Solusi Berasuransi Lebih Indah Dengan Syariah
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 20.27Buku ini menampilkan sisi Asuransi Syariah dengan lengkap, secara mudah dan gamblang dengan bahasa yang populis, sehingga akan mudah dipahami oleh siapa saja yang membacanya ; apakah ia akademisi, praktisi, pengamat, ulama, atau bahkan oleh kaum awam sekalipun. Buku yang ditulis oleh tim penulis yang memang sehari-hari berkecimpung di dunia asuransi syariah, menampilkan gambaran asuransi syariah, bukan hanya dari sisi teoritisnya saja, namun lebih jauh buku ini mengajak para pembacanya untuk merambah lebih jauh dengan asuansi syariah, dari sisi implementasi dan bahkan aplikasi operasionalnya. Tim penulis buku ini terdiri dari para ahli di bidang asuransi syariah, yaitu Agus Edi Sumanto, Ernawan Priarto, M. Zamachsyari, Pudiarto Trihadi, Rahmaji Asmuri, dan Utz. Rikza Maulan (saya sendiri).
- Sekilas, buku ini mengajak pembaca pada bab yang pertama untuk mengenal asuransi syariah secara umum, seperti asal mula asuransi syariah, bagaimana asuransi syariah, pandangan ulama tentang asuransi konvensional, filosofi asuransi syariah dan juga cakupan dari asuransi syariah.
- Pada bab yang kedua para pembaca diajak untuk menyelami lebih dalam asuransi syariah, dari sisi perbedaan mendasar antara asuransi syariah dan konvensional (ada lebih dari 20 item perbedaan antara asuransi syariah dan konvensional), akad-akad yang digunakan dalam asuransi syariah dan prinsip-prinsip dalam asuransi syariah.
- Pada bab yang ketiga pembaca akan dimanjakan dengan gambaran asuransi syariah dalam kehidupan sehari-hari yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap asuransi syariah; dari mulai saat kelahiran anak, hingga saat pensiun kelak. Lalu pembaca juga akan diajak untuk turut mengenal lebih dekat secara praktis terhadap operasional asuransi syariah, seperti pemasaran asuransi syariah, underwriting, klaim, investasi, akuntansi, metode pembagian surplus tabarru' dan syariah corporate culture.
- Bab Keempat menampilkan mengenai problematika yang masih menjadi kendala asuransi syariah saat ini di Indonesia, serta faktor-faktor yang menunjang perkembangan asruansi syariah. Pembaca akan dikenalkan pada regulator, Dewan Syariah Nasional - MUI, dsb. Selain itu, pembaca juga akan dibawa pada tantangan-tantangan yang dihadapi oleh asuransi syariah.
- Terakhir adalah pandangan para pakar yang selama ini telah berjibaku dengan dunia asuransi syariah, seperti pandangan Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, yang selama ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Syariah Takaful Indonesia, lalu Prof Dr. Fathurrahman Djamil MA, Dr. H. M. Syafi'i Antonio, M.Ec dan juga praktisi asuransi syariah, Saiful Yazan Ahmad.
Satu hal yang menjadi keinginan kuat dari para penulis buku ini, bahwa semoga dengan kehadiran buku ini akan semakin membumikan asuransi syariah khususnya di tanah air dan umumnya di seluruh penjuru dunia. Beberapa pihak bahkan mengusulkan agar buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, agar dapat juga dinikmati oleh para pecinta asuransi syariah di seluruh belahan dunia.
Ya Allah.. Jadikanlah buku ini sebagai amal shaleh bagi kami semua, khususnya bagi para pihak yang membantu penulisan buku ini. Dan jadikanlah manfaat yang dilahirkan dari buku ini, menjadi manfaat yang bukan hanya bersifat duniawi namun juga menfaat yang menembus dimensi dunia ke dimensi akhirat.
Akhirnya, kami mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, dan juga rasa terimakasih yang tiada terhingga khususnya kepada Mas Bambang Trim, yang telah mendampingi penulisan buku ini hingga selesai, Bp. H. Syaifullah Sirin selaku President Director PT. Salamadani, Mas Ali, Mas Tasaro dan seluruh kru Salamdani dan juga teman-teman di Takaful Indonesia. Semoga kebaikan dan sumbangsihnya, Allah catat sebagai amal shaleh yang tiada terhingga...
Wallahu A'lam Bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag
Label: Muamalat
Muraqabah Sebagai Penyempurna Keshalehan Seorang Hamba
7 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 17.29Lebih membuatku gundah lagi, tiada suami yang mencumbuiku.
Namun demi Allah, sekiranya bukan karena takut terhadap Allah.
Pasti ranjang ini telah bergetar karena kemaksiatan.
