Rehad (Renungan Hadits) 186
Dan Sekedar "Berjaga" Di Jalan Allah Akan Berbuah Limpahan Pahala

عَنْ سَلْمَانَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُه،ُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّان (رواه مسلم)
Dari Salman ra berkata, "Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda, "Ribath (berjaga-jaga) sehari semalam, lebih baik daripada puasa dan shalat malam selama sebulan penuh. Dan jika dia meninggal dunia, maka (pahala) amalannya akan terus mengalir sebagaimana yang pernah dia amalkan. Dan akan mengalir pula rizkinya dan ia juga akan terbebas dari fitnah. (HR. Muslim, hadits no 3537).

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa segala upaya, usaha, doa, guratan perasaan, ide, pikiran, rasa gundah, resah, gelisah, cemas, harapan, asa dan segala apa yang dilakukan oleh seseorang; baik yang tersirat dan terselip di dalam relung hati yang paling dalam, maupun yang dilakukan oleh anggota badan, dalam rangka memuliakan agama Allah Swt, adalah masuk dalam kategori "berjuang fi sabilillah", yang akan mengalirkan balasan pahala yang sangat besar dari Allah Swt.
2. Maka sungguh beruntunglah, setiap jiwa yang melangkah, setiap diri yang melewati, tuk meniti langkah memuliakan kalimat Allah. Karena setiap detik waktu yang berlalu dalam kehidupannya akan bernilai ibadah yang membuahkan samudra anugrah yang melimpah. Tidak terkecuali juga bagi orang-orang yang senantiasa rela "berjaga" di jalan Allah, mengurangi waktu tidur dan istirahatnya, guna melindungi umat dari kejahatan orang-orang yang berniat jahat, dari para penista agama dan ulama, yang menampakkan kebaikan di wajahnya namun menyembunyikan kebusukan di dalam hatinya.
3. Maka, bagi setiap diri yang mengaku "beriman" kepada Allah Swt, hendaknya selalu berupaya untuk melakukan sesuatu yg bernilai guna memuliakan agama Allah Swt, kendatipun sekedar "memberikan suara" seperti mencoblos nomor tiga pada saat Pilkada di DKI Jakarta. Agar jangan sampai lagi, muncul pemimpin yg bermulut nista, berbuat aniaya dan menyimpan dendam angkara murka terhadap agama dan para ulama. Karena setiap suara yang diberikan, kelak akan terlihat dalam buku catatan amal perbuatan kita, dan mendapat samudra balasan yang sangat mulia, dari Allah Azza Wa Jalla.
4. Maka mari kita selalu berjaga, untuk memantau, mengawasi dan mendorong sanak saudara, kerabat dan tetangga untuk "berjuang" memuliakan agama Allah, kendatipun sekedar hadir di TPS pada 15 Februari 2017 mendatang, untuk memilih pemimpin yg muslim yang bertakwa, di nomor yang ke tiga. Jangan remehkan amalan ringan ini, kendatipun terlihat kecil namun sesungguhnya memiliki nilai yang tiada terkira. Karena kelak kita semua mudah2an akan tercatat sebagai seorang mujahid yang berjuang membela dan memuliakan agama-Nya...

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 185
Haramnya Taat Kepada Pemimpin Dalam Kemaksiatan

