum dari piring dan gelas yg terbuat dari emas dan juga perak.
#3. Memakai mayatsir, yaitu kain yang biasa dipakai oleh para wanita untuk tempat duduk mereka di atas hewan kendaraannya seperti kain tebal yang berbulu dan warnanya sangat merah dan terbuat dari sutera.
#4. Memakai qasiy, yaitu pakaian bersulam sutera yang umumnya dikirim dari Mesir dan Syam.
#5. Memakai kain sutra, apakah berbentuk baju atau yang lainnya.
#6. Memakai istabraq, yaitu sejenis sutra yang tebal.
#7. Memakai dibaj, yaitu pakaian yg terbuat dari kain sutra murni dan halus. Namun ada juga yg mengatakan bahwa dibaj adalah pakaian sutra campuran. Dan sebagai catatan bahwa pakaian sutra hanya diharamkan bagi laki-laki. Adapun bagi kaum wanita, memakai sutra diperbolehkan.
3. Semoga kita bisa memgamalkan segala kebaikan yang dianjurkan Nabi Saw, serta bisa meninggalkan segala yang diharamkan beliau. Karena segala anjurannya akan membawa pada kebaikan dan segala larangannya akan membawa pada keburukan. Dan semoga semakin usia kita bertambah akan semakin bertambah pula timbangan amal kebaikan kita semua.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 195
Dan Terhadap Makanan Yang Terhidang Pun, Ada Adab dan Etika Yang Harus Dilakukan

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ مَا عَابَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ كَانَ إِذَا اشْتَهَى شَيْئًا أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَه (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata, "Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sama sekali tidak pernah mencela makanan apapun. Apabila beliau menyukai suatu makanan, beliau memakannya, dan apabila beliau tidak menyukainya, maka beliau membiarkannya saja." (HR. Muslim, hadits no 3844)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa diantara adab dan etika dalam makan dan minum dalam Islam adalah tidak mencela makanan yang telah dihidangkan dihadapan kita, kendatipun kita tidak menyukai makanan tersebut. Inilah adab dan etika yang Rasulullah Saw ajarkan dan contohkan kepada kita. Karena setiap butir makanan yang dihidangkan pada dasarnya adalah anugrah dan nikmat dari Allah Swt yang patut kita syukuri dan kita nikmati.
2. Bahkan dalam riwayat lainnya Nabi Saw mencontohkan kepada kita, dimana suatu ketika beliau pulang ke rumah dalam kondisi lapar. Lalu dihidangkanlah makanan oleh salah seorang istri beliau dengan lauk hanya cuka saja. Maka ketika dihidangkan makanan tersebut beliau bersabda, 'Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka.' (HR. Muslim). Masya Allah, betapa luhurnya akhlak dan budi pekerti beliau, yang bahkan terhadap makanan yg disajikanpun, beliau sikapi dengan etika yang baik, kendatipun hanya lauk cuka yg dihidangkan di hadapan beliau.
3. Namun dalam hal kita tidak terlalu menyukai makanan yang telah dihidangkan, maka yang terbaik adalah
#1. Kita tetap mensyukurinya,
#2. Memakannya dengan baik,
#3. Memuji makanan tersebut sebagai nikmat dan karunia dari Allah Swt,
#4. Menyebut nama Allah Swt ketika memakannya,
#5. Kemudian makan menggunakan tangan kanan,
#6. Mengakhirinya dengan membaca hamdalah,
#7. Tidak tabdzir (membuang-buang makanan).
#8. Jikapun tidak berselera , maka biarkanlah makanan tersebut tetap berada di wadahnya, tidak perlu dicela, tidak perlu di pegang2, atau disingkirkan dari hadapan kita. Karena bagaimanapun setiap makanan yang terhidang adalah bagian dari nikmat Allah Swt yang harus senantiasa kita syukuri.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 194
Menghidangkan Makanan Untuk Tamu, Menjadi Penyebab Mendapatkan Kemuliaan