Makna Muraqabah
- Dari segi bahasa muraqabah berarti pengawasan dan pantauan. Karena sikap muraqabah ini mencerminkan adanya pengawasan dan pemantauan Allah terhadap dirinya.
- Adapun dari segi istilah, muraqabah adalah, suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa Allah SWT senantiasa mengawasinya, melihatnya, mendengarnya, dan mengetahui segala apapun yang dilakukannya dalam setiap waktu, setiap saat, setiap nafas atau setiap kedipan mata sekalipun.
- Syekh Ibrahim bin Khawas mengatakan, bahwa muraqabah “adalah bersihnya segala amalan, baik yang sembunyi-sembunyi atau yang terang-terangan hanya kepada Allah.” Beliau mengemukakan hal seperti ini karena konsekwensi sifat muraqabah adalah berperilaku baik dan bersih hanya karena Allah, dimanapun dan kapanpun.
- Salah seorang ulama juga mengungkapkan bahwa muraqabah ini merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah dengan pemahaman sifat “Arraqib, Al-Alim, Assami’ dan Al-Bashir” pada Allah SWT. Maka barang siapa yang memahami Sifat Allah ini dan beribadah atas dasar konsekwensi Sifat-sifat-Nya ini; akan terwujud dalam dirinya sifat muraqabah.
Urgensi Sifat Muraqabah
Dan rasa rindu seperti ini tidak akan muncul kecuali dari adanya sifat muraqabah.
3. Sesorang yang bermuraqabah kepada Allah, akan memiliki ‘firasat’ yang benar. Al-Imam al-Kirmani mengatakan, “Barang siapa yang memakmurkan dirinya secara dzahir dengan ittiba’ sunnah, secara batin dengan muraqabah, menjaga dirinya dari syahwat, manundukkan dirinya dari keharaman, dan membiasakan diri mengkonsumsi makanan yang halal, maka firasatnya tidak akan salah.” (Ighatsatul Lahfan, juz I/ 48)
4. Muraqabah merupakan sunnah perintah Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits beliau mengatakan:
Macam-macam Sifat Muraqabah
- Muraqabah dalam ketaatan kepada Allah SWT, dengan penuh keikhlasan dalam menjalankan segala perintah-Nya Seperti benar-benar menfokuskan tujuan amal ibadahnya hanya kepada Allah dan karena Allah, dan bukan karena faktor-faktor lainnya. Karena ia menyadari bahwa Allah Maha mengetahui segala niatan amalnya yang tersembunyi di balik relung-relung hatinya yang paling dalam sekalipun. Sehingga ia mampu beribadah secara maksimal, baik ketika sendirian ataupun di tengah-tengah keramaian.
- Muraqabah dalam kemaksiatan, dengan menjauhi perbuatan maksiat, bertaubat, menyesali perbuatan-perbuatan dosa yang pernah dilakukannya dan lain sebagainya. Sikap seperti berangkat dari keyakinannya bahwa Allah mengetahuinya, dan Allah tidak menyukai hamba-Nya yang melakukan perbuatan maksiat. Sekiranya pun ia telah melakukan maksiat, ia akan bertaubat dengan sepenuh hati kepada Allah dengan penyesalan yang mendalam, karena Allah akan murka pada dirinya dengan kemaksiatannya itu.
- Muraqabah dalam hal-hal yang bersifat mubah, seprti menjaga adab-adab terhadap Allah, bersyukur atas segala kenikmatan yang telah diberikan-Nya pada kita, bermuamalah yang baik kepada setiap insan, jujur, amanah, tanggung jawab, lemah lembut, perhatian, sederhana, ulet, berani dan lain sebagainya. Sehingga seorang muslim akan tampil dengan kepribadian yang menyenangkan terhadap setiap orang yang dijumpainya. Dan jadilah ia sebagai seorang dai yang disukai umatnya.
- Muraqabah dalam musibah yang menimpanya, yaitu dengan ridha pada ketentuan Allah SWT serta memohon pertolongan-Nya dengan penuh kesabaran. Ia yakin bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang datang dari Allah dan menjadi hal yang terbaik bagi dirinya, dan oleh karenanya ia akan bersabar terhadap sesuatu yang menimpanya.