عَنْ عَلِيٍّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ جَيْشًا وَأَمَّرَ عَلَيْهِمْ رَجُلًا فَأَوْقَدَ نَارًا، وَقَالَ ادْخُلُوهَا، فَأَرَادَ نَاسٌ أَنْ يَدْخُلُوهَا، وَقَالَ الْآخَرُونَ إِنَّا قَدْ فَرَرْنَا مِنْهَا، فَذُكِرَ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لِلَّذِينَ أَرَادُوا أَنْ يَدْخُلُوهَا لَوْ دَخَلْتُمُوهَا لَمْ تَزَالُوا فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَة،ِ وَقَالَ لِلْآخَرِينَ قَوْلًا حَسَنًا، وَقَالَ لَا طَاعَةَ فِي مَعْصِيَةِ اللَّه،ِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ (رواه مسلم)
Dari Ali ra berkata, bahwa Rasulullah Saw mengirimkan pasukan dan mengangkat seseorang menjadi komandannya. Kemudian ia (komandan tsb) menyalakan api seraya berkata, "Masuklah kalian ke dalam api tersebut." Maka sebagian anak buahnya hendak masuk ke dalam api tersebut, sedangkan sebagian yang lain mengatakan, "Kita harus jauhi api tersebut." Kemudian peristiwa tersebut dilaporkan kepada Rasulullah Saw, lantas beliau bersabda, "Sekiranya kalian masuk ke dalam api tersebut, maka kalian akan terus berada di dalamnya hingga hari Kiamat (disiksa)." Kemudian beliau berkata pula kepada yang lain dengan lemah lembut, "Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan kepada Allah. Dan bahwasanya ketaatan itu hanyalah dalam kebajikan." (HR. Muslim, hadits no 3434)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa sebagian kalangan umat Islam, ada yang baranggapan bahwa ketaatan kepada pemimpin adalah wajib dan harus dilaksanakan secara mutlak. Sehingga (menurut mereka) apapun, kapanpun dan bagaimanapun seorang pemimpin menjalankan roda kepemimpinannya maka  wajib hukumnya untuk ditaati, dan haram secara mutlak untuk menyelisihinya. Tidak peduli apakah sang pemimpin dalam perbuatan ma'ruf, ataukah dalam perbuatan mungkar. Pandangan ini jelas merupakan pendapat yang bathil, bertentangan dengan nash Al-Qur'an dan Sunnah :
#1. Landasan ayat (QS. An-Nisa' ; 59) "Hai orang2 yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri diantata kamu..." adalah tidak tepat dijadikan sandaran wajibnya ketaatan mutlak kepada pemimpin: (1) Karena taat kepada ulil amri adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah sebabnya taat kepada Allah diawali dengan lafadz "atii'u" (taatilah). Sementara kepada ulil amri, tdk ada kata "atii'u"nya. Ini artinya taat kepada Allah & Rasul-Nya adalah mutlak, sementara taat kepada pemimpin adalah terikat dengan ketaatan kepada Allah & Rasul-Nya. (2). Ketikapun harus taat kepada ulil amri, maka yg dimaksud adalah ulil amri dari golongan umat Islam, sbgmana tersebut dalam ayat di atas "wa ulil amri minkum", yaitu ulil amri dari kalangan umat Islam taat kpd Allah dan Rasul-Nya, bukan "wa ulil amri minhum" (ulil amri dari golongan mereka), yg memerangi agama Allah Swt.
#2. Hadits riwayat Imam Muslim di atas, sangat jelas dan terang benderang menggambarkan haramnya taat kepada pemimpin yang perintahnya (baca ; kebijakannya) bisa mencelakakan diri kita, mengandung unsur kemungkaran, atau bahkan menghina dan menista agama Allah dan para ulama. Perhatikanlah ketika Nabi Saw mengangkat seorang pemimpin, lalu ia (pemimpin tsb) memerintahkan anak buahnya untuk masuk ke dalam api yg telah ia nyalakan (membakar diri), maka Nabi Saw bersabda, Sekiranya kalian masuk ke dalam api tersebut, maka kalian akan terus berada di dalamnya hingga hari Kiamat (disiksa).".
#3. Dalam riwayat lainnya sekaligus menguatkan hadits di atas, diriwayatkan, dari Ali ra bahwa Nabi Saw, beliau bersabda: "Tidak ada ketaatan kepada manusia dalam hal maksiat kepada Allah." (HR. Ahmad hadits no 1013).
2. Maka, haram hukumnya mentaati pemimpin yang jelas melawan, menghina, menista agama merendahkan ulama, berbuat munkar dan berniat jahat thd umat Islam. Taat kepada pemimpin yg demikian berakibat pada akan mendapatkan siksa Allah Swt sampai hari dengan Kiamat, na'udzubillahi min dzalik. Semoga kita dihindarkan dari pemimpin yg dzalim, penista agama dan ulama serta membenci umat Islam...

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad 184. Ketika Hukum Berstandar Gada

Rehad (Renungan Hadits) 184
Ketika Hukum Berstandar Ganda

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا أَهَمَّهُمْ شَأْنُ الْمَرْأَةِ الْمَخْزُومِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ، فَقَالُوا وَمَنْ يُكَلِّمُ فِيهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالُوا وَمَنْ يَجْتَرِئُ عَلَيْهِ إِلَّا أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ حِبُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم،َ فَكَلَّمَهُ أُسَامَة،ُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَشْفَعُ فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللَّهِ؟ ثُمَّ قَامَ فَاخْتَطَب،َ ثُمَّ قَالَ إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ، وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا (رواه البخاري)
Dari 'Aisyah ra berkata, bahwa orang2 Quraisy sedang menghadapi persoalan yg menggelisahkan, yaitu persoalan seorang wanita (bangsawan) suku Al Makhzumiyah yang mencuri. Mereka berkata, "Siapakah yang mau menegosiasikan masalah ini kepada Rasulullah Saw?" Sebagian mereka berkata, "Tidak ada yang berani menghadap beliau kecuali Usamah bin Zaid, kesayangan Rasulullah Saw. Usamah pun lalu menyampaikan masalah tersebut kepada beliau. Maka Rasulullah Saw bersabda, "Apakah kamu ingin meminta keringanan atas pelanggaran terhadap aturan Allah?". Kemudian beliau berdiri menyampaikan khuthbah lalu bersabda, "Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dibinasakan karena bila ada orang dari kalangan terhormat (pejabat, penguasa, elit) yang mencuri, mereka membiarkannya. Namun apabila ada orang dari kalangan rendah (masyarakat rendahan, rakyat biasa) yang mencuri, maka mereka menegakkan sanksi hukuman atasnya. Demi Allah, sendainya Fathimah binti Muhamamd mencuri, pasti aku potong tangannya". (HR. Bukhari, hadits no 3216).

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa ketidakadilan dalam penerapan hukum di masyarakat adalah sebuah kedzaliman dan kebathilan yang harus dihilangkan, karena bertentangan dengan prinsip2 keislaman dan kemanusiaan. Maka, Nabi Saw sangat marah ketika Usamah bin Zaid, sahabat kesayangan beliau, yg mencoba untuk menegosiasi agar tidak mengenakan hukuman terhadap seorang wanita yang mencuri. Wanita tsb bernama Fatimah binti Abul Asad, wanita bangsawan nan terhormat yang berasal dari Suku Al-Makhzumiyah.
2. Maka Nabi Saw pun memarahi Usamah dengan ungkapan 'Apakah kamu ingin meminta keringanan atas pelanggaran terhadap hukum Allah?' Setelah itu, beliau pun memberikan teguran keras  kepada seluruh kaum muslimin, 'Bahwa umat2 terdahulu dibinasakan oleh Allah Swt lantaran mereka berlaku tidak adil. Bila bangsawan dan orang berpunya yg melanggar, maka dibiarkan. Sementara jika orang kecil dan tak punya yang melanggar, maka akan mendapatkan hukuman. Lalu Nabi Saw bersabda yg maknanya, 'Jangankan Fatimah binti Abul Asad, kalaulah yg mencuri adalah Fatimah binti Muhammad, pastilah akan aku potong tangannya.'
3. Bahwa ketidakadilan seolah telah menjadi fenomena belakangan ini. Masih segar dalam ingatan kita suatu peristiwa; bendera yang diberi tulisan kalimat tauhid di atasnya dipermasalahkan dan dianggap menghina simbol negara. Pembawa benderanya pun sempat ditangkap, ditahan dan dipermasalahkan. Sementara di seberang sana, ada beragam kejadian serupa; bendera merah putih dituliskan di atasnya berbagai simbol seperti Metallica, OI, bebaskan ahok, dsb, namun tak ada satupun yang ditangkap dan ditahan. Sungguh ini adalah bentuk ketidakadilan, disamping juga secara tidak langsung berarti telah merendahkan martabat dan kemuliaan kalimat tauhid. Seolah kalimat tauhid lebih rendah dimata penegak hukum dibandingkan dengan kalimat lainnya, seperti kalimat Metallica, OI, bebaskan ahok, dsb.
4. Jika tidak ingin menuai kehancuran, dan kebinasaan, maka ketidakadilan harus dihilangkan. Dan diantara cara untuk menghilangkan kedzaliman adalah dengan menerapkan keadilan seadil2nya; tangkap dan penjarakan si penista agama dan ulama, dan si biang kedzaliman..!!!

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.

Rehad 183. Ketika Para Ulama Dihina dan Dinista

(Rehad) Renungan Hadits 183
Ketika Para Ulama Dihina Dan Dinista

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْب،ِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّه،ُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِه،ِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّه،ُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ، وَمَا تَرَدَّدْتُُ (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah ra bahwa, Rasulullah Saw bersabda, bahwa Allah Swt berfirman, "Barang siapa yang memusuhi wali-KU, maka Aku akan mengumumkan perang kepadanya. Dan bahwasanya hamba-Ku tidak mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan. Jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan2 sunnah, maka tentulah Aku akan mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang ia jadikan untuk berjalan. Jikalau ia meminta kepad-Ku, pastilah akan Aku berikan. Dan jika ia meminta perlindungan kepada-KU, pastilah akan Aku lindungi." (HR. Bukhari, hadits no 6021).

Hikmah Hadits ;
1. Bahwasanya di dunia ini terdapat para waliullah yaitu para ulama yg ikhlas dan bertakwa kepada Allah Swt, berjuang demi membela agama-Nya serta semata-mata hanya mengharap cinta dan ridha Allah Swt. Allah Swt berfirman, "Ingatlah, bahwasanya para wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (QS Yunus : 62 – 63).
2. Bahwa siapapun yang memusuhi para wali Allah, yaitu dengan mengintimadasi, mengkriminalisasi, memfitnah ataupun mencitrakan negatif kehormatan para ulama yang selalu istiqamah membela al-haq dan membela agama Allah Swt, maka Allah Swt akan murka kepada mereka dan Allah akan mengumandangkan perang terhadap mereka. Orang2 yang memusuhi para ulama, pasti dengan se-pasti-pastinya akan dihinakan, disengsarakan dan mendapatkan azab dari Allah Swt. Karena para ulama tersebut adalah para wali Allah Swt yang notabene mereka adalah para kelasih yang dicintai Allah Swt. Menyakiti para ulama kekasih Allah Swt adalah menyakiti Allah Swt dan menjadi musuh Allah Swt.
3. Bahwa untuk mendapatkan cinta dan agar dapat menjadi kekasih Allah Swt, maka seorang muslim haruslah mengerjakan segala kewajiban (ibadah fardhu) dan istiqamah dalam mengerjakan ibadah yang sunnah (nafilah), serta juga tentunya harus istiqamah berjuang demi kehormatan agama Allah Swt dengan membela para ulama auliya' Allah Swt.
4. Dan jika Allah Swt sudah mencintainya, maka apapun yang dia minta, pastilah akan Allah kabulkan; apapun yang ia inginkan, pastilah akan Allah berikan, dan ia juga pasti akan mendapatkan keridhaan Allah Swt. Sebaliknya siapapun yang mengkriminakisasi para ulama kekasih Allah, mengintimidasi, memfitnah dan mencitrakan negatif kehormatan mereka, maka pasti Allah Swt akan membenci mereka, menghinakan mereka dan mengazab mereka. Tidak peduli apakah mereka adalah penguasa, penegak hukum, pengusaha besar, pemilik dan awak media, LSM, pengamat, ataupun juga rakyat biasa. Maka renungkanlah, apakah kita memilih untuk mendapat cinta Allah ataukah memilih untuk menjadi musuh Allah Swt? Sadarilah kelak semua kita akan kembali dan menghadap kepada-Nya...

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.

Rehad (Renungan Hadits) 182
Dan Ada Sunnah Di Rumah Kita Ketika Senja Telah Menjelang

عن جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ أَوْ أَمْسَيْتُمْ فَكُفُّوا صِبْيَانَكُم،ْ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْتَشِرُ حِينَئِذ،ٍ فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنْ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ، وَأَغْلِقُوا الْأَبْوَاب،َ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا، وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ، وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا، وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُم (رواه مسلم)
Dari Jabir bin 'Abdullah ra berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Bila hari telah senja maka laranglah anak-anak kalian keluar dari rumah, karena pada waktu tersebut, saatnya syaitan berkeliaran. Dan bila waktu malam tiba (waktu maghrib telah usai) bolehkanlah mereka (jika ada keperluan keluar rumah). Dan kuncilah pintu-pintu rumah dan sebutlah nama Allah, karena setan tidak dapat membuka pintu yang terkunci (dengan menyebut nama Allah). Lalu tutuplah semua bejanamu dengan menyebut nama Allah, sekalipun dengan membentangkan sesuatu di atasnya, dan padamkan lampu (ketika hendak tidur)." (HR. Muslim, hadits no 3756)

Hikmah Hadits ;
1. Ada beberapa sunnah yang dianjurkan untuk kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari di dalam rumah kita, khususnya ketika senja telah menjelang. Sunnah-sunnah tersebut adalah sebagai berikut ;
#1. Hendaknya kita melarang anak2 kecil keluar rumah ketika menjelang senja (waktu maghrib tiba). Karena pada waktu tersebut adalah waktu berkeliarannya syaitan. Sehingga dikhawatirkan anak2 akan rentan terhadap gangguan dan godaan syaitan. Jikapun ada keperluan dan harus keluar rumah, maka hendaknya dilakukan setelah usai waktu maghrib dan waktu isya telah datang.
#2. Anjuran untuk mengunci pintu, khususnya di waktu malam ketika hendak tidur beristirahat. Dan hendaknya mengunci pintu dilakukan dengan menyebut nama Allah Swt, seperti dengan membaca basmalah atau dengan kalimat dzikir lainnya. Dan insya Allah mengunci pintu dengan menyebut nama Allah akan menghindarkan dari berbagai bentuk kejahatan. Karena syaitan tidak akan bisa membuka pintu yang telah dikunci dengan menyebut nama Allah Swt.
#3. Dianjurkan juga di waktu malam untuk menutup wadah air minum, panci, wajan, wadah berisi makanan ataupun perkakas lainnya yang ada makanannya. Karena bisa jadi, syaitan mengotorinya dan memberikan mudharat yang dikhawatirkan menimbulkan penyakit bagi keluarga. Kalaupun tidak ada penutup yg dapat menutup keseluruhan wadah, maka carilah sesuatu seperti batang kayu, atau yg sejenisnya untuk sekedar melintangkan di atasnya dengan menyebut nama Allah. Maka insya Allah hal tersebut bisa menutupinya dan menjaganya dengan izin Allah Swt.
#4. Terakhir, kita juga disunnahkan untuk mematikan lampu ketika hendak tidur beristirahat. Dalam kondisi istirahat, mematikan lampu adalah lebih baik bagi badan kita, agar dapat beristirahat secara lebih maksimal, dan tentunya mendatangkan pahala karena mengamalkan sunnah.
2. Walaupun keempat hal di atas adalah anjuran yang bersifat sunnah dan bukan merupakan kewajiban, namun mengamalkan dan membiasakannya dalam kehidupan sehari2 tentunya akan lebih baik. Karena setiap sunnah yang diamalkan, insya Allah akan memberikan kemaslahatan dan kebaikan bagi kita semua.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.

Rehad (Renungan Hadits) 181
Anjuran Berbuat Ihasan dan Kasih Sayang, Bahkan Terhadap Hewan

عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْء،ٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْح،َ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ (رواه مسلم)
Dari Syaddad bin Aus ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya Allah mewajibkan untuk selalu berbuat ihsan (bersikap baik) dalam segala hal. Maka, jika kamu membunuh maka bunuhlah dengan cara yang baik, dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah seseorang menaajamkan pisaunya (untukbmenyembelih) dan hendaklah ia membuat nyaman hewan sembelihannya." (HR. Muslim, hadits no 3615)

Hikmah Hadits ;
1. Islam memerintahkan kita semua untuk senantiasa berbuat ihsan (berbuat baik) dalam segala hal dan dalam segala urusan. Perintah tersebut bahkan dituangkan dalam sabda Nabi Saw dengan bahasa "kataba", yang memiliki makna mewajibkan. Artinya bahwa berbuat ihsan adalah kewajiban bagi setiap muslim, terhadap siapapun, bahkan terhadap hewan sekalipun. Bukankah dalam riwayat lainnya kita pernah mendengar perihal seorang wanita yang dimasukkan Allah Swt ke dalam neraka lantaran tidak berbuat ihsan terhadap seekor kucing? Ia mengurungnya hingga kucing tersebut mati; tidak ia beri makan dan tidak pula ia biarkan bebas agar kucing tersebut bisa mencari makan sendiri.
2. Ihsan adalah bentuk masdar (infinitif) dari kata ahsana yuhsinu ihsanan yang berarti puncak dari perbuatan kebaikan. Maka Nabi Saw ketika ditanya oleh Malaikat Jibril perihal ihsan, beliau menjawab, "Engaku menyembah Allah hingga seakan-akan engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak melihatnya (maka paling tidak) engkau merasa bahwa Allah melihatmu." (Al-Hadits). Jadi bisa disimpulkan bahwa berbuat ihsan adalah puncak dari perbuatan kebaikan dengan dasar dan motivasi karena kecintaan dan berharap keridhaan Allah Swt semata.
3. Nabi Saw mencontohkan dalam riwayat di atas perihal cara berbuat ihsan terhadap hewan apabila hendak menyembelihnya, yaitu dengan cara menajamkan pisaunya setajam-tajamnya, dan membuat kondisi yang nyaman, senyaman-nyamannya bagi hewan. Sehingga hewan tersebut tidak tersiksa, baik sebelum penyembelihan maupun pada saat penyembelihannya. Dan perbuatan ihsan terhadap hewan ternyata bisa membuahkan pahala, bahkan dapat mengantarkan pelakunya masuk ke dalam surga. Bukankah kita pernah mendengar hadits perihal seorang laki2 yang dimasukkan surga lantaran ia memberikan minum kepada anjing yang sangat kehausan di tengah padang sahara? Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang berbuat ihsan.... Amiin Ya Rabbal Alamiin..

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 180
Ketika Para Pecundang Dianggap Sebagai Pahlawan Dan Pengkhianat Diberi Amanat

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهَا سَتَأْتِي عَلَى النَّاسِ سِنُونَ خَدَّاعَة،ٌ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِق،ُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ، وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَة،ُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَة؟ُ قَالَ السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ (رواه أحمد)
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Sungguh akan datang pada manusia tahun-tahun penuh dengan penipuan. Pada tahun-tahun tersebut orang yang berdusta dipercaya sedangkan orang yang jujur didustakan, orang yang berkhianat diberi amanah sedangkan orang yang amanah dikhianati, dan di dalamnya juga terdapat Ar-Ruwaibidlah." Sahabat bertanya, "Apa itu Ar-Ruwaibidhah wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "(Yaitu) Orang bodoh yang berbicara (berkomentar) pada urusan masyarakat (publik)." (HR. Ahmad, hadits no. 7571)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa Nabi Saw memperingatkan umatnya srjak 14 abad silam, bahwa kelak umat Islam akan melalui suatu zaman, dimana di zaman tersebut, akan penuh terselimuti dengan berbagai tipuan dan fitnah. Sesuatu yang baik dicitrakan menjadi buruk dan sebaliknya sesuatu yang buruk dicitrakan menjadi baik. Kondisinya (dalam riwayat lain diistilahkan) seperti potongan malam yang sangat gelap gulita. Seseorang bisa jadi tidak mengetahui, mana yg baik dan mana yang buruk. Kondisi zaman tersebut akan terwarnai dengan hal-hal berikut ;
#1. Banyaknya para pendusta yang dipercaya dan orang yang jujur dianggap sebagai pendusta. Sumber2 berita dan informasi yang dusta dianggap benar dan valid sebaliknya sumber berita dan informasi yang benar dan sesuai kenyataan dianggap hoax dan dusta.
#2. Para pengkhianat diberi amanat (jabatan dan kedudukan) sementara orang yang sesungguhnya amanah justru dianggap sebagai pengkhianat dan penjahat. Sehingga yang terjadi adalah umat Islam dipimpin oleh para pengkhianat yang dicitrakan seolah mereka adalah para pahlawan dan pembela kebenaran. Sebaliknya orang2 yang amanah justru dianggap sebagai penjahat dan diperlakukan seolah2 sebagai pengkhianat dan pelaku tindak kejahatan.
#3. Maraknya fenomena ruwaibidhah, yaitu orang2 bodoh yang senang berkomentar dalam berbagai masalah sosial. Dikatakan bodoh karena komentarnya tidak didasari ilmu melainkan hanya pencitraan, fanatisme membela diri dan kelompoknya atau memojokkan dan mendiskreditkan serta memfitnah kelompok lainnya. Orientasi dan obsesinya hanya dunia semata. Tidak peduli pada kebenaran, melainkan pada obseai dan ambisi dirinya sendiri.
2. Mudah2an Allah Swt selamatkan umat ini dari berbagai bentuk fitnah dan Allah hindarkan kita semua dari para pengkhianat yang dan penjahat yang mencitrakan diri seolah mereka adalah pahlawan dan pembela kebenaran...

Wallahu A'lam bis shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 179
Ada Sunnah Dalam Menyambut Seseorang Yang Akan Pulang Ke Rumah

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزَاة،ٍ فَلَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِينَةَ ذَهَبْنَا لِنَدْخُل،َ فَقَالَ أَمْهِلُوا حَتَّى نَدْخُلَ لَيْلًا أَيْ عِشَاءً، كَيْ تَمْتَشِطَ الشَّعِثَةُ وَتَسْتَحِدَّ الْمُغِيبَةُ (رواه مسلم)
Dari Jabir bin Abdullah ra berkata, "Kami pernah berperang bersama Nabi Saw. Ketika kami tiba di Madinah dan kami bermaksud hendak segera pulang ke rumah kami masing-masing, beliau bersabda: "Tunggulah dahulu hingga hari agak senja, sisirlah dahulu rambut kalian yang kusut, berilah kesempatan kepada keluarga kalian untuk bersiap-siap dan berhias (untuk menyambut kedatangan kalian)." (HR. Muslim, hadits no. 3556)