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي مَجْهُودٌ فَأَرْسَلَ إِلَى بَعْضِ نِسَائِهِ فَقَالَتْ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا عِنْدِي إِلَّا مَاءٌ ثُمَّ أَرْسَلَ إِلَى أُخْرَى فَقَالَتْ مِثْلَ ذَلِكَ حَتَّى قُلْنَ كُلُّهُنَّ مِثْلَ ذَلِكَ لَا وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا عِنْدِي إِلَّا مَاءٌ فَقَالَ مَنْ يُضِيفُ هَذَا اللَّيْلَةَ رَحِمَهُ اللَّهُ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالَ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَانْطَلَقَ بِهِ إِلَى رَحْلِهِ فَقَالَ لِامْرَأَتِهِ هَلْ عِنْدَكِ شَيْءٌ قَالَتْ لَا إِلَّا قُوتُ صِبْيَانِي قَالَ فَعَلِّلِيهِمْ بِشَيْءٍ فَإِذَا دَخَلَ ضَيْفُنَا فَأَطْفِئْ السِّرَاجَ وَأَرِيهِ أَنَّا نَأْكُلُ فَإِذَا أَهْوَى لِيَأْكُلَ فَقُومِي إِلَى السِّرَاجِ حَتَّى تُطْفِئِيهِ قَالَ فَقَعَدُوا وَأَكَلَ الضَّيْفُ فَلَمَّا أَصْبَحَ غَدَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ قَدْ عَجِبَ اللَّهُ مِنْ صَنِيعِكُمَا بِضَيْفِكُمَا اللَّيْلَةَ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata, "Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw lalu dia berkata, 'Wahai Rasulullah, aku sedang kesusahan dan kelaparan.' Maka beliau membawa orang itu ke rumah istri-istri beliau, menanyakan apakah mereka memiliki makanan. Isteri beliau menjawab; 'Demi Allah yang mengutus Anda dengan kebenaran, Aku tidak sedia apa-apa selain air.' Begitulah jawaban mereka masing-masing hingga seluruh istri beliau mengatakan dengan jawaban yang sama. Lalu beliau bersabda kepada para sahabat, 'Siapakah yg bersedia menjamu tamuku malam ini niscaya dia diberi rahmat oleh Allah Ta'ala.' Maka berdirilah seorang laki-laki Anshar seraya berkata; 'Aku, wahai Rasulullah! ' kemudian dibawalah orang itu ke rumahnya. Dia bertanya kepada isterinya; 'Adakah engkau sedia makanan? ' Jawab isterinya; 'Tidak ada, kecuali makanan anak-anak.' Katanya; 'Alihkan perhatian mereka dengan apa saja. Dan bila tamu kita telah datang, matikanlah lampu dan tunjukkan kepadanya bahwa kita seolah-olah ikut makan bersamanya. Caranya bila dia telah mulai makan, berdirilah ke dekat lampu lalu padamkan. Maka duduklah mereka, dan sang tamu pun makan (sementara ia dan istrinya tidak). Setelah Subuh, sahabat tersebut bertemu dengan Nabi Saw. Lalu kata beliau: 'Sungguh Allah kagum dengan cara kamu berdua melayani tamu kalian tadi malam. (HR. Muslim, hadits no 3829)

Hikmah Hadits ;
1. Perhatian Nabi Saw terhadap seluruh umatnya, khususnya yang sedang mengalami kesulitan dan kelaparan. Beliau membawa tamunya tersebut ke rumah, untuk disuguhkan makanan kendatipun kemudian ternyata di rumah beliau tidak ada satu makanan pun.
2. Antusias sahabat Nabi Saw dalam menjamu makan orang yg sedang kesulitan. Bahkan sebagaimana riwayat di atas, sahabat Anshar membawa tamu Rasulullah Saw tersebut ke rumahnya kendatipun ternyata di rumahnya hanya ada sedikit makanan, itupun "jatah" makanan bagi anak2 mereka.
3. Bahkan mereka tetap senang menyuguhkan makanan, dan bersandiwara seolah makan bersama tamu tersebut, padahal hanya piring yg diauguhkan sajalah yg ada makanannya, sementara piring mereka kosong namun mereka pura2 makan untuk menyenangkan hati sang tamu. Merekapun memadamkan lampu, agar sang tamu tdk melihat kondisi sebenarnya., subhanallah...
4. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Nabi Saw kagum dan bersabda bahwa Allah tersenyum atas perlakuan mereka yg sangat istimewa thd tamunya tersebut di malam itu, bahkan peristiwa ini menjadi sebab turunnya ayat, '...dan mereka lebih mengutamakan saudara mereka atas diri mereka sendiri sekalipun mereka (juga) dalam kondisi kesusahan.."(QS. Al-Hasyr : 9). Sikap lebih mendahulukan kepentingan saudara seiman spt ini disebut dgn istilah itsar. Masya Allah.. begitu indahnya sikap dan akhlak para sahabat Rasulullah Saw..

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc.,M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 193
Dan Samudra Anugrah Itu Bernama "Sungai Taubat"

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ (رواه الترمذي)
Dari Anas ra bahwab Nabi Saw bersabda: "Semua anak cucu Adam pasti (pernah) berbuat salah. Dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang-orang yang mau bertaubat kepada Allah Swt." (HR. Tirmidzi, hadits no 2423)

Hikmah Hadits ;
1. Manusia adalah ibarat pengembara yang sedang berjalan melintasi luasnya samudra kehidupan dengan berbagai permasalahannya,  dan membelah waktu dengan segala problematikanya. Maka tiada jarang dalam menempuh tujuannya, manusia terperosok ke dalam lembah hitam yang kelam, bermandikan salah, khilaf dan noda. Ia berlumur dalam kubangan dosa, tenggelam dalam lautan godaan syaitan.
2. Namun betapa bahagianya setiap insan yang beriman, ketika ia tersadar sedang berada dalam kubangan nafsu yg menjerumuskan, lantas ia mau bangkit membangun asa, untuk menggapai keridhaan-Nya. Karena Allah Swt adalah Dzat Yang Maha Menerima Segala Khilaf dan Dosa, dimana sebanyak apapun dosa dan khilaf yang dilakukan seorang hamba, jika ia sungguh2 menyesalinya,  berjanji untuk tidak mengulanginya dan memohon ampunan kepada-Nya, maka pastilah Ia Allah akan mengampumi segala salah dan khilafnya.
3. Jika dosa adalah ibarat kotoran dan ampunan adalah ibarat sungai yang dapat membersihkannya, maka sungguh Allah telah menyediakan sungai2 untuk membersihkan segala dosa manusia. Ibnu Qayim Al-Jauzy dalam Tahdzib Madarijis Salikin mengemukanan bahwa, "Orang2 yg berdosa disediakan 3 (tiga) sungai besar untuk menghapuskan dosa dan salahnya, yaitu ;
@1. Sungai berupa taubatan nashuha.
@2. Sungai berupa amal shaleh yang berlimpah, yg dengannya menghapuskan dosa dan noda.
@3. Sungai berupa musibah, ujian dan cobaan yg dengan kesabaran melaluinya juga akan mengikis dan menghapus segala dosa dan khilafnya.
Dan jika Allah menghendaki kebaikan pada hamba-Nya, maka Allah akan memasukkannya ke salah satu dari tiga sungai ini, sehingga ia datang kepada Allah pada hari Kiamat dalam keadaan bersih dari noda, yang oleh karenanya tidak perlu "pensucian" yang keempat, yaitu api neraka.
4. Semoga Allah Swt berikan samudra ampunan-Nya kepada kita semua, para manusia yang tiada pernah alpa dari dosa dan noda, sehingga kelak ketika menghadap-Nya, kita semua dalam keadaan bersih dan suci serta layak masuk ke dalam surga-Nya... Amiiin Ya Rabbal Alamiiin.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 192
Dan Ada Adab Dalam Membawa Teman Ketika Ada Undangan Makan

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ كَانَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ يُقَالُ لَهُ أَبُو شُعَيْبٍ وَكَانَ لَهُ غُلَامٌ لَحَّامٌ فَرَأَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَرَفَ فِي وَجْهِهِ الْجُوعَ فَقَالَ لِغُلَامِهِ وَيْحَكَ اصْنَعْ لَنَا طَعَامًا لِخَمْسَةِ نَفَرٍ فَإِنِّي أُرِيدُ أَنْ أَدْعُوَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَامِسَ خَمْسَةٍ قَالَ فَصَنَعَ ثُمَّ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَعَاهُ خَامِسَ خَمْسَةٍ وَاتَّبَعَهُمْ رَجُلٌ فَلَمَّا بَلَغَ الْبَابَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ هَذَا اتَّبَعَنَا فَإِنْ شِئْتَ أَنْ تَأْذَنَ لَهُ وَإِنْ شِئْتَ رَجَعَ قَالَ لَا بَلْ آذَنُ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ (رواه مسلم)
Dari Abu Mas'ud Al Anshari ra berkata; Ada seorang sahabat Anshar bernama Abu Syu'aib, dia mempunyai seorang pelayan tukang daging. Pada suatu hari Abu Syu'aib melihat Rasulullah Saw. Dia tahu dari wajahnya, bahwa beliau Saw sedang lapar. Maka Syu'aib berkata kepada pelayannya; "Kasihan! Siapkan (masakkanlah) hidangan untuk lima orang. Aku hendak mengundang Rasulullah Saw beserta empat orang lainnya." Setelah hidangan tersedia, Nabi Saw pun tiba beserta empat orang lainnya dan seorang lagi mengikuti mereka. Tatkala sampai di pintu, Nabi Saw berkata, 'Sahabat ini mengikuti kami. Jika engkau izinkan dia turut makan, silakan. Jika tidak, biarkan dia kembali.' Maka Abu Syu'aib menjawab 'Jangan, tentu aku izinkan, ya Rasulullah! '(HR. Muslim, hadits no 3797)

Hikmah Hadits ;
1. Keutamaan mengundang teman, saudara dan handai taulan untuk makan bersama di rumah kita, terlebih orang yang kita undang adalah orang yang memiliki kedekatan dengan Allah Swt dan atau orang yang sedang dalam kesulitan mendapatkan makanan. Karena kedatangan mereka di tengah2 kita insya Allah akan menjadi penyebab datangnya keberkahan dari Allah Swt untuk kita semua.
2. Namun dalam hal kita mendapatkan undangan makan di tempat orang lain, lalu kita membawa turut serta teman atau keluarga, maka seharusnya meminta izin terlebih dahulu kepada yang mengundang. Jika yang mengundang mengizinkan, barulah kita (orang yang kita ajak) boleh memakan hidangannya. Namun jika ia tidak mengizinkan, maka setiap suap makanan yg masuk ke dalam tubuhnya adalah haram dan tidak halal baginya.
3. Terkadang dalam keseharian, kita sering menganggap ringan menghadiri undangan dengan membawa serta teman, sahabat ataupun keluarga. Sementara yang diundang hanyalah kita beserta pasangan saja. Maka dalam kondisi tersebut, tidak halal bagi kita untuk mengajak mereka yg tdk diundang hadir dalam undangan dan menikmati hidangan yg disediakan. Kecuali jika secara lisan, isyarat atau urf (kebiasaan), mereka mengizinkan kita untuk membawa serta orang lain, baik keluarga, teman dan atau sahabat. Maka oleh karenanya hendaknya kita hati2 agat jangan sampai masalah yang ringan justru menjadi bumerang di Hari Kiamat.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M Ag

Rehad (Renungan Hadits) 191
Dan Allah Swt Pun Melarang Menshalatkan Jenazah Orang Munafik

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَالَ لَمَّا تُوُفِّيَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُبَيٍّ جَاءَ ابْنُهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَاهُ قَمِيصَهُ وَأَمَرَهُ أَنْ يُكَفِّنَهُ فِيهِ ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي عَلَيْهِ فَأَخَذَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ بِثَوْبِهِ فَقَالَ تُصَلِّي عَلَيْهِ وَهُوَ مُنَافِقٌ وَقَدْ نَهَاكَ اللَّهُ أَنْ تَسْتَغْفِرَ لَهُمْ قَالَ إِنَّمَا خَيَّرَنِي اللَّهُ أَوْ أَخْبَرَنِي اللَّهُ فَقَالَ { اسْتَغْفِرْ لَهُمْ أَوْ لَا تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ إِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِينَ مَرَّةً فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ } فَقَالَ سَأَزِيدُهُ عَلَى سَبْعِينَ قَالَ فَصَلَّى عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصَلَّيْنَا مَعَهُ ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْهِ { وَلَا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ } (رواه البخاري)
Dari Ibnu 'Umar ra berkata, "Ketika Abdullah bin Ubay meninggal, anak laki-lakinya datang kepada Rasulullah Saw dan beliau memberikan bajunya dan untuk mengkafani ayahnya dengan baju tersebut. Lalu Rasulullah Saw hendak menshalati jenazah ayah Abdullah bin Abdullah bin Ubbay. Hingga akhirnya Umar menarik baju Rasulullah seraya berkata; "Ya Rasulullah, apakah engkau akan menshalati jenazah Abdullah bin Ubay sedangkan dia itu orang munafik? Padahal Allah telah melarang engkau memintakan ampun untuknya?" Rasulullah Saw menjawab, "Sesungguhnya Allah Swt telah memberikan pilihan kepadaku atau mengabariku." Lalu beliau membacakan ayat yang berbunyi; "Kamu memohonkan ampun bagi orang-orang munafik atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka, maka hal itu adalah sama saja. sekalipun kamu memohonkan ampun bagi mereka 70 kali sekali-kali Allah tidak akan mengampuni mereka (At-Taubah : 80). Rasulullah Saw bersabda, Aku akan menambah istighfar lebih dari 70 kali untuknya." Maka beliau tetap menshalatinya dan kami pun shalat bersamanya hingga Allah menurunkan ayat ayat, "Janganlah kamu sekali-kali menshalati jenazah seorang di antara orang-orang munafik dan janganlah kamu berdiri di atas kuburnya, sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan munafiq." (QS. At-Taubah : 84). (HR. Bukhari, hadits no 4304)

Hikmah Hadits ;
1. Munafik adalah orang yg menyembunyiikan kekafiran namun menampakkan seolah-olah ia adalah seorang yang beriman dalam kesehariannya. Tokoh dan pemimpin munafik yg paling fenomenal dalam sejarah di zaman Nabi Saw adalah Abdullah bin Ubay bin Salul, orang yang paling membenci Islam dan Rasulullah Saw namun ia tampakkan seolah ia adalah seorang yg beriman dan menjadi bagian dari kaum muslimin.
2. Ketika ia meninggal dunia, putranya meminta agar Nabi Saw memberikan bajunya untuk dikenakan pada jenazah ayahnya dan juga meminta Nabi Saw utk menshalatkan jenazahnya. Dan Nabi Saw pun melaksanakan permintaan tersebut kendatipun Umar bin Khattab menetangnya dengan keras. Seusai menshalatkan jenazah Abdullah bin Ubay bin Salul, maka Allah Swt menurunkan firman-Nya, yang melarang Rasulullah Saw dan kaum muslimin menshalatkan jenazah orang munafik, bahkan berdiri di kuburnya (sekedar memberikan penghormatan atas jenazahnya) pun juga dilarang, sebagaimana firman-Nya, "Janganlah kamu sekali-kali menshalati jenazah seorang di antara orang-orang munafik dan janganlah kamu berdiri di atas kuburnya, sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya..." (QS. At-Taubah : 84).
3. Maka berdasarkan ayat ini, ulama berpendapat tidak bolehnya menshalati jenazah orang munafik. Adapun ciri orang munafik diantaranya adalah sbb ;
#1. Selalu berdusta (HR. Bukhari no 88)
#2. Selalu ingkar janji (HR. Bukhari no 88)
#3. Selalu melanggar perjanjian (HR. Bukhari no 88).
#4. Licik ketika berselisih (HR. Bukhari no 88).
#5. Memilih orang kafir menjadi pemimpinnya (QS. An-Nisa : 138 - 139).
Semoga kita semua terhindar dari sifat2 kemunafikan.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 190
Ada Adab & Etika Bagi Setiap Muslim Ketika  Minum

عن أَبِي قَتَادَةَ رضي الله أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُتَنَفَّسَ فِي الْإِنَاءِ (رواه مسلم)
Dari Abu Qatadah ra berkata, Bahwa Nabi Saw melarang seseorang untuk menghembuskan nafas di dalam bejana (ketika minum). (HR. Muslim)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa diantara keindahan ajaran sunnah adalah kita dianjurkan untuk menjaga akhlak dan etika dalam segala hal, tidak terkecuali ketika makan dan minum. Karena Nabi Saw mencontohkan budi pekerti yang mulia dan keindahan akhlak yang luar biasa yang sepatutnya dicontoh oleh setiap umatnya.
2. Adapun diantara adab minum yang dianjutkan adalah sebagai berikut ;
#1. Mengambil atau memegang gelas dengan menggunakan tangan kanan. Karena sebagaimana dijelaskan dalam hadits lainnya (lihat rehad 189), bahwa  Nabi Saw memerintahkan kita untuk senantiasa mrnggunakan tangan kanan ketika makan dan minum dan melarang menggunakan tangan kiri. Karena syaitan makan dan minum dengan tangan kiri.
#2. Membaca basmalah, hal ini sebagaimana disebutkan dalam riwayat, dari 'Umar bin Abu Salamah berkata, Dulu aku berada di pangkuan Rasulullah Saw (ketika masih kecil) lantas tanganku memegang piring, maka beliau bersabda kepadaku, "Wahai ghulam, sebutlah nama Allah (baca basmalah), dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah yang ada di hadapanmu." (HR. Muslim, no 3767)
#3. Dianjurkan minum dengan duduk, meskipun sambil berdiripun masih diperbolehkan. Dalam riwayat disebutkan, dari Abu Sa'id Al Khudri; Bahwa Rasulullah Saw melarang seseorang minum sambil berdiri. (HR. Muslim, hadits no 3774).
#4. Tidak bernafas di dalam gelas ketika minum, atau tidak meniup minuman dalam gelas (karena sebab masih panas atau sebab lainnya). Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits di atas, dimana Nabi Saw melarang seseorang bernafas (menghembuskan nafas) di dalam gelas. Maka jika minum, hendaklah ia minum, lalu berhenti dan bernafas di luar gelas, lalu meminumnya kembali.
#5. Ada anjuran juga untuk tidak meminum air dalam satu gelas secara sekaligus, namun hendaknya ia berhenti lalu bernafas dan meminumnya kembali. Dalam riwayat lain bahkan disebutkan bahwa Nabi Saw ketika minum beliau bernafas 3 kali (di luar gelas) dan tidak menghabiskan air minum secara sekaligus).
3. Semoga amalan-amalan sunnah yang ringan seperti ini, dapat kita biasakan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi amal shaleh yg dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Swt.

Wallahu A'lam bis shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 189
Dan Ada Kebaikan Dalam Makan & Minum Menggunakan Tangan Kanan

عَنْ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِه،ِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِه (رواه مسلم)
Dari Ibnu 'Umar ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Jika seseorang diantara kalian makan, maka hendaknya ia makan dengan tangan kanannya. Dan jika minum maka hendaklah ia minum dengan tangan kanannya. Karena syaitan itu makan dengan tangan kirinya dan minum juga dengan tangan kirinya.' (HR. Muslim, hadits no 3764)

Hikmah Hadits ;
1. Luas dan indahnya cakupan ajaran agama Islam, yang mengatur berbagai persoalan dan permasalahan dalam kehidupan, mulai dari urusan aqidah, ibadah, sosial, politik, ekonomi, bahkan hingga urusan yang kecil seperti dalam masalah makan dan minumpun Islam memberikan aturan dan arahannya, dengan tujuan menggapai kemuliaan dan kebaikan bagi setiap insan. Diantaranya adalah sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas, perihal anjuran makan dan minum dengan tangan kanan.
2. Nabi Saw selalu mencontohkan setiap hal yang baik, senantiasa dilakukan dengan tangan kanan, sementara sesuatu yg "tidak baik" dilakukan dengan tangan kirinya. Makan dan minum adalah hal yang baik dan bernilai ibadah, maka beliau lakukan dengan tangan kanannya, dan tidak pernah sekalipun beliau menggunakan tangan kirinya. Sementara dalam istinja' (membersihkan najis setelah buang air kecil atau air besar) Nabi Saw selalu menggunakan tangan kirinya, dan sekalipun tangan kanannya tidak pernah beliau gunakan untuk istinja' bahkan tidak pernah juga beliau gunakan untuk menyentuh kemaluannya sepanjang umur beliau. Allahumma shalli wasallim wabarik ala Nabiyyina Muhammad..
3. Sebab dilarangnya makan dan minum dengan tangan kiri adalah karena makan dan minum dengan tangan kiri merupakan perbuatan tercela dan termasuk perbuatan syaitan. Karena syaitan selalu makan dan minum dengan tangan kirinya, maka oleh karenanya kita dilarang menyerupai perbuatan syaitan yang tercela.
4. Terkadang dalam keseharian, kita sering lupa dalam masalah ini, misalnya betapa seringnya kita makan dengan tangan kanan namum minumnya menggunakan tangan kiri. Atau makan dengan tangan kanan, namun ketila memakan kerupuknya kita menggunakan tangan kiri, atau ketika makan steak, seringkali kita lihat banyak yang memegang garpunya dengan tangan kiri, sementara pisaunya ada di tangan kanan, lalu menyantapnya dengan tangan kirinya. Padahal ulama mengatakan bahwa makan dengan tangan kiri tanpa adanya udzur adalah haram hukumnya dan menimbulkan dosa. Maka, mari kita biasakan kembali untuk selalu makan dan minum dengan tangan kanan kita, karena selain berarti mengamalkan sunnah dan berpahala, insya  Allah juga memiliki dampak positif dalam diri pribadi setiap kita..

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 188
Dan Anugrah Terindah Itu Bernama Kesabaran

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ نَاسًا مِنْ الْأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَاهُمْ ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ حَتَّى إِذَا نَفِدَ مَا عِنْدَهُ قَالَ مَا يَكُنْ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَصْبِرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ مِنْ عَطَاءٍ خَيْرٌ وَأَوْسَعُ مِنْ الصَّبْرِ (رواه مسلم)
Dari Abu Sa'id Al Khudri ra berkata, Beberapa orang dari kaum Anshar datang meminta-minta sedekah kepada Rasulullah Saw dan mereka selalu diberi oleh beliau. Sehingga pada suatu ketika Rasulullah Saw kehabisan apa yang mereka minta. Maka beliau pun bersabda, "Selama sesuatu yang baik masih ada padaku, sekali-kali tidaklah akan kusembunyikan terhadap kalian. Akan tetapi, barang siapa yang bersikap 'iffah (memelihara diri dari meminta-minta) maka Allah akan memeliharanya pula. Dan siapa yang merasa cukup dengan apa yang ada, maka Allah akan mencukupinya pula. Dan siapa yang sabar, maka Allah akan menambahkan kesabarannya. Dan tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang, yang lebih baik dan lebih luas dibandungkan dengan kesabaran." (HR. Muslim, hadits no. 1745)

Hikmah Hadits ;
1. Sikap suka meminta-minta sesungguhnya adalah sebuah sikap yang kurang terpuji, meskipun bukan termasuk perbuatan yang diharamkan. Maka, setiap kali ada yang meminta, Nabi Saw selalu memberikan apapun yg beliau miliki, kecuali jika sudah tiada lagi yg dapat beliau berikan lagi kepada para sahabatnya. Karena Nabi Saw adalah orang yang sangat dermawan, yang bahkan dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa beliau pernah memberikan 100 ekor unta kepada Aqra' bin Habis, yang beliau dapatkan dari ghanimah setelah suatu peperangan tertentu.
2. Namun, jikalah seseorang mampu menahan diri dari meminta-minta karena menjaga diri dan kehormatannya, maka hal itu lebih baik dan lebih mulia baginya. Sikap tersebut dalam khazanah keislaman kita disebut dengan "iffah", dimana salah satu keutamaannya adalah bahwa barang siapa yg bersikap iffah menjaga kehormatan dirinya, maka Allah Swt akan memuliakan kehormatannya dan akan mencukupkan segala kebutuhannya. Karena sesungguhnya segala sesuatu adalah tergantung dari hati kita. Jika hati merasa cukup, maka akan Allah cukupkan dan jika hati berusaha sabar, maka Allah akan menjadikannya termasuk orang yg sabar.
3. Bahwa sesungguhnya anugrah terindah yang Allah berikan terhadap seorang hamba di dunia ini adalah "kesabaran". Tiada anugrah seindah kesabaran. Karena kesabaran ibarat cahaya yg terang benderang yang akan menerangi jalan seseorang menuju kebenaran. Kesabaran juga ibarat jendela hati yang dengannya seseorang dapat melihat segala peristiwa dalam perspektif yang poaitif dan indah. Memang, secara kasat mata kesabaran terkadang terlihat pahit dan sangat tidak mengenakkan. Seperti sabar dalam musibah, sabar karena tertundanya kemenangan dan kesuksesan, sabar karena suatu kondisi yang tidak sesuai dengan harapan dan cita kita, hingga terkadang mata menjadi basah berderai air mata, dan hati tersayat oleh goresan luka. Tetapi sesungguhnya setiap gores duka dan luka, bila dibingkai dengan hiasan kesabaran, maka akan menjadi indah dan menetramkan. Bukankah janji Allah, bahwa kesabaran adalah keindahan. Maka tampilkanlah keindahan dari dalam diri dan pribadi kita, agar semua menjadi indah dan berkah serta menjadi hamparan sajadah untuk senantiasa bersujud pada-Nya...

