Rahasia Kebahagiaan Hidup

عَنْ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَاقَ طَعْمَ اْلإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِاْلإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً - رواه مسلم، والترمذي وأحمد
Dari Al-Abbas bin Abdil Mutallib ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "akan merasakan indahnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabnya, Islam sebagai agamanya dan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul utasan Allah SWT. (HR. Muslim, Turmudzi dan Ahmad)

Hadits yang singkat ini memiliki makna yang sangat mendalam tentang hakekat kehidupan, khususnya tentang rahasia kebahagiaan hidup, yaitu sebagai berikut :

1. Bahwa dalam kehidupan ini terdapat banyak orang yang tidak bisa merasakan kebahagiaan, kendatipun hidupnya dipenuhi dengan segala kesenangan dunia, seperti harta kekayaan yang melimpah, jabatan yang tinggi atau memiliki polularitas. Hal ini adalah karena adanya perbedaan yang sangat substansial, antara kebahagiaan dengan kesenangan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang relatif tidak terlalu disenangi banyak orang untuk dilakukan, cenderung tidak menyenangkan, namun sesungguhnya memiliki dampak jangka panjang yang sangat menguntungkan bahkan akan membahagiakan. Seperti giat beribadah, shalat malam, puasa senin kamis, menabung, menjaga nilai kejujuran, kerjasama, dsb. Sedangkan kesenangan adalah sesuatu yang relatif disenangi oleh banyak orang untuk dilakukan, menyenangkan, namun memiliki dampak yang relatif negatif bagi kehidupan, bahkan cenderung menjerumuskan lalu menyengsarakan kehidupannya. Seperti tabdzir (boros), bermalas-malasan sambil menonton film, merokok, selingkuh, korupsi, dsb. Singkatnya, kesenangan cenderung bersifat jangka pendek, sedangkan kebahagiaan lebih bersifat jangka panjang. Dan kehidupan dunia, merupakan kehdiupan yang cenderung berisi dengan kesenangan-kesenagan jangkpa pendek. Oleh karena itulah kita Allah SWT mengategorikan bahwa kehidupan dunia adalah kesenangan yang melalaikan (QS. Al-Hadid/ 57 : 20)

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي اْلأَمْوَالِ وَاْلأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

2. Orang yang terlena dengan kehidupan dunia dan lupa akan tujuan hidupnya, maka ia tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan. Sebagaimana dijelaskan dialam ayat di atas, bahwa kehidupan dunia adalah kesenangan yang menipu. Sebaliknya, orang yang berbahagia adalah orang yang tidak mau tertipu dengan kesenangan dunia, ia tetap mengambilnya, namun ja jadikan sebagai sarana menggapai kebahagiaan sejati. Kendatipun demikian, tidak berarti bahwa orang yang mendapatkan kebahagiaan, "tidak boleh" mengejar kehidupan dunia.

3. Salah satu penyebab manusia tidak mendapatkan kebahagiaan adalah karena adanya pandangan bahwa kebahagiaan identik dengan kepemilikan harta dan jabatan. Seolah tanpa harta dan jabatan, orang tidak akan bahagia. Contohnya adalah orang yang tidak memiliki mobil, rumah atau yang lainnya dan sangat berobsesi untuk memiliki itu semua. Ia merasa bahwa apabila telah memiliki itu semua, ia akan bahagia. Padahal, belum tentu dengan memiliki hal tersebut hidupnya akan bahagia. Bahkan bisa jadi, ia semakin susah karena harus mengeluarkan biaya perawatan yang jauh lebih mahal.