Hikmah ;
1. Anjuran untuk pulang kembali ke rumah pada sore atau senja hari ketika telah selesai dari suatu urusan, baik urusan dalam safar (perjalanan), pekerjaan maupun urusan dan kegiatan lainnya, bahkan termasuk juga dalam perjalanan peperangan sebagaimana dijelaskan dalam hadits di atas. Sebaliknya dalam riwayat lainnya Nabi Saw melarang seseorang untuk pulang kembali ke rumahnya di waktu tengah malam, karena khawatir mengejutkan dan menyusahkan orang rumah (lihat rehad 178).
2. Selain terdapat sunnah dan atau anjuran bagi orang yang hendak pulang ke rumah, dalam sunnah juga terdapat anjuran bagi orang yang ada di rumah, dalam rangka menyambut mereka yang akan tiba dirumah. Anjuran bagi yamg ada di rumah (istri dan anak-anak maupun anggota keluarga lainnya) adalah dengan bersiap-siap yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang dapat menyenangkan orang yang akan tiba di rumah, dan juga berhias, yaitu agar sedap dipandang mata dan semakin menumbuhkan rasa cinta bagi suami istri maupun juga terhadap anak2nya. Anjuran seperti ini adalah bagian dari sunnah Rasulullah Saw yang hendaknya dilaksankan oleh kita.
3. Bahwa sunnah memberikan anjuran yang seimbang dalam segala hal, khususnya antara kedua pihak yang terkait. Sehingga dengN mengamalkan sunnah akan terjadi keharmonian dan keselarasan. Karena sunnah itu indah dan mudah serta karena sunnah akan mengarahkan pada kebaikan dan ketentraman jiwa.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

Rehad (Renungan Hadits) 178
Agar Seorang Muslim Tidak Membiasakan Pulang Ke Rumahnya Terlalu Larut Malam

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لَا يَطْرُقُ أَهْلَهُ لَيْلًا وَكَانَ يَأْتِيهِمْ غُدْوَةً أَوْ عَشِيَّة (رواه مسلم)
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah Saw tidak pernah mendatangi (tiba dari perjalanan) keluarganya di malam hari, namun beliau datang ke keluarganya di pagi hari atau di petang hari." (HR. Muslim, hadits no. 3555)

Hikmah Hadits ;
1. Anjuran untuk segera kembali ke rumah, ketika telah selesai suatu urusan dalam suatu perjalanan tertentu. Karena perjalanan adalah bagian dari azab (sebagaimana dijelaskan dalan rehad 177), yang sarat dengan ketidaknyamanan. Dimana seseorang dalam perjalanan umumnya terhalang dari istirahatnya, dari makan minumnya dan dari pekerjaan yang seharusnya dilakukannya, disamping juga bahwa dalam perjalanan seseorang sangat rentan terhadap godaan-godaan syaitan.
2. Disunnahkan ketika kembali pulang ke rumahnya, untuk tidak mengejutkan anggota keluarga dan atau tidak merepotkan mereka di luar waktu yang seharusya. Maka Nabi Saw tidak pernah pulang atau kembali dari safar di tengah malam. Beliau lebih memilih untuk pulang ke rumah di waktu pagi atau sore hari. Karena umumnya keluarga akan terkejut, terganggu dan atau terrepotkan oleh kehadiran kita yang pulang di tengah malam. Dan juga tentunya kesiapan keluarga menjadi tidak maksimal dalan menyambut kita. Namun kalaupun tidak punya pilihan selain kembali pulang ke rumah di tengah malam, oleh karena jadual kendaraan dan atau angkutan yang memang kita tidak punya pikihan, maka minimal kita harus memberikan kabar atau informasi terlebih dahulu kepada keluarga, agar mereka tidak terkejut dan atau tidak terganggu oleh kehadiran kita tiba di tengah malam.
3. Maka oleh karenanya, hendaknya sebisa mungkin setiap kita mengkondisikan diri agar dalam setiap perjalanan dan atau dalam setiap kegiatan untuk memilih waktu yang tepat, sehingga tidak pulang ke rumahnya terlalu malam. Karena pulang ke rumah terlalu malam berpotensi akan menimbulkan mudharat, baik bagi diri kita sendiri dan juga bagi keluarga kita serta bagi masyarakat kita. Sebaliknya kita dianjurkan untuk bisa segera pulang ke rumah sebelum waktu malam, agar tidak mengganggu ketenangan dan ketentraman keluarga. Subhanallah, demikian indahnya ajaran sunnah Rasulullah Saw...

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.

;;