Sikap Muraqabah Dalam Al-Qur’an
Dalam ayat lain Allah mengatakan, (QS. 40:19)
3. Kebersamaan Allah dengan diri kita. (QS. 57: 4) :
4. Pengetahuan Allah tentang sesuatu yang tidak diketahui makhluknya
Allah berfirman dalam QS. 2: 30
5. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang ada dihadapan manusia maupun dibelakangnya
Allah berfirman, QS. 2: 255:
Muraqabah Dalam Hadits
مَا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ
Cara Untuk Menumbuhkan Sifat Muraqabah
Penulis melihat, terdapat beberapa cara untuk dapat menumbuh suburkan sikap muraqabah ini, diantara caranya adalah:
- Memupuk keimanan kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya, karena iman merupakan pondasi yang paling dasar untuk menumbuhkan sikap seperti ini. Tanpa adanya keimanan, muraqabah tidak akan pernah muncul. Ada beberapa cara yang dapat memupuk keimanan kepada Allah:
- Merenungi ayat-ayat kauniyah (ciptaan Allah SWT) melalui tadabur (baca; perenungan) alam, bahwa ciptaan yang demikian sempurna ini, pastilah dimiliki oleh Dzat yang Maha Sempurna, yang mengetahui hingga sesuatu yang terkecil dari ciptaan-Nya.
- Merenungi ayat-ayat qauliyah (al-Qur’an), dengan mentadaburinya ayat per ayat secara perlahan, dan hal ini juga akan menumbuhkan keimanan kepada Allah SWT.
- Melatih diri untuk ‘menjaga’ perintah dan larangan Allah SWT, dimanapun dan kapanmu ia berada, karena hal ini akan menumbuhkan sikap muraqabah dalam jiwa kita. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: Dari Ibnu Abas ra, berkata; pada suatu hari saya berada di belakang Nabi Muhammad SAW, lalu beliau berkata, “Wahai ghulam, peliharalah (perintah) Allah, niscaya Allah akan memeliharamu. Dan peliharalah (larangan) Allah, niscaya niscaya kamu dapati Allah selalu berada di hadapanmu.” (HR. Tirmidzi)
- Muraqabah juga dapat tumbuh dari adanya ‘ziarah qubur’, dengan tujuan bahwa kita semua pasti akan mati dan memasuki kuburan, tanpa teman, tanpa saudara dan tanpa keluarga. Hanya amal kitalah yang akan menemani diri kita. Dan apakah kita telah siap untuk menghadap-Nya?
- Memperbanyak amalan-amalan sunnah, seperti dzikrullah, shalat sunnah, tilawah al-Qur’an dan lain sebagainya. Amalan-amalan seperti ini akan menumbuhkan rasa ketenangan dalam hati. Dan rasa ketenangan ini merupakan bekal pokok untuk menumbuhkan muraqabah.
- Merenungi kehidupan salaf shaleh dalam muraqabah, rasa takut mereka terhadap azab Allah yang sangat luar biasa, dan lain sebagainya. Untuk kemudian dibandingkan dengan diri kita sendiri; apakah kita sudah dapat seperti mereka, ataukah masih jauh?
- Bersahabat dengan orang-orang shaleh yang memilki rasa takut kepada Allah. Dengan persahatan insya Allah akan menimbulkan pengaruh positif pada diri kita untuk turut memiliki rasa takut kepada Allah sebagaimana sahabat kita.
- Memperbanyak menangis (karena Allah), dan meminimalisir tertawa, terutama karena senda gurau. Karena jiwa yang banyak tertawa, akan sulit untuk dapat merenungi dan mentadaburi ayat-ayat Allah. Dan jiwa yang terisi dengan keimanan yang membara memunculkan sikap tenang dan tawadhu’.
Wallahu A’lam
Rikza Maulan, Lc., M.Ag.
Label: Tazkiyatun Nafs
Pengertian Ashidiq
- Menyempurnakan amal untuk Allah SWT.
- Kesesuaian dzahir dengan bathin. Karena orang yang dusta adalah mereka yang dzahirnya lebih baik dari bathinnya.
- Ungkapan yang haq dalam posisi yang membinasakan.
- Perkataan yang haq pada orang yang ditakuti dan diharapkan.
Shidiq Merupakan Hakekat Kebaikan
Membaca Hadits-hadits Tentang Sidiq
3. Shidiq merupakan ketenangan. Hal ini tergambar dari hadits Rasulullah SAW:
Dalam al-Qur’an dengan sangat jelas Allah memuji orang yang shidiq, baik dari kaum mu’minin maupun mu’minah. Bahkan Allah menjanjikan kepada mereka mendapatkan ampunan dan pahala yang besar. Dalam surat al-Ahzab (QS. 33: 35) Allah mengatakan:
Derajat Siddiqin bersama Para Nabi, Syuhada’ dan Shalihin
Shidiq Merupakan Sifat Para Nabi
أَنَا رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِينَ
Ciri-ciri Orang yang Shiddiq
2. Tidak ragu untuk berjihad dengan harta dan jiwa. Allah berfirman dalam al-Qur’an (QS. 49: 15)
Cara Mencapai Sifat Shiddiq
- Senantiasa memperbaharui keimanan dan keyakinan kita (baca; ketsiqahan) kepada Allah SWT. Karena pondasi dari sifat shiddiq ini adalah kuatnya keyakinan kepada Allah.
- