Rehad (Renungan Hadits) 044
Dan Ada Malaikat Yang Senantiasa Mengiringi Kita

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَار،ِ وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْعَصْرِ وَصَلَاةِ الْفَجْرِ، ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ فَيَقُولُ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي؟ فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّون (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Di tengah-tengah kalian ada malaikat yang silih berganti bertugas mengiringi kalian diwaktu malam dan siang hari, mereka bertemu ketika waktu shalat 'ashr dan waktu shalat subuh. Malaikat yang mengawasi kalian di malam hari naik ke langit, lantas Allah bertanya mereka, 'bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku? Para malaikat menjawab, 'Kami tinggalkan mereka sedang mereka tengah mendirikan shalat, dan kami datangi mereka sedang mereka mendirikan shalat'." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Bahwa setiap insan senantiasa diiringi dan diawasi oleh Malaikat yang selalu mencatat segala amal perbuatannya. Malaikat tersebut saling bergantian menjaga insan, untuk kemudian mereka melaporkan segala amal perbuatan manusia kepada Allah Swt.
2. Jika manusia senantiasa melakukan amal shaleh, khususnya pada waktu ashar dan subuh, malaikat akan 'melaporkan' kepada Allah Swt ketika Allah bertanya kepada mereka, 'bagaimana kalian meninggalkan (keadaan) hamba-Ku?' Mereka menjawab, Aku datangi mereka di waktu ashar, ia sedang shalat, dan aku tinggalkan ia di waktu subuh, juga sedang shalat.' Hadits ini sekaligus menggambarkan keutamaan shalat subuh dan ashar tepat waktu berjamaah di masjid.
3. Kebalikannya, apabila di waktu tsb manusia sedang terlena dan terlelap dalam tidurnya, dan atau sedang asyik dengan dunia dan pekerjaannya, maka tentu malaikat akan menjawab ketika Allah bertanya, bagaimana keadaan hamba-Ku? Mereka menjawab, 'Aku datangi ia di waktu ashar dalam keadaan sedang asyik terlena dengan dunianya, dan aku tinggalkan ia di waktu subuh, dalam keadaan terlelap tidur.' Na'udzubillahi min dzalik...

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 043
Kasih Kayang Allah Bagi Yang Menyayangi Sesama Manusia

عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرْحَمُ اللَّهُ مَنْ لَا يَرْحَمُ النَّاسَ (رواه اليخاري)
Dari Jarir bin Abdullah ra berkata, "Bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Allah tidak akan menyayangi seseorang yang tidak menyayangi sesama manusia." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Anjuran menebar rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama manusia. Karena mengasihi sesama manusia adalah salah satu tanda keimanan seseorang dan orang yang menyayangi sesama manusia, maka kelak ia akan mendapatkan cinta dan kasih sayang dari Allah Swt.
2. Diantara bentuk dan wujud rasa kasih sayang sesama manusia adalah dengan cara mencintai dan mengasihi keluarga, ramah, memberikan senyuman, saling tegur sapa, mengucapkan salam, saling menanyakan kabar, saling bantu dan tolong menolong antara sesama muslim, care terhadap musibah dan penderitaan orang lain dsb. Nabi Saw bahkan digambarkan, dalam riwayat dari Abu Hurairah ra berkata; "bahwa Rasulullah Saw pernah mencium Hasan bin Ali sedangkan disamping beliau ada Aqra' bin Habis At Tamimi yg sedang duduk, lalu Aqra' berkata; "Sesungguhnya aku memiliki sepuluh orang anak, namun aku tidak pernah mencium mereka sekali pun, maka Rasulullah Saw memandangnya dan bersabda: "Barangsiapa yang tidak mengasihi maka ia tidak akan dikasihi." (HR. Bukhari)
3. Saling menyayangi akan mendapatkan keutamaan yang banyak, selain akan mendapatkan cinta dan kasih sayang dari Allah Swt, ternyata juga akan mendapatkan cinta dan kasih sayang dari para penghuni langit, yaitu para Malaikat yang mulia. Nabi Saw bersabda, '...berkasih sayanglah kepada siapapun yang ada dibumi, niscaya akan mengasihi kalian Yang ada di langit."(HR. Tirmidzi)

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 042. Menunaikan Hak Allah Swt

Rehad (Renungan Hadits) 042
Menunaikan Hak Allah Swt

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مُعَاذُ أَتَدْرِي مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا أَتَدْرِي مَا حَقُّهُمْ عَلَيْهِ قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَنْ لَا يُعَذِّبَهُمْ (رواه البخاري)
Dari Mu'adz bin Jabal ra, "Bahwa Nabi Saw bersabda, "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas hamba-hamba-Nya?' Mu'adz berkata, 'Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahui. Kemudian Nabi Saw bersabda lagi, "(Yaitu) mereka beribadah menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun juga'. Nabi Saw kemudian bersabda, 'Dan tahukah engkau apa hak mereka atas Allah? "Allah dan Rasul-Nya yang lebih lebih mengetahui." Jawab Mu'adz. Nabi Saw kemudian bersabda: "(Yaitu) bahwa Dia Allah tidak menyiksa mereka." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits ;
1. Tujuan utama hidup di dunia adalah dalam rangka untuk beribadah kepada Allah Swt,  dengan menyembah-Nya sepenuh jiwa dan raga, serta tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun juga. Hakekat dari implementasi penyembahan semata hanya kepada Allah Swt serta tidak menyekutukan-Nya dengan apapun juga, pada hakekatnya merupakan hak Allah Swt yang harus ditunaikan oleh setiap insan terhadap Rabnya. Dan inilah makna dari firman Allah Swt, 'Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam'. (QS. Al-An'am : 162)
2. Namun betapa banyaknya manusia yang 'lalai' dari kewajibannya tersebut. Sehingga alih-alih mentauhidkan Allah Swt, namun justru yang terjadi adalah ia terlena dengan fatamorgana kehidupan dunia dan tenggelam dalam samudra gemerlapnya.
3. Padahal, jika manusia benar2 menunaikan hak Allah Swt dengan menyembah-Nya serta tdk menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun juga, maka kelak Allah Swt akan memasukkannya ke dalam rahmat-Nya (baca ; surga), dan ia diharamkan dari dahsyatnya siksa. Mudah2an kita semua termasuk orang2 yang bisa istiqamah dalam mentauhidkan-Nya, hingga kelak ajal menjemput kita.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 041
Larangan Berangan-Angan Mengharapkan Kematian

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ يَزْدَادُ وَإِمَّا مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ يَسْتَعْتِبُ (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Janganlah kalian berangan-angan mengharapkan datangnya kematian. Karena, kalaulah dia orang baik, siapa tahu ia bisa menambah kebaikannya. Dan kalaulah dia adalah orang jahat, siapa tahu ia bisa meminta penangguhan (untuk bertaubat)." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa dalam menjalani roda kehidupan di dunia ini, tak jarang ada jurang terjal menghadang, ada aral besar yang melintang, atau bahkan samudra luas yang membentang; menghadang setiap langkah dalam menempuh perjalanan. Dan tak jarang, tajamnya aral yang melintang, ditambah dengan gelapnya sisi lain kehidupan dunia yang diwarnai dengan saling fitnah dan saling hantam, dihiasi juga dengan keburukan dan kemunafikan, membuat sebagian orang berputus asa dalam menjalani bentangan samudra kehidupan. Karena ia beranggapan, lebih baik "pulang" sekarang menuju kematian, dari pada harus menunggu hari esok yang entah fitnah apalagi yang akan menghadang, ataupun karena beratnya beban kehidupan, di tengah hedonisme nya zaman, atau juga karena beratnya permasalahan, yang terasa demikian mencengkram.
2. Namun ternyata hadits di atas melarang siapapun untuk berharap dan meng-angankan kematian, terhenti dari segala aktivitas duniawi dan aktivitas pekerjaan. Karena betapapun, setiap detik kehidupan adalah anugrah ilahi, yang tentunya akan sangat berarti. Bisa jadi, dengan masih langgengnya nafas dalam badan, akan menambah kebaikan bagi setiap orang yang mendambakan keridhaan Ar-Rahman. Atau dengan masih langgengnya kehidupan, akan semakin memberi kesempatan bagi orang yang berbuat maksiat, untuk melakukan tauabatan nashuhan.
3. Maka Islam mengajarkan optimisme dalam menapaki jalan menuju hari depan, dan melarang pesimisme dalam mengarungi setiap cobaan dan ujian. Karena sekali lagi, setiap detik nafas yang dihembuskan, adalah samudra potensi kebaikan. Allah Swt berfirman, "..dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS. Yusuf : 87).

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 040. Luasnya Cakupan Dalam Mengamalkan Sunnah

Rehad (Renungan Hadits) 040
Luasnya Cakupan Dalam Mengamalkan Sunnah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى، قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Semua umatku akan masuk ke dalam surga, kecuali yang enggan, " Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah yang enggan?" Nabi Saw menjawab: "Siapa yang taat kepadaku, maka ia akan masuk ke dalam surga, dan siapa yang membangkang kepadaku, maka ia adalah orang yang enggan." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Kasih sayang Nabi Saw yang sangat besar kepada umatnya, dimana salah satu bentuk kasih sayang tersebut adalah  'berita gembira' dari beliau, bahwa kelak seluruh umatnya akan masuk ke dalam surga. Namun berita gembira tersebut, hanya berlaku bagi seluruh umatnya yang senantiasa berusaha untuk istiqamah mengikuti dan mengamalkan sunnah-sunnahnya.
2. Adapun mereka yang enggan mengamalkan sunnah-sunnah beliau, bahkan justru mengabaikannya atau bahkan menentangnya, maka mereka tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan berita gembira dari Nabi Saw tersebut, artinya mereka adalah orang-orang yang dikecualikan dari surga.
3. Namun yang juga perlu menjadi catatan adalah bahwa cakupan mengamalkan sunnah, tidak terbatas hanya pada aspek ibadah dan atau gerakan pada tatacara shalat saja misalnya. Namun sunnah mencakup segala dimensi kehidupan; mencakup sisi ibadah, akhlak, sosial kemasyarakatan, politik, ekonomi, bisnis, rumah tangga, bahkan sunnah dalam berinterkasi dengan hewan, dsb. Luasnya dimensi sunnah ini termaktub dalam definisi sunnah yang disebutkan oleh para ulama hadits, diantatanya dala  kitab Ushulul Hadits, Syekh Muhammad Ajjaj Al-Khatib mengemukakan, bahwa sunnah adalah, 'segala hal yang bersumber dari Nabi Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat fisik, sifat akhlak, atau juga siroh, baik yang terjadi sebelum beliau diangkat menjadi seorang Rasul (seperti tahannus beliau di Gua Hira), maupun sesudahnya.' Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang2 yang istiqamah mengamalkan sunnah-sunnah beliau... Amiin

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 039. Konsekwensi Kepemimpinan

Rehad (Renungan Hadits) 039
Konsekwensi Kepemimpinan

عن مَعْقِل بْنَ يَسَارٍ سَمِعْتُُ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول مَا مِنْ وَالٍ يَلِي رَعِيَّةً مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَيَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لَهُمْ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ (رواه البخاري)
Dari Ma'qil bin Yasar ra berkata, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda; "Tidaklah seorang pemimpin yang memimpin masyarakat kaum muslimin, kemudian dia meninggal dunia dalam keadaan menipu berbuat curang kepada mereka, melainkan Allah akan haramkan baginya surga.' (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Peringatan keras Nabi Saw terhadap mereka yang memegeng tumpuk kepemimpinan, bahwa mereka memiliki konsekwensi jabatan yang demikian beratnya. Dimana bila tidak amanah dalam memimpin kaum muslimin, tidak mengembalikan hak-hak mereka yang terdzalimi, dan justru berbuat curang terhadap mereka, maka Allah Swt akan haramkan surga bagi mereka, na'udzubillahi min dzalik.
2. Peringatan keras ini dimaksudkan, agar setiap pemimpin tidak terlena dengan jabatannya, bahkan justru semakin amanah dan takut pada Allah dalam menjalankan roda amanah kepemimpinannya. Dalam sejarah perjalanan umat Islam, muncul banyak contoh kepemimpinan yang patut dijadikan teladan, salah satunya adalah Umar bin Abdul Aziz (w. 101 H). Sejarah mencatat kesolehan pribadi beliau dalam memimpin; selalu menangis di setiap malam karena takut kepada Allah atas jabatan yang diembannya, sangat hati-hati pada yang halal dan haram dalam kesehariannya, sederhana dalam kehidupannya, perhatian yang sangat tinggi pada kepentingan dan hajat masyarakatnya, serta juga sangat profesional dalam kepemimpinannya.
3. Suatu ketika, beliau (Umar bin Abdul Aziz) memimpin rapat bersama para mentri dan gubernurnya. Lalu, di tengah2 rapat ada seorang gubernur yang bertanya perihal keadaan beliau dan keluarganya, apakah semua sehat2 dan baik2 saja? Mendengar pertanyaan itu, beliau bangkit dari tempat duduknya dan mematikan lantera yang menerangi ruang rapat tersebut. Ketika suasana gelap, dan semua bingung dengan kondisi gelap tsb, beliau berkata, 'Kita rapat di sini adalah untuk membicarakan urusan kaum muslimin. Oleh karena itulah kita menggunakan fasilitas ruangan ini. Maka ketika ada salah seorang dari kalian bertanya tentang diriku dan keluargaku, tentu aku matikan lampu itu. Karena tidak berhak bagi Umat bin Abdul Aziz, menggunakan fasilitas milik kaum muslimin untuk kepentingan diri dan keluarganya...

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 038
Dan Nabi Saw Pun Enggan Memberikan Jabatan Kepada Yang Berambisi & Mengharapkan.

 عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَرَجُلَانِ مِنْ قَوْمِي فَقَالَ أَحَدُ الرَّجُلَيْنِ أَمِّرْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَالَ الْآخَرُ مِثْلَهُ، فَقَالَ إِنَّا لَا نُوَلِّي هَذَا مَنْ سَأَلَهُ وَلَا مَنْ حَرَصَ عَلَيْهِ (رواه البخاري)
Dari Abu Musa ra berkata, aku menemui Nabi Saw bersama dua orang dari kaumku. Salah satu dari keduanya berkata 'Wahai Rasulullah, jadikanlah kami pejabat (amir).' Kemudian orang yang kedua juga mengatakan hal yang sama. Maka Rasulullah Saw bersabda, "Kita tidak akan memberikan jabatan ini kepada orang-orang yang memintanya dan tidak juga kepada orang yang ambisi terhadapnya." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Kecenderungan manusia umumnya suka terhadap jabatan dan kedudukan. Karena secara lahiriyah, jabatan terlihat manis dan menyenangkan, bertaburan harta dan penghormatan, serta diwarnai dengan wibawa dan kemewahan. Maka tidak heran, terkadang demi jabatan, banyak orang yang rela melakuka apa saja, termasuk perbuatan yang tercela, haram bahkan berbau kemusyrikan. Atau juga sekedar lobi, datang dan sowan, kepada tokoh dan panutan, atau juga melakukan pencitraan, demi mendapatkan jabatan.
2. Sementara hakikat dari jabatan itu sendiri adalah amanah yang sangat berat dari Allah Swt, yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban dalam hisab yang panjang. Disamping juga bahwa jabatan, penuh dengan tekanan dan jebakan, bahkan intrik saling menjelekkan dan menjatuhkan, yang apabila seseorang lemah iman, ia akan terperdaya dalam perangkap syaitan.
3. Maka Nabi Saw pun enggan memberikan jabatan kepada orang yang terperdaya dengan kemilau pesonanya, ambisi terhadap gemerlapnya, atau yang tergoda bias wibawa dan kemewahannya.  Karena mungkin umumnya orang yang ambisi, punya maksud dan niatan yang tersembunyi, yang menggelapkan niatan suci, demi semata keinginan pribadi.
4. Idealnya, jabatan dipegang oleh orang yang amanah, shiddiq dan fathanah, yang hati kecilnya menolak untuk memangkunya, namun ia 'terpaksa' memikulnya, karena beban dan amanah untuk dakwah, bukan karena ingin hidup mewah, namun karena amanah untuk menyelamatkan ummah... Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh." (Al-Ahzab : 72)

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 037. Bila Bermimpi Buruk

Rehad (Renungan Hadits) 037
Bila Bermimpi Buruk

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيَّ رضي الله عنهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الرُّؤْيَا مِنْ اللَّهِ وَالْحُلْمُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا حَلَمَ أَحَدُكُمْ الْحُلُمَ يَكْرَهُهُ فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ وَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْهُ فَلَنْ يَضُرَّهُ (رواه البخاري)
Dari Abu Qatadah Al Anshari ra, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, 'Mimpi yang baik berasal dari Allah Swt dan mimpi yang buruk berasal dari syaitan. Maka apabila kalian bermimpi yang tidak disukainya (mimpi buruk), hendaklah ia meludah ke sebelah kirinya dan meminta perlindungan kepada Allah Swt. Niscaya hal tersebut tidak akan membahayaknnya.' (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Terkadang dalam tidur dan istirahatnya, seseorang dapat mengalami mimpi yamg baik, namun terkadang juga ia juga dapat mengalami mimpi yang buruk. Mimpi yang baik adalah mimpi yang berasal dari Allah Swt, dan umumnya berupa sesuatu yang menyenangkan, membahagiakan atau memberikan harapan positif dalam hidupnya. Sedangkan mimpi yang buruk adalah mimpi yang berasal dari godaan dan gangguan syaitan, serta umumnya berupa sesuatu yang menakutkan, menyeramkan, duka, dan segala hal buruk lainnya.
2. Apabila seseorang mengalami mimpi buruk, misalnya ia bermimpi mengalami kecelakaan, musibah, bertemu makhluk menyeramkan, kehilangan anggota keluarga, dsb maka anjuran Rasulullah Saw adalah pertama tama hendaknya ia meludah ke sebelah kiri (yaitu bisa isyarat meludah ke sebelah kiri tanpa harus mengeluarkan air ludahnya), lalu diiringi dengan membaca ta'awudz meminta perlindungan kepada Allah Swt dan membaca surat al-mu'awwidzatain (al-falaq dan an-nas). Maka insya Allah ia akan mendapatkan perlindungan Allah Swt.
3. Bahkan dalam riwayat lainnya, kita dilarang untuk menceritakan perihal mimpi buruk tersebut kepada orang lain. Dari Abu Sa'id Al Khudri ra, bahwa Nabi saw bersabda: "..jika ia bermimpi yang tidak disukai, sesungguhnya mimpi itu berasal dari syaitan, maka hendaklah ia meminta perlindungan Allah dari keburukannya, dan janganlah ia menceritakannya kepada orang lain, niscaya hal itu tidak akan membahayakannya." (HR. Bukhari)

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 036. Ganjaran Orang Yang Berkhianat

Rehad (Renungan Hadits) 036
Ganjaran Orang Yang Berkhianat

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِكُلِّ غَادِرٍ لِوَاءٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُعْرَفُ بِهِ (رواه البخاري)
Dari Abdullah bin Umar ra, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bersabda: "Semua pengkhianat akan diberi tanda bendera pengkhianatannya pada hari kiamat sebagai tanda pengenalnya." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Khianat merupakan salah satu sifat paling buruk dan paling tercela dalam pandangan Islam, serta merupakan ciri paling mendasar orang munafik. Sedangkan orang munafik kelak akan ditempatkan Allah Swt di dalam kerak dasar paling dalam di neraka Jahanam, na'udzubillahi min dzalik.
2. Demikian buruknya dan dibencinya sifat khianat ini, hingga Allah Swt memberikan tanda khusus di hari kiamat bagi orang-orang yang khianat, yaitu bendera khusus sebagai tanda pengkhianatan yang pernah dilakukannya di dunia. Dalam shahih Muslim diriwayatkan, dari Abu Sa'id ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda, 'Di hari Kiamat kelak, setiap pengkhianat akan membawa bendera yang dikibarkannya tinggi-tinggi sesuai dengan pengkhianatannya." (HR. Muslim)
3. Khianat bermacam-macam bentuk dan jenisnya, diantaranya adalah khianat dalam kapasitasnya sebagai hamba, sebagai suami, istri, orang tua, pekerja, pejabat, wakil rakyat, bendahara, guru, dosen, pedagang, pengusaha, dsb. Oleh karenanya kita harus berusaha menjaga dan menunaikan amanah sebaik2nya dan menghindarkan diri dari sifat khianat sejauh2nya.
4. Bentuk khianat yang paling berat dan paling keji adalah khianat kepada Islam dan kaum muslimin. Seperti meyakini kebenaran agama lain selain Islam, bekerja sama dengan musuh2 Allah Swt khususnya dalam hal2 yang dapat merugikan kepentingan umat, menegatifkan citra Islam dan kaum muslimin, memilih atau mempropaganda umat untuk memilih non muslim sebagai pemimpin, dsb. Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." (QS. Al-Anfal : 27). Semoga Allah Swt hindarkan kita semua dari sifat khianat ini, dan kita dimasukkan ke dalam golongan orang2 yang amanah... Amiin Ya Rabbal Alamiin.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 035
Agar Terhindar Dari Tipuan Dalam Jual Beli

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلًا ذَكَرَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ يُخْدَعُ فِي الْبُيُوعِ فَقَالَ إِذَا بَايَعْتَ فَقُلْ لَا خِلَابَةَ (رواه مسلم)
Dari Abdullah bin Umar ra, 'Ada seorang laki-laki mengadu kepada Nabi saw, karena dia sering ditipu dalam jual beli. Maka beliau bersabda: "Jika engkau melakukan jual-beli, maka katakanlah, 'Jangan ada tipu-menipu." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Bahwa dalam transaksi jual beli, ada potensi terjadinya tipu menipu. Karena umumnya motivasi pedagang dalam jual beli adalah mencari keuntungan, yang terkadang motif mencari keuntungan membuat sebagian pedagang melanggar aturan halal haram dan melakukan praktik yang diharamkan, yaitu praktik tipu menipu.
2. Hal ini dialami juga oleh salah seorang sahabat Nabi Saw, dimana ia mengadu kepada Nabi Saw bahwa dirinya tertipu dalam jual beli. Maka Nabi Saw memberikan saran agar ia tidak lagi tertipu dalam jual beli, yaitu hendaknya ia mengatakan ketika transaksi, 'Jangan ada tipu menipu.' Ungkapan ini insya Allah akan dapat meredam niatan jahat orang yang berniat melakukan tipu menipu.
3. Jual beli menurut syariat sebenarnya dapat mendatangkan pahala dan keberkahan, apabila dilakukan dengan jujur, transparan dan memenuhi rukun dan syarat jual beli, sebagaimana hadits Nabi Saw, "Maka jika keduanya (penjual dan pembeli) jujur dan transparan, maka Allah berikan keberkahan diantara keduanya.' (HR. Bukhari)

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 034. Larangan Jual Beli Najsyi

Rehad (Renungan Hadits) 034
Larangan Jual Beli Najsyi

عَنْ ابْنِ عُمَر رضي الله عنهَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ النَّجْشِ (رواه البخاري)
Dari Ibnu Umar ra, "bahwasanya Rasulullah Saw melarang (praktik) jual beli najsyi (tipuan)." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits ;
1. Luasnya cakupan ajaran agama Islam, yang tidak hanya mengatur urusan ibadah antara seorang hamba dengan Allah Swt semata, melainkan juga mangatur aspek muamalah, diantaranya adalah aspek perdagangan (bisnis) antara sesama manusia.
2. Diantara aturan terkait dengan muamalah, adalah sebagaimana dijelaskan dalam hadits diatas yaitu larangan praktik jual beli najsy. Jual beli najsy adalah jual beli dimana penjual menggunakan tenaga teman2nya untuk berpura-pura menawar barang dagangan miliknya dengan harga yang tinggi, untuk mengelabui atau mempengaruhi "image" pembeli yang sesungguhnya terkait dengan masalah harga, dengan maksud "menipu" pembeli, supaya ia (pedagang) mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
3. Cara seperti ini jelas dilarang dalam syariah, karena mengandung unsur penipuan kepada pembeli, sehingga pembeli membayar barang yang lebih mahal dari harga yang seharusnya. Dalam kehidupan kontemporer, jual beli seperti ini dapat terjadi misalnya pada praktek tender fiktif, dimana sesama peserta tender saling sepakat untuk meninggikan penawaran harga, lalu ada salah satu peserta tender yg sedikit menurunkan harga agar proyek tersebut jatuh ke tangannya. Praktik seperti ini adalah bathil, bahkan dalam sebuah riwayat Nabi Saw bersabda, 'Barang siapa yang berbuat curang diantara kami, maka ia bukan termasuk golongan kami.' (HR. Muslim)

Wallahu A'lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 033. Bahaya Syirik

Rehad (Renungan Hadits) 033
Bahaya Syirik

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ { الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ } شَقَّ ذَلِكَ عَلَى أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالُوا أَيُّنَا لَمْ يَلْبِسْ إِيمَانَهُ بِظُلْمٍ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهُ لَيْسَ بِذَاكَ أَلَا تَسْمَعُونَ إِلَى قَوْلِ لُقْمَانَ { إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ } (رواه البخاري)
Dari Abdullah bin Mas'ud ra, berkata, 'Saat diturunkan ayat; 'Sesungguhnya orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan keimanan mereka dengan kezhaliman' (QS. Al an'am 82), maka para sahabat merasa gusar, sehingga mereka bertanya; 'Siapakah diantara kami yang tidak mencampur keimananya dengan kezhaliman? ' Maka Rasulullah Saw bersabda; "Bukan itu yang dimaksudkan. Tidakkah kalian mendengar ucapan Luqman; 'sesungguhnya kesyirikan adalah kezhaliman yang besar" (QS. Luqman 13) (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa syirik merupakan perbuatan dosa paling besar, yang apabila hingga akhir hayatnya seseorang tidak bertaubat kepada Allah Swt dari perbuatan syiriknya tersebut, maka selamanya ia tidak akan diampuni oleh Allah Swt dan kelak ia akan masuk ke dalam kobaran api neraka Jahanam, dan ia akan kekal salama-lamanya di dalamnya.
2. Syirik adalah perbuatan atau perkataan atau keyakinan, dimana di dalamnya terdapat unsur menyekutukan Allah Swt dengan sesuatu; baik sesuatu itu adalah benda (spt meyakini kekuatan2 benda tertentu), makhluk ghaib, manusia (memuja dan mengkultuskan tokoh), organisasi, idiologi, bahkan juga kebiasaan2 tertentu yang didalamnya diyakini adanya unsur yang bisa memberikan manfaat atau mudharat pada diri kita selain dari Allah Swt, maka hal tersebut juga masuk dalam kategori kemusyrikan.
3. Maka oleh karenanya, hendaknya dalam kehidupan dan kebiasaan sehari-hari, kita harus menajuhkan diri sejauh2nya dari segala perkataan, perbuatan, kebiasaan atau apapun namanya yang di dalamnya mengandung unsur kemusyrikan. Karena Allah Swt berfirman, 'Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.' (QS. n-Nisa : 48).

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 032. Orang Orang Yang Dimurkai Allah Swt

Rehad (Renungan Hadits) 032
Orang-Orang Yang Dimurkai Allah Swt

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَبْغَضُ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ ثَلَاثَةٌ مُلْحِدٌ فِي الْحَرَمِ وَمُبْتَغٍ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَمُطَّلِبُ دَمِ امْرِئٍ بِغَيْرِ حَقٍّ لِيُهَرِيقَ دَمَهُ (رواه البخاري)
Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Manusia yang paling dimurkai Allah adalah tiga golongan; Orang yang melakukan pelanggaran di tanah haram, orang yang mencari-cari perilaku jahiliyah padahal telah masuk Islam, dan memburu darah seseorang tanpa alasan yang dibenarkan untuk menumpahkan darahnya. (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Ada perbuatan2 yang sangat dibenci oleh Allah Swt, sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas, dan oleh karenanya perbuatan2 tersebut harus dihindarkan sejauh2nya agar kita terhindar dari murka Allah Swt.
2. Yang pertama adalah melakukan pelanggaran atau melakukan perbuatan maksiat di tanah Haram, yaitu di dua kota suci Mekah dan Madinah. Karena kedua kota tersebut adalah kota yang tanahnya diharamkan atau disucikan oleh Allah Swt, dan oleh karenanya melakukan perbuatan haram lebih ditekankan pengharamannya.
3. Kedua adalah melakukan perbuatan dan kebiasaan yang memiliki unsur kejahiliyahan, padahal ia telah diberi hidayah ke dalam dinul Islam. Terutama perbuatan2 dan kebiasaan yang mengandung unsur kemusyrikan, mengandung unsur maksiat, atau membawa pada perpecahan umat.
4. Dan yang ketiga adalah, menumpahkan darah sesama muslim, saling tikam, saling menjatuhkan dan saling mencederai satu dengan yang lainnya. Karena sesama muslim adalah bersaudara yang oleh karenanya haram saling menumpahkan darah, haram saling mencederai kehormatan dan haram saling mengambil harta satu dengan yang lainnya.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 031
Mengambil Pilihan Yang Ringan, Selama Tidak Melanggar Aturan

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَا خُيِّرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَمْرَيْنِ إِلَّا اخْتَارَ أَيْسَرَهُمَا مَا لَمْ يَأْثَمْ فَإِذَا كَانَ الْإِثْمُ كَانَ أَبْعَدَهُمَا مِنْهُ وَاللَّهِ مَا انْتَقَمَ لِنَفْسِهِ فِي شَيْءٍ يُؤْتَى إِلَيْهِ قَطُّ حَتَّى تُنْتَهَكَ حُرُمَاتُ اللَّهِ فَيَنْتَقِمُ لِلَّهِ (رواه البخاري)
Dari Aisyah ra, beliau menuturkan, bahwasanya Rasulullah Saw tidaklah beliau memilih diantara dua perkara, melainkan beliau akan memilih yang paling ringan diantara kedua pilihan tersebut, selama tidak mengandung dosa. Namun jika mengandung dosa, maka beliau adalah manusia yang paling jauh darinya. Demi Allah, beliau tidak pernah marah karena kepentingan pribadi, dan jika kehormatan Allah dilanggar, maka beliau marah karenanyaan." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits ;
1. Kebijaksanaan Nabi Saw dalam menentukan satu urusan, khususnya terkait kepentingan umatnya. Hal ini terlihat dari hadits di atas, ketika beliau dihadapkan pada dua pilihan, beliau memilih pilihan yang paling ringan dan paling mudah serta tidak memberatkan, selama pilihannya tersebut bukan merupakan perkara yang dilarang, menyalahi aturan, atau mengandung dosa.
2. Namun jika ada perkara yang mengandung dosa, maka Nabi Saw adalah orang yang paling membencinya dan paling menjauhinya. Dan hendaknya setiap kita juga demikian, boleh memilih pilihan yang ringan dan memudahkan selama tidak menyenggol pada yang haram, dan senantiasa berusaha menghindarkan diri sejauh2nya dari perbuatan yang mengandung dosa dan haram.
3. Bolehnya marah karena Allah Swt, yaitu ketika kehormatan agama Islam dihinakan atau direndahkan oleh orang lain, dan kita marah oleh karenanya. Maka, tidak boleh membuat pilihan yang berdampak pada merendahkan harkat dan martabat kita sebagai seorang muslim, atau bahkan yang merendahkan harkat dan martabat agama Islam.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 030. Orang Lemah dan Orang Sombong

