Berusaha Menghadirkan Sifat Taqwa

Taqwa merupakan tujuan tertinggi yang akan dicapai seorang insan dalam menjalankan ibadahnya kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah SWT mengatakan:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”

Oleh karena itulah, Allah senantiasa menggandeng kata taqwa dengan kewajiban-kewajiban tertentu dalam ibadah:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”


Karena taqwa memang tidak dapat dipisahkan dengan keimanan. Justru ketaqwaan itu merupakan buah dari adanya keimanan yang mendalam dan besar kepada Allah SWT. Syeikh Dr. Abdullah Nasih Ulwan (1996:6-7) mengemukakan bahwa “taqwa lahir sebagai konsekwensi logis dari keimanan yang kokoh, keimanan yang selalu dipupuk dengan muraqabatullah; merasa takut terhadap murka dan adzab-Nya dan selalu berharap atas limpahan karunia dan maghfirah-Nya.” Dari sini dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa tidak mungkin ketaqwaan muncul tanpa adanya keimanan yang tinggi kepada Allah.

Jika kita perhatikan dalam Al-Qur’an maupun Sunnah, akan kita jumpai betapa taqwa sangat besar diperhatikan. Bahkan hampir di setiap halaman Al-Qur’an akan kita jumpai kata taqwa. Oleh karena itulah, para salafuna saleh yang sangat memperhatikan benar permasalahan taqwa ini. Mereka senantiasa mencari hakekatnya, saling bertanya satu sama lain dan berusaha untuk mendapatkannya.

Definisi Taqwa
Dari segi bahasa, taqwa berasala dari kata “waqo”, yang berarti ‘penjagaan/ perlindungan, kewaspadaan dan penjauhan diri insan dari hal-hal yang merusaknya:
التقوى من وقي بمعنى الصيانة والحذر وتجنب الإنسان لما يؤذيه
Seorang yang bertaqwa adalah seseorang yang menjaga dan melindungi dirinya dari sesuatu yang merusaknya, kemudian juga waspada serta menjauhi hal-hal yang demikian itu.

Adapun dari segi istilahnya, para ulama memberikan beberapa definisi, yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi:

1. Menurut Syekh Ibrahim bin Adham:
التقوى: ألا يجد الخلق في لسانك عيبا، ولا الملائكة في أفعالك عيبا، ولا ملك العرش في سرك عيبا
“Taqwa adalah, “bahwa seluruh makhluk tidak mendapatkan kecelaan pada lisanmu, malaikat tidak menemukan keburukan pada perbuatanmu dan Allah tidak mengetahui kejelekan pada hal-halmu yang tidak diketahui orang lain.”

2. Menurut Imam Hasan al-Bashri:
المتقون: هم الذين اتقوا ما حرم الله عليهم وأدوا ما افترض عليهم
“Orang-orang yang bertaqwa adalah: orang-orang yang menjaga diri dari apa yang Allah haramkan dan mengerjakan apa yang Allah perintahkan kepada mereka.”

3. Menurut Imam al-Alusi:
التقوى شرعا : صيانة المرء نفسه عما يضره في الآخرة
“Taqwa adalah penjagaan diri seorang insan terhadap hal-hal yang dapat mencelakakannya di akhirat.”

Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa taqwa adalah “menjauhkan diri dari kemurkaan, azab, teguran dan ancaman Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya serta menjauhi hal-hal yang dapat mengarahkannya pada larangan-larangan Allah SWT."

Pernah suatu ketika Umar bin Khattab bertanya kepada Ubai bin Ka’ab tentang taqwa. Ubai menjawab, ‘Bukankah anda pernah melewati jalan yang penuh duri?’ Umar menjawab, ‘ya!’. Ubai bertanya lagi, ‘Apa yang anda lakukan saat itu?’ Umar menjawab, ‘ Saya bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati.’ Ubai berkata lagi, ‘Itulah taqwa.”

Berpijak dari jawaban Ubai di atas, Utz Sayid Qutub mengemukakan, ‘Itulah taqwa, kepekaan batin, kelembutan perasaan, rasa takut terus menerus, selalu waspada dan hati-hati jangan sampai kena duri jalanan… Jalan kehidupan yang selalu ditaburi duri-duri godaan dan syahwat, kerakusan dan angan-angan, kekhawatiran dan keraguan, haparan semu atas segala sesuatu yang tidak bisa diharapkan. Ketakutan palsu dari sesuatu yang tidak pantas untuk ditakuti… dan masih banyak duri-duri yang lainnya….”

Taqwa Merupakan Perintah Allah SWT
Dalam Al-Qur’an banyak sekali dijumpai ayat-ayat yang mewajibkan seseorang untuk bertaqwa kepada Allah SWT. Perintah-perintah tersebut menunjukkan kepada kita mengenai wajibnya bertaqwa. Diatara ayat-ayat tersebut adalah:
1. QS. 2 : 189
وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”

2. QS. 2 : 194
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
“Bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah, dan ketahuilah bahwa Allah itu bersama orang-orang yang bertaqwa.”

3. QS. 2 : 196
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Bertakwalah kalian kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah itu Maha Dahsyat azab-Nya.”

4. QS. 2 : 203
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
“Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kepada-Nyalah kalian (kelak) akan dikumpulkan.”

5. Dalam hadits, Rasulullah SAW mengatakan:
عَنْ أَبِى أُمَامَةَ يَقُولُ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ فَقَالَ اتَّقُوا اللَّهَ رَبَّكُمْ وَصَلُّوا خَمْسَكُمْ وَصُومُوا شَهْرَكُمْ وَأَدُّوا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ وَأَطِيعُوا ذَا أَمْرِكُمْ تَدْخُلُوا جَنَّةَ رَبِّكُمْ
Dari Abi Amamah ra, aku mendengar Rasulullah SAW berkhutbah para waktu haji wada’. Beliau berkata, ‘Bertaqwalah kalian pada Rab kalian, shalatlah kalian lima waktu, puasalah kalian pada bulan ramadhan, tunaikanlah zakat mal kalian dan taatilah pemimipin kalian, niscaya kalian akan memasuki surga Rab kalian. (HR. Tirmidzi)

6. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ
تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Dari Abu Dzar ra, Rasulullah SAW mengatakan kepadaku, ‘bertaqwalah engkau dimanapun engkau berada. Dan barengilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik sebagai penghapusnya, dan berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang baik. (HR. Tirmidzi)

7. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda
قَالَ يَزِيدُ بْنُ سَلَمَةَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي قَدْ سَمِعْتُ مِنْكَ حَدِيثًا كَثِيرًا أَخَافُ أَنْ يُنْسِيَنِي أَوَّلَهُ آخِرُهُ فَحَدِّثْنِي
بِكَلِمَةٍ تَكُونُ جِمَاعًا قَالَ اتَّقِ اللَّهَ فِيمَا تَعْلَمُ
Yazid bin Salamah berkata, Wahai Rasulullah SAW, ‘aku sungguh telah mendengar banyak hadits darimu, dan aku khawatir hadits-hadits yang terakhir membuat hadits-hadits yang awal menjadi terlupa. Oleh karena itu ajarkanlah suatu kalimat yang mencakup keseluruhan padaku Wahai Rasulullah SAW.’ Beliau menjawb, ‘Bertaqwalah kamu kepada Allah terhadap hal-hal yang telah kamu ketahui.”


Tingkatan - Tingkatan Taqwa
Ketaqwaan memiliki beberapa tingkatan, sebagaimana yang dikemukakan oleh para ulama. Al-Alamah Abu Su’ud membaginya menjadi tiga tingkatan; takwa dari kekufuran, takwa dari perbuatan dosa dan takwa dari hal-hal kecil yang memalingkan kita dari Allah SWT. Imam Al-Fakihani juga membagi takwa menjadi tiga, yaitu takwa dari syirik, takwa dari bid’ah dan takwa dari perbuatan maksiat. Kemudian para imam-imam yang lain juga membagi takwa dengan beberapa tingkatan, yang pada intinya menunjukkan bahwa takwa itu tidak satu derajat. Dan dari pembagian para ulama tadi dapat kita simpulkan mengenai tingkatan ketaqwaan sebagai berikut:
1. (تقوى الكفر والشرك) Takwa dari kekufuran dan kesyirikan.
Yaitu sebuah sikap yang benar-benar menjauhkan diri dari hal-hal yang berbau kekufuran dan kemusyrikan hingga sampai pada hal yang sekecil-kecilnya, untuk kemudian mengimplementasikan pengesaan Allah dalam masalah keuluhiyahan , kerububiyahan dengan merealisasikan ibadah hanya kepada-Nya. Allah swt berfirman dalam Al-qur’an:
هُوَ أَهْلُ التَّقْوَى وَأَهْلُ الْمَغْفِرَةِ
Dia (Allah) adalah Tuhan Yang patut (kita) bertakwa kepada-Nyadan berhak memberi ampun.

Mengenai ayat ini, dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Rasulullah SAW membaca ayat ini, kemudian berkata, ‘Allah SWT berkata; Aku adalah Dzat yang patut ditaqwai. Dan barang siapa yang tidak menjadikan tuhan lain bersama-Ku, maka aku berhak untuk mengampuninya.’ (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan Darimi). Takwa dari kekufuran dan kesyirikan ini merupakan pangkal dari segala bentuk ketaqwaan. Karena dengan taqwa dari kekufuran dan kemusyrikan inilah seseorang dapat memiliki aqidah yang benar dan keimanan yang mengakar dalam jiwa. Sementara kedua hal ini merupakan satu-satunya penopang bagi insan untuk dapat menjauhi larangan-larangan Allah dan mengerjakan segala perintah Allah dengah hati ikhlas, dan hanya mengharap ridha-Nya. Apalagi blia diingat bahwa tauhid merupakan pondasi keimanan bagi setiap muslim, yang akan menentukan roboh tidaknya suatu bangunan keimanan.

2. (تقوى المحرمات) Takwa dari hal-hal yang diharamkan Allah.
Yaitu taqwa dengan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat yang diharamkan Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :اتَّقِ الْمَحَارِمَ تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ وَأَحْسِنْ إِلَى جَارِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُسْلِمًا وَلاَ تُكْثِرْ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda; ‘Bertakwalah kalian terhadap hal-hal yang diharamkan Allah, niscaya engkau akan menjadi hamba yang paling baik. Dan ridhalah terhadap apa yang Allah berikan pada kalian, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling kaya. Dan berbuat baiklah kalian terhadap tetangga kalian, niscaya engkan akan menjadi orang mukmin. Cintailah manusia sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri, niscaya engkau akan menjadi muslim. Dan janganlah kalian memperbanyak tertawa, karena banyak tertawa itu akan mematikan hati. (HR. Tirmidzi)

Di sini setiap muslim dituntut untuk berusaha dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk menjauhi segala bentuk kemaksiatan kepada Allah SWT, baik yang dzahir (yang terlihat) maupun yang batin (yang tidak terlihat). Karena kemaksiatan merupakan ciri dari tidak adanya ketaqwaan kepada Allah SWT.

3. (تقوى الشبهات) Takwa dari hal-hal syubhat.
Yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang ‘samar’ antara halal dan haram. Dan sebagian besar manusia tidak mengetahui hukumnya secara pasti kehalalan atau keharamannya. Oleh karena itulah, seorang yang bertakwa hendaknya menghindarkan diri dari hal-hal seperti ini. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
عَنِ النُّعْمَانِ بْنَ بَشِيرٍ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْحَلاَلُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ فَمَنْ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ إِنَّ حِمَى اللَّهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
Dari Nu’man bin Bassyir, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Halal itu jelas dan haram itu juga jelas, dan diantara keduanya ada perkara yang samar-samar (syubhat) yang tidak diketehui oleh kebanyakan manusia. Barang siapa yang bertakwa menjauhkan diri dari hal-hal syubhat tersebut maka ia berarti telah menjaga agama dan kehormatannya. Dan barang siapa yang terjerumus dalam kesyubhatan, maka ia seumpama pengembala yang mengembalakan ternaknya di sekitar tempat yang terlarang, yang hampir-hampir ia menjerumuskan ternaknya ke tempat tersebut. Ketahuilah, bahwa pada setiap raja memiliki tempat-tempat larangan. Maka ketahuilah bahwa larangan Allah di bumi ini adalah hal-hal yang diharamkan. Ketahuilah bahwa dalam jasad manusia terdapat segumpal darah, yang apabila ia baik, maka baik pulalah seluruh jasadnya, dan apabila ia buruk, maka buruk pulalan seluruh jasadnya. Kethuilah bahwa sesuatu itu adalah hati. (HR. Bukhari)

4. (اتقاء ما لا بأس به من المباحات مخافة الوقوع في المكروهات أو المباحات) Takwa dari hal-hal yang tidak ada apa-apanya, karena takut terjerumus dalam kemakruhan dan syubhat.
Atau dengan bahasa lain, meninggalkan sesuatu yang tidak ada apa-apanya, karena khawatir ada apa-apanya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengatakan:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَبْلُغُ الْعَبْدُ أَنْ يَكُونَ مِنْ الْمُتَّقِينَ حَتَّى يَدَعَ مَا لاَ بَأْسَ بِهِ
حَذَرًا لِمَا بِهِ الْبَأْسُ
Rasulullah SAW bersabda, ‘seorang hamba tidak akan mencapai derajat taqwa, hingga ia meninggalkan sesuatu yang tidak apa-apanya, karena khawatir ada apa-apanya.(HR. Tirmidzi)

Hal ini seperti umpamanya banyak ngobrol, sering jajan makanan, banyak tertawa, memakai pakaian yang bagus-bagus, tidak berlebihan dalam masalah halal dan lain sebagainya. Karena ia khawatir bahwa hal tersebuy akan menjerumuskannya pada kemakhruhan atau hal-hal syubhat.

5. (تقوى الله حق تقاته) Taqwallah haqa tuqatih (taqwa dengan ketaqwaan yang sebenar-benarnya).
Dan hal ini sebenarnya merupakan perintah Allah SWT terhadap seluruh hamba-hamba-Nya. Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dengan taqwa yang sebenar-benarnya. Dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan islam (menyerahkan diri)” (QS. 3: 102)

Mengenai taqwa yang sebenar-benarnya ini, ibnu Abbas pernah mengatakan:
حق تقاته أن يجاهدوا في سبيله حق جهاده ولا تأخذهم في الله لومة لائم، ويقوموا بالقسط
ولو على أنفسهم وآباءهم وأبناءهم
“Taqwa yang sebenar-benarnya adalah bahwa seseorang itu berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya, dan tidak (mengambil peduli) terhadap orang-orang yang mencela mereka di jalan Allah, dan menegakkan keadilan meskipun terhadap dirimereka sendiri, orang tua mereka atau anak-anak mereka.”

Taqwa dengan yang sebenar-benarnya ini, adalah gabungan dari seluruh ketaqwaan yang ada di atas. Dia juga termasuk takwa teradap kekufuran dan kesyirikan, takwa terhadap hal-hal yang diharamkan Allah SWT, takwa terhadap syubhat dan takwa terhadap hal-hal yang tidak ada apa-apanya karena khawatir terjerumus pada hal-hal kemakruhan dan syubhat.

Benefit Ketakwaan Kepada Allah
Orang yang bertaqwa akan mendapatkan banyak sekali ganjaran dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Diantaranya adalah:
1. Mendapatkan pujian dan sanjungan dari Allah SWT.
Hal ini terlihat jelas manakala kita membuka-buka lembaran-lembaran kitab suci Al-Qur’an, disana banyak sekali pujian yang Allah berikan pada orang yang bertaqwa. Diantaranya adalah: a. Dalam awal surat al-Baqarah, ketika Allah menyebutkan ciri-ciri orang yang bertakwa… Allah menutupnya dengan ungkapan yang sangat halus dan manis, “mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari Rab mereka, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. 2 : 1-5)
b. Allah memuji ketaqwaan sebagai suatu urusan yang patut diutamakan. Allah mengatakan dalam QS. 3 : 186:
وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأُمُورِ
Dan jika kalian bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu merupakan termasuk urusan yang patut diutamakan. (QS. 3 : 186)

2. Mendapatkan dukungan, pertolongan, penjagaan dan pemeliharaan Allah dari makar para musuh-musuh Allah.
Allah SWT berfirman dalam QS. 16: 127 – 128):
وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلاَّ بِاللَّهِ وَلاَ تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلاَ تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ(127)إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ - 128
Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.

Kemudian dalam ayat lain Allah mengatakan, bahwa jika kalian menolong Allah maka Allah akan menolong kalian (QS. 47: 7). Dan menolong Allah itu merupakan slah satu bentuk ketakwaan kepada Allah SWT. Kemudian juga dalam surat Ali Imran (QS. 3 : 120) , Allah SWT mengatakan:
وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
dan jika kalian bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendaangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang mereka lakukan.

3. Mendapatkan cinta Allah.
Hal ini digambarkan dalam surat Ali Imran (QS. 3: 76)
بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.

4. Islahul Amal (memperbaiki amalan)
Mengenai hal ini Allah SWT mengatakan dalam QS. 33 : 70-71
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا* يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا*
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.

5. Diampuni dosa dan kesalahan
Orang yang bertaqwa akan mendapatkan ampunan dari Allah SWT, sebagaimana yang Allah firmankan dalam QS. 33 : 70 – 71 diatas. Dalam ayat lain Allah mengatakan (QS. 65: 5)
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.

6. Mendapatkan furqan, antara haq dan bathil
Ketaqwaan akan mendatangkan furqan bagi seseorang untuk dapat membedakan antara haq dan bathil. Allah SWT mengatakan dalam QS. Al-Anfal (8 : 29)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.

7. Mendapatkan kabar gembira baik di dunia maupun di akhirat.
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ(62)الَّذِينَ ءَامَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ(63)لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat.

8. Melapangkan rizki, memudahkan kesulitan dan mendapatkan berkah dari langit dan bumi.
Hal ini Allah gambarkan dalam Al-Qur’an, (QS. 65 : 2-3)
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا(2)وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan pada mereka jalan keluar, dan Allah akan memberikan rezeki yang tidak di sangka-sangka.

Kemudian dalam ayat lain Allah mengatakan (QS. 7 : 96)
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

9. Mendapatkan keselamatan dari azab kubur dan azab neraka
Allah berfirman dalam QS 19 : 72
ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا
Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.

10. Mendapatkan surga
Allah berfirman QS. 54 : 54-55
الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ* فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.

Penutup
Inilah sekelumit hal mengenai ketaqwaan, yang sesungguhnya masih sangat luas dan panjang. Namun semoga kita semua dapat merealisasikan nilai-nilai ketaqwaan dalam diri kita dengan mengadakan pelatihan-pelatihan ruhiyah yang kita lakukan. Karena ketaqwaan akan diperoleh dengan proses yang panjang yang melibatkan fikriah, jasadiah, qolbiah, maliah, dan semua yang kita miliki bersama. Tanpa pengorbanan, ketaqwaan tidak akan pernah muncul, sebagaimana tanpa ketaqwaan manusia akan hancur.

Wallahu A’lam Bis Shawab.
By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag.

;;