4. Kunci kebahagiaan sebagaimana dijelaskan dalam hadits di atas adalah "keridhaan". Ridha adalah krelaan, keikhlasan, menerima dengan sepenuh hati atas apapun yang Allah berikan kepadanya. Orang yang ridha, pasti bahagia. Al-kisah, ada seorang lelaki tua yang bertani dan kehidupannya sangat sederhana. Ia hanya memiliki satu rumah terbuat dari gubug kayu, memiliki seorang istri, dua orang anak dan satu buah sepeda tua. Suatu ketika, ia pergi besama anak dan istrinya naik sepeda ke sebuah taman. Sesampainya di taman tersebut, ia bermain bola bersama mereka. Ia tertawa riang bersama keluarganya. Tidak lama kemudian datanglah seorang laki-laki bermobil mewah menghampirinya, lalu ia berkata, "Saya perhatikan dari tadi Bapak kelihatannya bahagia sekali, kalau boleh saya tahu, apa pekerjaan Bapak ya?" Bapak tua menjawab, saya hanya seorang petani kangkung yang setiap hari membawa hasil pertanian saya ke pasar lalu saya menjualnya di pasar. Setelah terjual, hasilnya saya gunakan untuk memberikan nafkah kepada keluarga saya." Lelaki bermobil mewah bertanya kembali, seberapa banyak kangkung yang Bapak jual setiap hari? Ia menjawab, "Tergantung hasilnya Pak, tapi rata-rata antara 20 sampai 30 ikat. Dan satu ikatnya saya jual Rp 500,-" Lelaki tersebut kemudian bertanya, "Tidakkah bapak meminta pembiayaan dari Bank saja?" "Untuk apa?" jawab lelaki tua. "Supaya bapak bisa menambah modal pertanian bapak." "Lalu untuk apa,?" tanyanya lagi. Lelaki tersebut menjawab, "Supaya Bapak bisa menanam lebih banyak kangkung, dan bisa menjual lebih banyak ke pasar." Lalu untuk apa? tanya Bapak tua lagi. "Kalau bapak menjual banyak, tentu bapak akan mendapatkan uang lebih banyak." Jawab lelaki bermobil mewah tersebut. "Lalu untuk apa?" jawab Bapak tua lagi. "Kalau bapak membawa uang lebih banyak, kehidupan bapak akan menjadi bahagia." Kata lelaki tersebut. Kemudian Bapak tua dengan tenaang menjawab, dengan jawaban yang tidak akan pernah dilupakan lalaki tersebut. Katanya "Saya rasa saya tidak memerlukan hal itu.,Pak. Karena jika yang dituju adalah kebahagiaan, maka alhamdulillah hidup saya sudah bahagia."

5. Hadits di atas menjelaskan, bahwa kunci kebagiaan (yang dibahasakan dalam hadits dengan istilah "merasakan manisnya iman") adalah ridha dengan sepenuh hati terhadap tiga hal : Pertama : ridha terhadap Allah SWT sebagai Rabnya, Kedua, ridha bahwa Islam sebagai agamanya dan Ketiga ridha Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul utusan Allah SWT.

6. Ridha Allah sebagai Rabnya, adalah bahwa ia ridha Allah menjadi seorang hamba Allah, atas segala apapun yang Allah berikan kepadanya. Ia ridha terhadap itu semua dan tidak "menduakan" Allah dengan sesuatu apapun juga. Karena ia sangat yakin, bahwa apapun yang Allah berikan kepadanya adalah anugerah terbaik bagi kehidupannya. Dengan pemahaman seperti ini, ia akan menerima apapun yang terjadi dengan lapang dada dan sepenuh hati.

7. Rahasia kedua adalah ridaha Islam sebagai agamanya, maksudnya ia ridha agama Islam adalah satu-satunya agama yang dijalankan untuk mengatur kehidupannya dalam segala aspeknya ; sosial, politik, ekonomi, budaya, dsb. Inilah yang dimaksudkan dengan firman Allah SWT " Wahaiorang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam agama Islam secara kaffah. Dan janganlahkalian mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu merupakan musuh yang nyata bagi kalian." (QS. Al-Baqarah/ 2 : 208) Ia yakin, bahwa sistem Islam merupakan sistem yang mampu membawa kebahagiaan hakiki bagi manusia untuk kehidupannya baik di dunia maupun di akhirat, baik dalam skala individu maupun dalam skala sosial yang lebih luas. Serta tidak ada satu ajaran agama manapun yang mampu unutk mewujudkan hal tersebut, selain agama Islam.

8. Rahasia kebahagiaan ketiga adalah ridha nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan utusan Allah. Artinya ia ridha, nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah yang diutus kepada seluruh umat manusia, dan mengantarkan mereka dari kehidupan yang gelap gulita menuju pada kehidupan yang penuh dengan kecemerlangan. Ia ridha dengan segala ajaran dan nilai-nilai yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW (sunnah), baik sunnah dalam kehidupan pribadi, sosial kemasyarakatan, maupun dalam kehidupan yang lebih luas ; berbangsa dan bernegara bahkan dalam cakupan internasional.

9. Itulah kunci kebahagiaan hidup; kata kuncinya adalah ridha. Dan cakupan dari ridha itu merambah pada tiga aspek besar ; Ridha Allah sebagai Rabnya, Ridha Islam sebagai agamanya dan Ridha Nabi Muhammad sebagai Nabi utusan Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Sudahkah anda bahagia? Jika belum, mulailah dari sekarang untuk "ridha". Insya Allah mulai hari ini juga hidup anda akan bahagia, selama-lamanya...


Wallahu A'lam Bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag

0 Comments:

Post a Comment