Rehad (Renungan Hadits)
Orang Lemah dan Orang Sombong

عن حَارِثَةَ بْن وَهْبٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعَّفٍ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّه،ُ وَأَهْلِ النَّارِ كُلُّ جَوَّاظٍ عُتُلٍّ مُسْتَكْبِرٍ (رواه البخاري)
Dari Haritsah bin Wahb ra, Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Maukah kalian aku tunjukkan (calon) penghuni surga? (Yaitu) Setiap orang lemah dan tertindas. Namun sekiranya ia bersumpah atas nama Allah, niscaya Allah akan mengabulkannya. Sedangkan (calon) penghuni neraka adalah setiap orang yang berhati keras, menentang kebenaran dan sombong." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Kehidupan dunia selalu diwarnai dengan dua kutub warnanya yang berbeda, ada timur dan barat, gelap dan terang, siang dan malam, iman dan kafir, serta juga ada calon penghuni surga dan calon penghuni neraka.
2. Calon penghuni surga diidentikkan dengan orang2 lemah yang tiada berdaya, selalu tertindas, miskin, bahkan mungkin tidak pandai bicara dan tidak punya pangkat jabatan serta kekuasaan. Karena umumnya orang2 seperti ini, mereka tidak berbuat dzalim, tidak memaksakan kehendak dan selalu berusaha menjaga agamanya. Namun digambarkan bahwa mereka sangat dekat dengan Allah Swt, yang sekiranya mereka bersumpah atas nama Allah Swt, pastilah Allah mendengar dan mengabulkannya.
3. Sementara calon penghuni neraka,  mereka adalah orang2 yang berhati keras, selalu menentang kebenaran dan juga memiliki sifat sombong. Dan umumnya, bisa jadi mereka ini adalah orang2 yang memiliki pangkat dan jabatan, punya kekuasaan, punya banyak massa, uang, dunia, dsb. Dan karena "dunia" yang ada di tangannya, terkadang memberikan mempengaruhi dan mewarnai hatinya, sehingga ia menjadi berhati keras oleh karenanya, menentang kebenaran dan juga memiliki sifay sombong.
Na'udzubillahi min dzalik..

Wallahu A'lam bis shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 029. Jangan Meremehkan Amalan Ringan

Rehad (Renungan Hadits)
Jangan Meremehkan Amalan Ringan
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ رَجُلًا سَمِعَ رَجُلًا يَقْرَأُ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ يُرَدِّدُهَا، فَلَمَّا أَصْبَحَ جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ وَكَأَنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ (رواه البخاري)
Dari Abu Sa'id ra berkata, 'bahwa ada seoseorang yang mendengar orang lain membaca QUL HUWALLAHU AHAD (surat Al-Ikhlas), ia membacanya secara berulang-ulang. Pagi harinya, laki-laki tadi menemui Rasulullah Saw dan menceritakan kisahnya, seolah-olah ia menganggap remeh bacaan (orang tersebut). Maka Rasulullah Saw bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-NYA, sesungguhnya membaca surat Al-Ikhlas itu menyamai (pahala) sepertiga al qur'an". (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Larangan menganggap remeh satu amalan ringan yang dilakukan oleh orang lain. Karena bisa jadi amalan ringan tersebut memiliki nilai dan bobot yang sangat mulia di sisi Allah Swt. Terlebih jika amalan tersebut dilakukan secara ikhlas, kontinou dan penuh dengan kesungguhan.
2. Cara Nabi Saw yang sangat bijak dalam meluruskan kesalahan para sahabat. Betapa beliau tidak "terbawa" oleh isu orang yang menyampaikan informasi kepada beliau, namun di sisi lain beliau juga tidak mencela sahabat yang menganggap remeh amalan yang dilakukan oleh sahabat lainnya. Namun justru Nabi Saw lebih fokus pada substansi nilai yang lebih manfaat, yaitu penegasan tentang keutamaan membaca surat Al-Ikhlas.
3. Anjuran untuk senantiasa membaca surat Al-Ikhlas dalam segala aktivitas. Karena surat yang sangat ringan di lisan ini memiliki bobot pahala yang berlimpah, yaitu sebanding dengan sepertiga Al-Qur'an. Maka, mari kita hiasi aktivitas kita dengan dengan bacaan surat Al-Ikhlas; dalam berdzikir bada shalat, ketika keluar dari rumah dan di perjalanan, ketika memulai bekerja, ketika berdoa, ketika akan beristirahat dan dalam kondis2 lainnya. Tidakkah kita senang mendapatkan pahala yang senilai dengan sepertiga Al-Qur'an dalam setiap aktivitas kita?

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits)
Ketika Kalimat La Ilaha Illallah Diucapkan Secara Tulus dan Ikhlas

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَة؟ِ فَقَالَ لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلَنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيث،ِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah ra, 'Aku bertanya kepada Rasulullah Saw; 'Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling beruntung dengan syafaatmu pada hari kiamat kelak? ' Nabi Saw menjawab: "Wahai Abu Hurairah, sungguh aku sudah menduga bahwa tak ada seorangpun yang lebih dahulu menanyakan hal ini kepadaku dibandingkan engkau, karena semangatmu dalam mencari hadits. Adapun manusia yang paling beruntung dengan syafaatku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan laa-ilaaha-illa-llaah, dengan tulus dari lubuk hatinya." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Keutamaan sahabat Nabi Saw yaitu Abu Hurairah ra, dalam semangatnya mencari ilmu hadits, khususnya yang terkait dengan kebaikan kehidupan akhirat kelak. Oleh karena itulah, Nabi Saw memuji beliau, atas semangat dan antusias Abu Hurairah ra.
2. Hadits ini juga menggambarkan tentang kebenaran syafaat Rasulullah Saw untuk umatnya di Yaumil Akhir kelak. Beberapa riwayat lainnya juga menyebutkan hal yang sama, diantaranya adalah riwayat berikut; dari Imran bin Husain ra, bahwa Nabi Saw, bersabda: "Ada sekelompok kaum yang keluar dari neraka karena syafaat Muhammad Shallallahu'alaihiwasallam, lantas mereka masuk surga dan mereka diberi julukan 'jahannamiyun (mantan penghuni neraka jahannam)." (HR. Bukhari).
3. Orang yang paling berbahagia atas syafaat Nabi Saw di hari Kiamat kelak adalah orang yang tulus dan ikhlas mengucapkan kalimat La Ilaha Illallah dari dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dan tidak mengharapkan apapun kecuali hanya keridhaan Allah Swt semata. Dan mudah2an kita semua termasuk ke dalam golongan umat beliau yang tulus dan ikhlas mengucapkan La Ilaha Illallah...

Wallahu A'lam Bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits)
Dan Kebanyakan Penghuni Neraka Adalah Wanita

عَنْ عِمْرَانَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ (رواه البخاري)
Dari 'Imran ra berkata, bahwa Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda, 'Aku melihat surga, kebanyakan penghuninya adalah orang-orang fakir, dan kulihat neraka, kebanyakan penghuninya adalah wanita." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Bahwa ketika mi'raj, Nabi Saw diperlihatkan perihal surga dan neraka. Dan ternyata, beliau diperlihatkan bahwa kebanyakan penghuni surga adalah orang-orang fakir miskin. Sementara, ternyata kebanyakan penghuni neraka adalah kaum wanita.
2. Sementara, perihal banyaknya wanita yang menjadi penghuni neraka, dijelaskan dalam riwayat dari Ibnu 'Abbas ra, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita. Karena mereka sering mengingkari". Beliau ditanya "Apakah mereka mengingkari Allah?" Beliau bersabda: "Mereka mengingkari pemberian suami mereka dan mengingkari kebaikan. Seandainya kamu berbuat baik terhadap mereka sepanjang masa, lalu dia melihat satu saja kejelekan darimu maka dia akan berkata: 'aku belum pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu". (HR. Bukhari)
3. Penyebab lainnya dari kebanyakan wanita masuk neraka adalah karena sebagian besar wanita suka membuka aurat dan menggoda, sebagaimana riwayat dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "... dan wanita-wanita yang berpakaian (tapi) telanjang, mereka berlenggak-lenggok dan condong (dari ketaatan), rambut mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan sejauh ini dan ini." (HR. Muslim).

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits)
Setiap Kedzaliman, Akan Menjadi Perkara Besar Di Hari Kiamat

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلِمَةٌ لِأَخِيهِ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهَا فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُؤْخَذَ لِأَخِيهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيهِ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda, "Barangsiapa yang berbuat satu kedzaliman kepada saudaranya, maka hendaklah ia meminta untuk dihalalkan. Karena pada Hari Kiamat kelak, tidak akan bermanfaat (banyaknya) dinar dan dirham. Dan (pada hari tersebut), setiap kezaliman akan dibalas dengan cara diberikan kebaikan (amal shalehnya) kepada saudaranya (yg didzaliminya). Jika ia tidak mempunyai kebaikan lagi, maka kejahatan saudaranya (yang didzaliminya) akan diambil dan dipikulkan kepada dirinya." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Pentingnya beramal shaleh dalam hal menjaga hubungan baik, terutama terkait interaksi dengan sesama muslim. Karena setiap muamalah dengan sesama muslim yang baik, kelak akan dibalas dengan kebaikan yang berlipat, demikian juga sebaliknya setiap keburukan atau kedzaliman terhadap orang lain, kelak akan dibalas dengan dengan keburukan yang bisa jadi kelak menjadi penghalang besar dalam menggapai keridhaan Allah Swt.
2. Seperti gambaran perbuatan dzalim dalam hadits di atas, yang harus dibayar oleh pelakunya dengan pahala amal shaleh yang dimilikinya. Kelak amal shalehnya akan diambil oleh Allah Swt dan diberikan kepada orang yang didzaliminya. Semakin banyak kedzalimannya, maka akan semakin banyak pula pahala amal shalehnya yang diambil darinya. Dan ketika pahala amal shalehnya habis, dan ia tidak lagi bisa membayar kedzalimannya, maka yang terjadi adalah dosa-dosa orang yang didzaliminya akan diambil oleh Allah Swt lalu dipikulkan ke atas pundaknya.
3. Maka setiap kedzaliman yang telah dilakukan terhadap saudaranya, hendaknya minta dihalalkan. Apakah kedzaliman terkait hutang piutang, urusan bisnis dan perniagaan, mencederai kehormatan, atau dalam segala urusan lainnya, hendaknya ia menyelesaikannya, atau minta dimaafkan. Karena setiap muslim terhadap muslim lainnya adalah haram; darahnya, hartanya dan kehormatannya.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 025. Teman Sejati Yang Setia Menemani

Rehad (Renungan Hadits)
Teman Sejati Yang Setia Menemani

عن أَنَس بْن مَالِكٍ رضي الله عنهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ (رواه البخاري)
Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Orang yang meninggal atau mayat akan diiringi oleh tiga hal, yang dua akan kembali, sedang yang satu akan terus menyertainya. Akan mengiringinya keluarganya, hartanya dan amalnya. Harta dan keluarganya akan kembali, sedangkan amalnya akan terus tetap menemaninya." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Setiap manusia kelak akan tiba di satu titik akhir dalam hembusan nafasnya dalam kehidupan dunia. Dan ketika saat tersebut tiba, maka diri yang semula kuat dan perkasa, atau cantik mempesona, kan berubah menjadi jenazah atau mayat yang tiada berdaya, ditandu menuju ke pemakamannya.
2. Saat tersebut, bisa jadi ada derai air mata yang menghiasi ketika mengantarkan dan mengiringi, terutama keluarganya, kerabatnya, tetangganya, teman dekatnya, hartanya pun sementara masih mengiringinya, karena masih melekat dengan namanya, dan juga tentunya juga amal perbuatannya. Semua kan mengiringi hingga gundukan tanah terakhir usai menjadi kuburnya.
3. Namun satu persatu semua kan pulang kembali ke rutinitasnya, teman2nya, kerabatnya, bahkan juga keluarganya, semua kan kembali. Hartanya pun kan berpindah tangan ke para ahli warisnya. Tinggallah ia seorang diri di pekuburan yang sepi dan sunyi. Namun ada satu teman setia yang ternyata selalu menemaniya, yang dulu terkadang sering dilupakannya, yaitu amal perbuatannya. Duhai kiranya dahulu ia lebih lebih mengerti, bahwa hanya amala shaleh yang kini menjadi sangat berarti.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 024. Menjadi Mustarih Atau Mustarah Mihu?

Rehad (Renungan Hadits)
Menjadi Mustarih, atau Mustarah Minhu?

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرَّ عَلَيْهِ بِجِنَازَةٍ فَقَالَ مُسْتَرِيحٌ وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْمُسْتَرِيحُ وَالْمُسْتَرَاحُ مِنْهُ قَالَ الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلَادُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ (رواه البخاري)
Dari Abu Qatadah ra, bahwa Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam pernah diiringkan jenazah melewati beliau, kemudian beliau bersabda, "Kelak seseorang (ketika meninggal dunia) ia akan menjadi mustarih (mendapatkan ketenangan dan kenyamanan) atau menjadi mustarih minhu (menjadikan orang lain nyaman dan tenang)". Para sahabat bertanya; 'Wahai Rasulullah, apa dimaksud dengan Mustarih dan Mustarah Minhu? Nabi Saw bersabda, 'Seorang mu'min ketika meninggal dunia, ia akan mustarih (beristirahat dan nyaman) dari segala beban kehidupan dan keburukan dunia menuju rahmat Allah Swt. Sebaliknya seorang fajir (ahli maksiat), ia akan menjadi mustarah minhu yaitu manusia, negara, pepohonan atau hewan menjadi nyaman dan istirahat dari kenburukan-keburukannya karena kematiannya." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Di waktu ajal menjemputnya kelak, manusia akan dihadapkan pada dua pilihan di hari kematiannya, yaitu menjadi mustarih (beristirahat dan terbebas) dari segala keburukan dan kemunafikan kehidupan dunia, atau menjadi mustarah minhu (orang lain yang beristirahat dan merasa nyaman) dari kematiannya, karena sudah terhenti dari segala keburukan-keburukannya.
2. Menjadi mustarih (tenang dan nyaman saat meninggalnya) adalah karena selama hidup ia selalu berusaha sabar atas segala keburukan dan kemunafikan-kemunafikan kehidupan dunia serta berusaha istiqamah dengan amal shalehnya mengharap ridha Allah Swt semata. Maka oleh karenanya, ia tenang dan nyaman ketika meninggalnya, karena sdh terputus dari keburukan dan kemunafikan dunia.
3. Sementara mustarah minhu (orang lain beristirahat dari segala keburukan-keburukannya), adalah karena ia fajir (pelaku maksiat) yang sering mengganggu dan menyusahkan orang lain, serta membuat mereka tidak nyaman dan tidak tentram, ketika ia meninggal dunia, semua manusia, bahkan bumi, tumbuhan serta hewan merasa senang, tentram dan nyaman. Karena berarti mereka terhenti dari keburukan-keburukan dirinya.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 023. Berusaha Mendawamkan Amalan Ringan

Rehad (Renungan Hadits)
Berusaha Mendawamkan Amalan Ringan

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ وَقَالَ اكْلَفُوا مِنْ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ (رواه البخاري)
Dari Aisyah radliallahu 'anha berkata; bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam suatu ketika beliau ditanya; "Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?" Beliau menjawab; '(yaitu) amalan yang dikerjakan secara terus menerus, meskipun hanya sedikit (kecil). Kemudian  beliau bersabda kembali: 'Beramallah sesuai dengan kemampuan kalian.' (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Antusias para sahabat yang sangat besar untuk menggapai kecintaan Allah Swt. Hal ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para sahabat, yang umumnya berorientasi pada ridha dan mahabbatullah.
2. Bahwa amal shaleh yang kecil dan ringan, yang dilakukan secara kontinou dan dawam, insya Allah akan membuahkan pahala yang mulia, bahkan akan mengantarkannya pada cinta dan keridhaan Allah Swt. Oleh karenanya hendaknya setiap kita memiliki amal shaleh yang menjadi pegangan dalam kehidupan kita, serta menjadi kebiasaan dalam keseharian kita, supaya menjadi bekal untuk kehidupan akhirat kelak.
3. Hendaknya kita juga tidak terlalu berlebihan dan terlalu memaksakan diri dalam melakukan amalan tertentu, terlebih yang memberatkan atau menyulitkan diri sendiri. Karena umumnya amalan yang demikian akan mudah membuat kita futur dan bosan, lalu enggan beramal kembali. Sebaliknya kita dianjurkan melakukan amalan yang ringan, mudah dan tidak memberatkan, namun dilakukam secara dawam.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 022. Buruknya Orang Yang Beramal Karena Dunia

Rehad (Renungan Hadits)
Buruknya Orang Yang Beramal Karena Dunia

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ وَالْقَطِيفَةِ وَالْخَمِيصَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah ra berkata; bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah budak dinar, budak dirham, budak qathifah (pakaian sutra kasar) serta budak Khamishah (campuran sutera), (yaitu) yang jika ia diberi maka ia akan ridha, dan jika ia tidak diberi maka dia tidak akan ridha. (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Bahwa gemerlap dan kemilaunya kehidupan dunia, seringkali membuat manusia alpa, khilaf dan lupa. Pesona dunia yang memperdaya tersebut dapat menyilaukan mata siapapun juga, mulai dari orang awam hingga para pemuka dan orang yang mengerti agama.
2. Tercelanya orang-orang yang memiliki orientasi duniawi seperti itu, yang bekerja dan beramal hanya demi dinar, dirham, pakaian, dan perhiasan semata. Jika dalam amalnya ia mendapatkan dunia, maka ia ridha dan taat. Namun jika tidak mendapatkannya maka ia berpaling dan tidak ridha.
3. Pentingnya orientasi akhirat dalam segala amaliyah kita. Karena kelak setiap amalan akan dibalas dengan pahala sesuai dengan niatannya. Jika niatannya adalah dunia, maka ia akan mendapatkan dunia sebagaimana yang dinniatkannya. Namun jika niatannya adalah surga dan ridha Allah Swt, maka insya Allah ia juga akan mendapatkannya. Dan mudah2an kita semua dimasukkan ke dalam golongan orang2 yang ikhlas dalam beribadah dan beramal, hanya mengharap ridha-Nya...

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 021. Ketika Dunia dan Angan Angan Memperdaya

Rehad (Renungan Hadits)
Ketika Dunia & Angan2 Memperdaya

عن أبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَزَالُ قَلْبُ الْكَبِيرِ شَابًّا فِي اثْنَتَيْنِ فِي حُبِّ الدُّنْيَا وَطُولِ الْأَمَلِ (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah ra berkata, 'bahwa aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, "Hati orang yang sudah tua, akan masih tetap merasa muda, dalam dua perkara; yaitu dalam mencintai dunia dan dalam banyaknya memiliki angan-angan." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Bahwa umumnya siklus perjalanan hidup manusia, (jika Allah takdirkan panjang usianya), maka ia akan mengalami masa tua. Masa yang sejatinya dimanfaatkan guna memperbanyak bekal menuju tangga kehidupan berikutnya, yaitu kehidupan negri akhirat.
2. Namun tiada jarang orang yang sudah diberi usia yang panjang, hingga telah tiba masa hari tuanya, justru ia terpenjara oleh fatamorgana yang tiada pernah sirna; yaitu banyak angan-angan dan ambisi terhadap harta dunia. Dua hal ini apabila terpatri dalam diri seseorang, maka selamanya ia tidak pernah akan "sadar", betapa dirinya telah berada diambang batas usia, bahkan ia kan tiada pernah henti mengejarnya, seolah ia merasa masih seperti muda.
3. Padahal dunia, ia diibaratkan oleh Nabi kita, Rasulullah Saw hanya ibarat orang yang memasukkan salah satu jarinya ke dalam air seluas samudra, lantas ia mengangkat jarinya kembali. Maka air yang menempel di jarinya itulah ibarat dunia dan segala isinya. Sementara seluruh air di bentangan samudra yang menghampar sepanjang mata, dialah ibarat kehidupan yang sesungguhnya di akhirat sana..
Ya Allah, jadikanlah tiap detik usia yang kami lalui di dunia ini sebagai penambah bekal menuju kehidupan akhirat kami nanti....

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc M.Ag

Rehad 020. Hidup Yang Tiada Merasakan Hidup

Rehad (Renungan Hadits)
Hidup Yang Tiada Merasakan Hidup

عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ (رواه البخاري)
Dari Abu Musa ra berkata; Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Perumpamaan orang yang  berdzikir mengingat Allah Swt, dengan orang yang tidak berdzikir mengingat Allah Swt, adalah seumpama orang yang hidup dengan orang yang mati. (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Urgensi dzikir bagi setiap orang yang beriman. Karena dzikir dapat memancarkan energy, menyejukkan sanubari, merelaksasi hati dan menumbuhkan kembali asa yang telah terhenti. Ibarat bahan bakar, dzikir menjadi pendorong suatu rasa akan indahnya berkhulwat dengan Dzat Yang Maha Suci.
2. Itulah sebabnya, Nabi Saw menganjurkan kita untuk banyak berdzikir menyebut asma-Nya, agar raga yang terlihat hidup ini, benar2 menjadi hidup secara hakiki, bukan hanya dari sisi jasadinya, namun juga dari sisi kehidupan dan energi dalam hatinya.
3. Maka digambarkan oleh Nabi Saw, bahwa orang yang selalu berdzikir mengingat Allah Swt adalah seperti orang yang benar2 hidup, karena ia akan bisa memahami hakikat yang tak terlihat oleh kasat mata semata. Sementara orang yang tidak berdzikir dan tidak mengingat Allah Swt adalah seperti orang yang telah terbujur kaku karena mati, karena tanpa dzikir, hati akan menjadi kering dan hampa, sepi, sunyi dan merana, serta usang tiada berguna. Mudah2an Allah Swt menjadikan kita semua sebagai orang2 yang dihidupkan hatinya, senantiasa berdzikir kepada-Nya, dan berada dalam genggaman ridha-Nya..

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.

Rehad (Renungan Hadits)
Yang Ringan Di Lisan Namun Berat Di Timbangan

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada dua kalimat yang ringan dilisan, berat ditimbangan, dan dicintai Allah yang Maha Rahman, yaitu Subhaanallahul'azhiim dan Subhanallah wabihamdihi." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Anjuran untuk senantiasa berdzikir menyebut nama Allah Swt. Karena dzikir merupakan penenang batin, penentram jiwa, dan pelipur segala gundah gulana. Orang yang banyak berdzikir kepada Allah Swt, insya Allah jiwa dan hatinya akan lebih tenang dan tentram serta lebih dapat mengendalikan dirinya.
2. Hendaknya setiap kita membiasakan membaca dzikir tertentu, khususnya dzikir yang dianjurkan dan atau yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Dan diantara dzikir yang dicontohkan beliau adalah :
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِه، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيم
3. Karena ternyata dzikir diatas, selain ringan di lisan, ia juga memiliki keutamaan yang sangat besar, yaitu memiliki nilai timbangan yang berat di yaumil hisab kelak, dan juga meruapakan amalan yang dicintai Allah Yang Maha Rahman...
Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang senantiasa berdzikir kepada Allah serta mendapatkan cinta-Nya..

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 018. Ada Ampunan Dosa Pada Bacaan Amiiin

Rehad (Renungan Hadits)
Ada Ampunan Dosa Pada Bacaan "Amiin"

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَمَّنَ الْقَارِئُ فَأَمِّنُوا فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تُؤَمِّنُ فَمَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila imam membacakan amin (setelah imam membaca waladhallin...), maka ucapkanlah "amin". Karena para Malaikat  juga ikut mengaminkannya. Dan barang siapa yang bacaan amin nya bertepatan dengan bacaan amiin nya Malaikat, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Anjuran untuk membaca amin dalam shalat berjamaah, setelah Imam selesai membaca "...waladhaalliin..". Hanya saja, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama, perihal bacaan amiin; apakah diucapkan secara jahr (keras, terdengar oleh orang lain), ataukah dibaca secara sirr (pelan, terdengar oleh hanya diri sendiri.
a. Jumhur ulama (Maliki, Syafii dan Hambali) mengemukakan bahwa bacaan "amiin" dibaca jahr (keras dan terdengar oleh orang lain).
b. Sementara Madzhab Hanafi, berpendapat bahwa "amiiin" dibaca secara sirr, yaitu pelan dan terdengar hanya oleh diri sendiri saja.
Mayoritas masyarakat dunia, termasuk di Indonesia mengambil pendapat jumhur ulama, yaitu dengan mengeraskan bacaan "amiiin". Namun di beberapa negri kaum muslimin, seperti Turki yg mayoritas masyarakatnya menggunakan madzhab Hanafi, mereka membaca amiin secara sirr, atau pelan terdengar oleh diri sendiri saja.
2. Bahwa ternyata membaca "amiin" dalam shalat berjamaah, memiliki keutamaan tersendiri, yaitu mendapatkan ampunan dosa dari Allah Swt. Namun tentunya keutamaan tersebut hanya bisa didapatkan apabila kita melaksanakan shalat secara berjamaah. Mudah2an Allah Swt memberikan kita keistiqamahan dalam iman dan Islam, khususnya dalam menjalankan ibadah seperti shalat berjamaah di masjid sehingga kita mendapatkan keutamaan sebagaimana digambarkan hadits di atas.

Wallahu A'lam bis shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 017. Jikapun Harus Berharap Kematian

Rehad (Renungan Hadits)
Jikapun Harus Berharap Kematian

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ الْمَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ مُتَمَنِّيًا لِلْمَوْتِ فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي (رواه البخاري)
Dari Anas radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam bersabda: "Janganlah kalian berangan-angan untuk mati dikarenakan musibah yang menimpanya. Kalaupun memang harus demikian, maka hendaknya ia mengatakan; "Ya Allah, hidupkanlah aku jika memang kehidupan itu baik untukku, dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Bahwa dalam menjalani kehidupan ini, terkadang seseorang harus terbentur dengan masalah yang teramat sangat berat dan menguras segala ernergi, pikiran, perasaan dan hatinya. Namun seberat apapun dalam menjalani permasalahan hidup, hendaknya ia tidak boleh berputus asa, karena rahmat Allah Swt sangat luas. Apalagi jika sampai berangan-angan untuk mengakhiri hidup dan meminta kematian kepada Allah Swt. Maka hal tersebut dilarang, karena bertentangan dengan jatidiri seorang muslim yang harus optimis menggapai rahmat Allah Swt.
2. Kalaupun beratnya masalah menghujam tajam ke dalam dasar jiwa yang paling dalam, hingga ia tiada kuasa untuk menanggung beratnya derita akibat himpitan permasalahan yang dihadapinya, maka hendaknya ia berdoa sebagaimana diajarkan Nabi Saw :
ْ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 016. Ketika Kesulitan Melanda

Rehad (Renungan Hadits)
Ketika Kesulitan Melanda

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو عِنْدَ الْكَرْبِ يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (رواه البخاري)
Dari Ibnu Abbas radliallahu 'anhuma berkata; "Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa berdo'a ketika menghadapi kesulitan, dengan doa: "LAA ILAAHA ILLALLAHUL 'ADZIIM AL HALIIM, LAA ILAAHA ILLALLAH RABBUS SAMAWATI WAL ARDHI WA RABBUL 'ARSYIL 'AZHIIM (Tiada Ilah selain Allah Yang Maha Agung dan Maha Penyantun. Tiada ilah selain Allah, Tuhan langit dan bumi serta Tuhan arasy yang mulia." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa dalam menjalani kehidupan, tentulah tidak semua jalannya roda kehidupan adalah seperti yang kita harapkan. Terkadang kita mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan, sebagaimana terkadang kita juga mendapatkan kesedihan dan kesulitan.
2. Dan sebagai hamba Allah yang beriman, hendaknya setiap kita menyandarkan diri hanya kepada Allah Swt, khususnya di saat-saat sedang mendapatkan kesulitan. Dan diantara bentuk penyandaran diri kita kepada Allah Swt, adalah dengan membaca doa, sebagaimana yang dibaca oleh Nabi Saw ketika beliau sedang mendapatkan kesulitan, yaitu :
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيم،ُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
3. Semoga semua yang membaca renungan hadits ini, senantiasa diberikan kemudahan oleh Allah Swt, diberikan jalan-jalan keluar dari semua permasalahan kehidupannya, serta digantikan segala kesulitan-kesulitannya dengan kemudahan dan keberkahan oleh Allah Swt... Amiiiin.

Wallahu A'lam bis shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits)
Anjuran Memintakan Doa Orang Shaleh Kepada Allah Swt

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَتْ أُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ خَادِمُكَ أَنَسٌ ادْعُ اللَّهَ لَهُ قَالَ اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتَهُ (رواه البخاري)
Dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu, bahwa ibuku pernah berkata kepada Rasulullah Saw, 'Wahai Rasulullah, anakku ini Anas adalah pelayanmu, do'akanlah ia". Maka beliau berdoa: "Ya Allah, limpahkanlah hartanya, perbanyaklah anak-anaknya dan berkahilah atas apa yang Engkau berikan kepadanya." (HR. Muslim)

Hikmah Hadits :
1. Kasih sayang Nabi Saw kepada para sahabat dan seluruh umatnya, serta kedeķatan beliau terhadap mereka. Sehingga mereka tiada enggan meminta sesuatu kepada beliau, termasuk memintakan doa.
2. Bolehnya memintakan doa melalui orang2 shaleh kepada Allah, agar diberikan keberkahan, keturunan, harta, usaha, dimudahkan dari kesulitan, dsb. Karena bisa jadi, melalui kedekatan dan ketakwaan mereka kepada Allah Swt, Allah akan mengabulkan doa dan permohonannya.
3. Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, yang selalu menginginkan kebaikan dan keberkahan untuk anak-anaknya. Dan umumnya doa seorang ibu kepada anaknya tiada pernah berhenti di setiap waktu.
4. Anjuran bagi orang2 shaleh untuk mendoakan orang2 yang meminta didoakan. Karena setiap doa, adalah doa juga bagi dirinya dan tentunya akan menjadi amal shaleh baginya. Ya Allah, berkahilah umat ini, berkahilah dakwah ini, berkahilah yang membaca tulisan ini dan berkahilah yang menyebarkan tulisan ini...Amiiin Ya Rabbal Alamin.

Wallahu A'lam bis shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 014. Dan Masuk Kamar Mandi Pun Berpahala

Rehad (Renungan Hadits)

Dan Masuk Kamar Mandi pun Berpahala
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْخَلَاءَ قَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ (رواه  البخاري)
Dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu berkata; "Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila beliau hendak masuk ke kamar mandi, beliau berdoa: 'ALLAHUMMA INNI A'UUDZUBIKA MINAL KHUBUTSI WAL KHABAAITSI (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki maupun perempuan)" (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Luasnya cakupan makna ibadah dalan Islam, mencakup seluruh aspek dan dimensi kehidupan manusia. Bahkan dalam masuk ke kamar mandi pun, bisa menjadi bernilai pahala, jika dilakukan sesuai dengan tununan ajaran Islam.
2. Sunnah dalan memasuki kamar mandi adalah,
a. Memasuki kamar mandi dengan kaki kiri,
b. Membaca doa, yaitu sebagaiamana hadits di atas, "Allahumma inni a'udzubika minal khubusi wal khaba'isi".
c. Tidak berlama-lama di dalam kamar mandi
d. Tidak membawa mushaf, catatan, atau seauatu yg terdapat lafadz Allah.
e. Keluar kamar mandi dengan kaki kanan
f. Membaca doa keluar kamar mandi.
3. Tersirat dari hadits di atas, bahwa khala' atau tempat buang hajat, spt kamar mandi dsb adalah termasuk tempat2 yg disenangi jin dan syaitan, baik yg laki2 maupun yg perempuan. Oleh karenanya kita dianjurkan berdoa sebelum masuk kamar mandi, karena diantara hikmahnya adalah agar ketika kita di kamar mandi, aurat kita terhijab dari pandagan syaitan laki2 maupun syaitan perempuan.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc M.Ag

Rehad 013. Menjadikan Tidur Bernilai Ibadah

Rehad (Renungan Hadits)
Menjadikan Tidur Bernilai Ibadah
عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ مِنْ اللَّيْلِ وَضَعَ يَدَهُ تَحْتَ خَدِّهِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ أَمُوتُ وَأَحْيَا وَإِذَا اسْتَيْقَظَ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ (رواه البخاري)
Dari Hudzaifah radliallahu 'anhu berkata; "Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila hendak tidur di malam hari, beliau meletakkan tangannya di bawah pipinya (menghadap ke kanan), kemudian beliau berdoa: "Bismika amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu aku mati dan aku hidup)." Kemudian apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: 'Al Hamdulillahilladzii ahyaana ba'da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).' (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa tidur merupakan salah satu nikmat dan anugerah dari Allah Swt yang sangat besar, yang terkadang jarang disadari oleh kebanyakan manusia. Umumnya kita baru bisa menyadari nikmatnya tidur, adalah ketika kita gundah dan gelisah di tengah gelapnya malam, namun kedua kelopak mata kita tak jua kunjung terpejam.
2. Oleh karena tidur adalah nikmat yang besar dari Allah Swt, maka seharusnya kita menadikannya sebagai sarana untuk bersyukur bahkan sebagai wahana yang memiliki nilai ibadah kepada Allah Swt. Merealisasikannya cukup dengan mengucap doa ketika hendak tidur, lalu membaca doa pula ketika bangun dari tidur. Hal kecil dan sederhana ini akan menjadikan tidur kita memiliki nilai ibadah kepada Allah Swt.
3. Terlebih jika kita renungkan bahwa porsi tidur dalam hidup kita, adalah hampir merenggut sepertiga dari srluruh usia kita. Dan alangkah ruginya apabila waktu sebanyak itu ternyata hilang sia-sia karena tidak bernilai apa-apa lantatan kita enggan berdoa. Maka, mari kita biasakan membaca doa ketika akan tidur dan ketika bangun tidur, sehingga tidur kita bernilai pahala dari Allah Swt.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 012. Takutnya Seorang Muslim Terhadap Dosa

Rehad (Renungan Hadits)
Takutnya Seorang Mu'min Terhadap Dosa

عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَِ قَالَ إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ بِهِ هَكَذَا (رواه البخاري)
Dari Abdullah bin Mas'ud ra berkata, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya seorang mu'min (ketika) ia melihat dosa-dosanya, adalah seperti (ketika) ia duduk di lereng sebuah gunung, dan ia sangat khawatir gunung itu akan menimpanya. Sedangkan seorang fajir (orang yang selalu berbuat dosa), ketika ia melihat dosa-dosanya adalah seperti ia melihat seekor lalat yang hinggap di batang hidungnya, kemudian ia mengusirnya seperti ini lalu terbang (ia menganggap remeh dosa)." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Diantara ciri keimanan seseorang kepada Allah Swt adalah rasa takut dan khawatir yang sangat besar dan mendalam terhadap dosa-dosanya. Karena setiap dosa kelak akan menjadi kepedihan mendalam dan menjadi bara neraka yang menyiksa dan menyengsarakannya. Maka ia merasa takut, seolah ia seperti berada di lereng sebuah gunung yg menjulang dan terjal, dan ia khawair gunung tsb akan jatuh menimpanya.
2. Sementara seorang ahli maksiat ia tidak takut akan perbuatan maksiat dan dosa-dosanya, sehingga setiap hari hidupnya bergelimang dengan kemaksiatan dan dosa. Ia menganggap remeh dosa-dosanya, seakan seperti seekor lalat yg hinggap di hidungnya, lalu ia mengusirnya dan ia mengatakan, 'seperti ini saja'. (Menganggap dosanya seperti hinggapan lalat saja).

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 011. Memperbanyak Taubat dan Istighfar

Rehad (Renungan Hadits)
Memperbanyak Taubat dan Istghfar

عن أَبي هُرَيْرَةَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ
أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah ra berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar (meminta ampunan) dan bertaubat kepada Allah dalam satu hari lebih dari tujuh puluh kali." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Bahwa setiap manusia, pastilah pernah berbuat salah dan dosa, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Bahkan, baik dosa yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui.
2. Oleh karenanya, kita dianjurkan memperbanyak istighfar dan taubat. Istighfar adalah permohonan ampunan kepada Allah Swt dari dosa-dosa kecil. Sedangkan taubat, permohonan ampunan kepada Allah Swt dari dosa-dosa besar.
3. Rasulullah Saw sebagai seorang Nabi yang maksum (terjaga dari dosa dan khilaf), senantiasa memperbanyak istighfar dan taubat kepada Allah Swt. Karena salah satu hikmah taubat dan istighfar adalah, bahwa istighfar dan taubat merupakan tanda kecintaan dan ketakwaan seorang hamba kepada Allah Swt.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan Lc, M.Ag

Rehad 010. Berikan Hak Pengguna Jalan

Rehad (Renungan Hadits)
Berikan Hak Pengguna Jalan
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالْجُلُوسَ بِالطُّرُقَاتِ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لَنَا مِنْ مَجَالِسِنَا بُدٌّ نَتَحَدَّثُ فِيهَا فَقَالَ إِذْ أَبَيْتُمْ إِلَّا الْمَجْلِسَ فَأَعْطُوا الطَّرِيقَ حَقَّهُ قَالُوا وَمَا حَقُّ الطَّرِيقِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ غَضُّ الْبَصَرِ وَكَفُّ الْأَذَى وَرَدُّ السَّلَامِ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ (رواه البخاري)
Dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan." Para sahabat bertanya; "Wahai Rasulullah, Itu kebiasaan kami yang sudah biasa kami lakukan karena itu menjadi majelis tempat kami untuk bercakap-cakap." Beliau bersabda: "Jika kalian tidak mau meninggalkan majelis seperti itu (duduk-duduk di jalan), maka tunaikanlah hak (pengguna) jalan." Sahabat bertanya: "Apa saja hak jalan?" Beliau menjawab: "Menundukkan pandangan, menyingkirkan halangan, menjawab salam dan amar ma'ruf nahi munkar." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Anjuran untuk tidak duduk-duduk (baca : nongkrong) di pinggir jalan. Karena duduk-duduk di pinggir jalan bukanlah merupakan perbuatan yang terpuji, karena tentunya dapat menggaggu kenyamanan pengguna jalan. Bahkan bisa jadi orang lain tidak jadi melalui jalan tersebut, karena ada orang2 yang duduk-duduk di sana, lantatan khawatir keburukan mereka.
2. Kalaupun tetap duduk-duduk di pinggir jalan, maka  kewajiban bagi yg duduk-duduk di jalan untuk memberikan hak pada pengguna jalan. Dan hak-hak pengguna jalan adalah sbb :
a. Menundukkan pandangan, khususnya terhadap orang lewat di jalanan, terlebih apabila yg lewat di jalan adalah lawan jenis kita. Bukan malah menggoda atau mengganggunya.
b. Menyingkirkan halangan, seperti tidak memakai badan jalanan untuk duduk, atau menyingkarkan duri, batu dan sejenisnya yg dapat mengalangi pengguna jalan serta melancarkan para pengguna jalan.
c. Menjawab salam, khususnya dari pengguna jalan, apabila menyapa dan mengucapkan salam kepada mereka.
d. Amar ma'ruf nahi mungkar, yaitu menyuruh pada kebaikan dan mencegah kemungkaran, bukan malah membuat kemungkaran di pinggir jalan, seperti mengganggu pengguna jalan, dsb.

Wallahu A'lam
By Rikza Maulan, Lc. M.Ag

Rehad 009. Saling Doa Dalam Bersin

Rehad (Renungan Hadits) :
Saling Doa Dalam Bersin

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَلْيَقُلْ يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ (رواه البخاري)

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ababila salah seorang dari kalian bersin, maka hendaknya ia mengucapkan "Al Hamdulillah" sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah mengucapkan "Yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu), dan hendaknya ia membalasnya kembali ; "Yahdikumullah wa yushlih baalakum (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu)." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits
1. Diantara adab ketika bersin adalah mengucapkan hamdalah, sebagai bentuk pujian kepada Allah Swt atas segala nikmat, termasuk nikmat ketika bersin. Krn bersin bisa terjadi atas nikmat dari Allah Swt.
2. Disunnahkan bagi yg mendengar bacaan hamdalah dari org yg bersin, ia mendoakannya dengan mengucapkan Yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu). Dan kemudian, ia mendoakan orang yg mendoakannya dengan ucapan, "yahdikumullah wayuslih balakum" (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu).
3. Indahnya akhlak sesama muslim yg saling mendoakan satu dengan yang lainnya. Dan hal ini menunjukkan persaudaraan antara muslim dengan muslim lainnya.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc. M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) :
Diantara Akhlak Dalam Bersin & Menguap
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ (رواه اليخاري)
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan membenci menguap. Maka apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaklah ia memuji Allah (mengucapkan alhamdulillah), dan kewajiban muslim lainnya yang mendengarnya untuk mendo'akannya (mengucapkan yarhamukallah). Sedangkan menguap datangnya dari syetan, maka hendaknya ia menahan menguap semampunya. Dan jika sampai ia mengucapkan "haaah" (menguap dengan bersuara), maka syetan akan tertawa (senang) karenanya." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Anjuran berakhlaqul karimah dalam segenap aspek kehidupan, tidak terkecuali dalam kebiasaan sehari-hari yang terkadang dianggap sepele dan ringan, seperti akhlak ketika sedang bersin atau ketika sedang menguap.
2. Ketika bersin, kita dianjurkan untuk berdoa memuji Allah Swt dengan mengucapkan "alhamdulillah". Krn bersin merupakan nikmat dari Allah Swt. Sementara, bagi muslim lainnya yg mendengarkan ucapan hamdalah dari orang yang bersin, dianjurkan untuk turut mendoakannya dgn mengucapkan "yarhamukallah". Kemudian selanjutnya orang yang bersin tadi membalasnya kembali dengan mendoakan orang tersebut dengan ucapan "yahdikumullah". Dan sungguh, betapa indahnya kehidupan orang yang beriman, yang selalu saling mendoakan satu dengan yang lainnya.
3. Adapun menguap, umumnya datangnya dari syaitan dan termasuk perkara yang tidak disukai Allah Swt. Maka anjuranya ketika menguap adalah hendaknya ditahan sebisa mungkin. Dan kalaupun harus menguap juga, maka hendaknya jangan sampai mengeluarkan suara ketika menguap. Sebab menguap dengan mengeluarkan suara, termasuk perbuatan tercela, dan syaitan sangat menyukainya serta tertawa karenanya.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan

Rehad 007. Diantara Konsekwensi Iman

Rehad (Renungan Hadits) :
Diantara Konsekwensi Iman
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ (رواه اليخاري)
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari Akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan kepada hari Akhir, maka hendaknya ia memuliakan tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaknya ia bertutur kata yang baik atau hendaknya ia diam." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Bahwa keimanan memiliki konsekwensi. Dan diantara konsekwensi keimanan adalah keharusan berbuat baik terhadap tetangga, memuliakan tamu dan bertutur kata yang baik.
2. Tiga hal yg disebutkan Rasulullah Saw sebagai konsekwensi keimanan dalam hadits di atas, bukanlah dimaksudkan untuk pembatasan, namun lebih dari sisi percontohan. Artinya bahwa konsekwensi keimanan ada banyak, diantanya adalah 3 hal tersebut; berbuat baik thd tetangga, memuliakan tamu dan bertutur kata yang baik.
3. Sebagai seorang muslim, seyogianya kita berusaha untuk menjaga 3 hal tersebut dalam keseharian kita. Dan mudah2an dengan menjaga ketiganya, kita semua termasuk ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang memiliki keimanan yg benar kepada Allah Swt.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan

Rehad 006. Antara Jujur dan Dusta

Rehad (Renungan Hadits)
Antara Jujur dan Dusta
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا (رواه البخاري)
Dari Abdullah bin Mas'ud radliallahu 'anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkannya ke dalam surga. Dan seseorang yang senantiasa berlaku jujur, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan (sebaliknya) sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkannya pada kejahatan. Sementara kejahatan tersebut akan mengantarkannya masuk ke dalam neraka. Dan seseorang yang selalu berkata kata dusta, maka ia akan dicatat sebagai seorang pendusta." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Pentingnya bertutur kata yang benar dan jujur serta keharusan menghindarkan diri dari perkataan yang kotor dan dusta. Karena ternyata kejujuran merupakan pintu gerbang menuju segala bentuk kebaikan. Sementara kebaikan, merupakan jembatan untuk menuju surga.
2. Sebaliknya, dusta merupakan salah satu bentuk dosa besar, yang oleh karenanya harus ditinggalkan dan dihindarkan sejauh2nya dalam segala aspek kehidupan. Karena ternyata kedustaan merupakan pintu gerbang menuju pada kejahatan. Sementara kejahatan merupakan jembatan yang akan mengantarkan pelakunya menuju ke dalam kobaran api neraka, na'udzu billahi min dzalik.
3. Predikat apakah seseorang itu sebagai orang yang jujur atau ataupun orang yang dusta (pendusta), adalah tergantung perilaku dan kebiasaan orang tersebut. Jika ia terbiasa jujur dalam setiap perkataannya dan di setiap kesehariannya, maka ia akan "di cap" sebagai orang yang jujur. Sebaliknya, jika ia terbiasa bertuturkata kasar dan dusta dalam kehidupan dan kesehariannya, maka ia akan "di cap" sebagai pendusta. Mudah2an Allah Swt memasukkan kita semua ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang jujur (shiddiqin)...
Amiiin Ya Rabbal Alamin..

Wallahu A'lam bis Shawab
By. Rikza Maulan

Rehad (Renungan Hadits) :
Larangan Saling Mendiamkan Antara Sesama Muslim
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا وَخَيْرُهُمَا الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ (رواه البخاري)
Dari Abu Ayyub Al Anshari ra berkata, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi dari tiga malam; yang (jika bertemu) saling berpaling antara yang satu dengan yang lainnya. Dan sebaik-baik dari keduanya adalah yang terlebih dahulu memulai mengucapkan salam." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Bahwa diantara bentuk ukhuwah Islamiyah antara sesama muslim adalah saling tegur sapa, saling mengucapkan salam dan juga saling mendoakan antara satu dengan yang lainnya. Karena pada hakekatnya, sesama muslim adalah bersaudara, dan oleh karenanya hendaknya setiap muslim saling menjaga ikatan persaudaraan dengan muslim lainnya.
2. Maka antara sesama muslim tidak boleh saling mendiamkan, tidak saling bertegur sapa, bahkan saling membuang muka antara satu dengan yang lainnya. Bahkan dalam riwayat lainnya disebutkan, bahwa Allah tidak akan menerima amalan dua orang muslim yang tidak bertegur sapa dan saling mendiamkan lebih dari tiga hari.
3. Kendatipun terjadi perselisihan antara dua orang muslim, maka yang paling baik dimata Allah SWT diantara keduanya adalah yang paling terlebih dahulu menegur dengan mengucapkan salam. Mudah2an Allah Swt meridhai dan melanggengkan ukhuwah islamiyah antata sesama kita, Amiiin Ya Rabbal Alamin.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan

Rehad 004. Persaudaraan Antara Sesama Muslim

Persaudaraan Antara Sesama Muslim
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta. Dan janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari kesalahan, saling mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci. Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Bahwa sesama muslim adalah bersaudara. Maka hendaknya setiap saudara saling menjaga kehormatan dan martabat sesama saudaranya yang lain.
2. Agar hubungan persaudaraan sesama muslim terjaga (ukhuwah islamiyah) maka Nabi Saw melarang umatnya utk saling membenci, mendengki, memusuhi, mencela, mencari2 kesalahan dsb. Larangan2 ini dimaksudkan agar persaudaraan tetap terjaga dan terjalin dengan baik.

Wallahu A'lam bis Shawab
By. Rikza Maulan

Rehad 003. Berhati Hati Dalam Perkara Kecil

Rehad (Renungan Hadits)
Berhati-hati Dalam Perkara Kecil
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا هَذَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ وَأَمَّا هَذَا فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ دَعَا بِعَسِيبٍ رَطْبٍ فَشَقَّهُ بِاثْنَيْنِ فَغَرَسَ عَلَى هَذَا وَاحِدًا وَعَلَى هَذَا وَاحِدًا ثُمَّ قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا (رواه اليخاري)
Dari Ibnu Abbas radliallahu 'anhuma berkata; Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam suatu ketika melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda: "Kedua penghuni kubur ini sedang mendapatkan siksa, dan keduanya disiksa bukan karena perbuatan dosa besar. Yang satu disiksa lantaran tidak bersuci dari kencingnya, sedangkan yang kedua disiksa karena suka mengadu domba (orang lain)." Kemudian beliau meminta sepotong pelepah kurma yang masih basah. Lalu beliau membelahnya menjadi dua dan menancapkannya pada dua kuburan tersebut. Beliau kemudian bersabda: 'Semoga ini bisa meringankan keduanya selagi belum kering.' (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Anjuran untuk berhati-hati dan tidak menganggap remeh perkara-perkara yang dianggap kecil. Karena ternyata banyak orang yang disiksa lantaran menganggap remeh perkara perkara yang kecil. Diantaranya adalah ketidak hati2an dalam menjaga lisan, sehingga lisannya dapat mengadu domba antara seseorang dengan orang lain (namimah), dan ketidak hati-hatian dalam masalah buang air kecil, sehingga auratnya tidak terhijab dari orang lain, atau tidak tuntasnya dalam membersihkan najis dari sisa air kecilnya, sehingga pakaiannya ternoda oleh najis. Dan ternyata perkara yang dianggap ringan ini, mengakibatkannya mendapatkan azab.
2. Kemuliaan dan kemurahan hati Nabi Saw, dengan mendoakan umatnya yg mendapatkan siksa, seraya menancapkan pelepah kurma agar umatnya diringankan dari siksa.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan

Rehad 002. Kelembutan Tutur Kata Nabi Saw

Rehad (Renungan Hadits)
Kelembutan Tutur Kata Nabi Saw
عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا وَلَا لَعَّانًا وَلَا سَبَّابًا كَانَ يَقُولُ عِنْدَ الْمَعْتَبَةِ مَا لَهُ تَرِبَ جَبِينُهُ (رواه البخاري)
Dari Anas bin Malik ra berkata; "Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah bertutur kata yang keji, (tidK pernah pula) melaknat dan mencela orang lain. Dan apabila beliau hendak mencela seseorang, maka beliau akan (menyindirnya saja) dengan berkata: "Mengapa dahinya berdebu?" (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Diantara kemuliaan Nabi Saw adalah bahwa beliau senantiasa bertutur kata yang baik, lembut dan berusaha tidak menyinggung perasaan orang lain (para sahabat). Beliau tidak pernah berkata yg kasar dan keji, tidak pernah pula melaknat atau mencela orang lain, serta senantiasa mengedepankan kasih sayang. Maka diantara cara mengikuti sunnah Nabi Saw adalah dengan berusaha bertutur kata yg baik, lembut dan tidak mencela atau melaknat sesama muslim lainnya.
2. Kalaupun Nabi Saw tidak suka dengan perbuatan atau perangai seseorang, maka beliau hanya mengungkapkan dengan perkataan sindiran yang menunjukkan ketidaksukaan beliau terhadap orang tersebut, seperti ungkapan beliau, "Mengapa dahinya berdebu?" Dan umumnya para sahabat memahami bahwa ungkapan tersebut adalah bentuk teguran Nabi Saw. Sungguh, betapa mulianya akhlak beliau... Allahumma shalli wasallim wabarik alaih...

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan.

Rehad (Renungan Hadits) hari ini ;
 عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالْفُسُوقِ وَلَا يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ (رواه البخاري)
Dari Abu Dzar ra berkata, bahwa dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seseorang melontarkan tuduhan kefasikan kepada orang lain, dan tidak pula ia menuduh orang lain dengan tuduhan kekufuran, melainkan (tuduhan itu) akan kembali kepada dirinya sendiri, jika ternyata orang yang dituduhnya tidak seperti itu." (HR. Bukhari)

Hikmah hadits ;
1.   Hendaknya kita berusaha untuk menjaga lisan, khususnya terkait dengan hak dan kehormatan orang lain sesama muslim. Karena bisa jadi, lisan kita bisa menodai kehormatan sesama muslim dan kita dilarang untuk mencederai kehormatan sesama muslim. Sebagaimana sabda Nabi Saw :Seorang muslim terhadap muslim lainnya adalah haram; darahnya, hartanya dan kehormatannya... (al-hadits)
2. Diantara bentuk menjaga lisan adalah bahwa Nabi Saw melarang kita saling menuduh fasik atau kufur antara sesama muslim. Karena tuduhan fasik atau kufur sangatlah berat, dan tidak boleh dilakukan antara sesama muslim. Dan apabila tuduhan tersebut dilakukan, maka bisa jadi tuduhan tersebut kembali kepada orang yg menuduh, yaitu bahwa yg sesungguhnya fasik dan kufur adalah orang yang menuduh.. na'udzu billahi min dzalik.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan

;;