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.

Rehad (Renungan Hadits) 187
Sebuah Bangsa Adalah Ibarat Sekelompok Orang Di Atas Bahtera

عن النُّعْمَان بْن بَشِيرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَة،ٍ فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلَاهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا، فَكَانَ الَّذِينَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنْ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا، فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا (رواه مسلم)
Dari Nu'man bin Basyir ra, bahwa Nabi Saw bersabda, "Perumpamaan orang yang menegakkan hukum Allah dan orang yang diam terhadapnya adalah seperti sekelompok orang yang berlayar dengan sebuah bahtera. Lalu sebagian dari mereka ada yang mendapat tempat di atas dan sebagian lagi di bagian bawah bahtera. Lalu orang yang berada di bawah, bila mencari air untuk minum mereka harus melewati orang-orang yang berada di bagian atas seraya berkata, 'Seandainya boleh kami lubangi saja perahu ini untuk mendapatkan bagian kami sehingga kami tidak mengganggu orang yang berada di atas kami". Bila orang yang berada di atas membiarkan saja apa yang diinginkan orang-orang yang di bawah itu maka mereka akan binasa semuanya. Namun bila mereka mencegah dengan tangan mereka maka mereka akan selamat semuanya". (HR. Muslim, hadits no 2313)

Hikmah Hadits ;
1. Sebuah bangsa adalah ibarat sekelompok orang yang menaiki sebuah bahtera untuk menuju suatu tujuan bersama. Ada kalanya sebagian penumpangnya berfikir sempit dan pendek (baca ; pragmatis), seenaknya sendiri, dan tidak peduli dengan orang lain, lalu ia bertindak "bodoh" melubangi bahtera, dengan anggapan supaya tdk bersusah payah melewati penumpang lainnya untuk mengambil air minum. Jika semua penumpang lainnya "diam" atas perbuatan tersebut, maka bahtera akan berlubang, kemasukan air dan tenggelam beserta seluruh penumpang lainya beserta segala apa yg dibawanya. Namun jika ada yg bertindak untuk mencegahnya, melarangnya dan meluruskannya, maka ia akan selamat demikian juga seluruh penumpang akan selamat.
2. Sebuah negeri besar dengan mayoritas penduduknya muslim, bahkan menjadi negeri terbesar dengan penduduk muslim terbesar di dunia yaitu Indonesia, adalah ibarat perumpamaan dalam hadits di atas. Dimana ada seseorang yang seolah pragmatis, ingin menang sendiri, ingin semaunya sendiri, merasa paling benar, tidak mau dipersalahkan, berbuat dzalim, sewnang-wenang, bermulut kasar dan kotor, berbuat aniaya, menjadi biang keonaran dan kekacauan yang melanda seluruh negri. Penegak hukum seolah dibuat tak berdaya, penafsiran dalam hukum pun mengada-ada, sehingga ia bebas berkelana meskipun berstatus sebagai terdakwa. Orang seperti ini dan seluruh "backing" di belakangnya, adalah orang yg sesungguhnya sedang berupaya melubangi bahtera seperti perumpamaan hadits di atas, atau sedang merusak kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Jika seluruh komponen bangsa dan negara membiarkannya membuat lubang pada bahtera ini, atau dengan kata lain jika seluruh elemen negeri yang besar ini sama-sama membiarkannya merusak moral dan etika bangsa ini, memporak-porandakan hukum dan keadilan di negri ini, mengobrak-abrik tatanan kehidupan beragama di tanah air ini, merusak nurani, mencedrai hati, dan memecah belah hayati, maka bisa dipastikan negeri ini kan hancur dan tenggelam bak bahtera yang karam di tengah lautan samudra. Namun jika ada orang2 yang dengan keikhlasan dan kebesaran hatinya bertindak berani menyelamatkan NKRI, maka insya Allah semua kan selamat dan bahterapun kan dapat tetap dapat berlayar melaju menuju tujuannya yg mulia, yaitu menggapai keridhaan Allah Swt...

Wallahu Alam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

;;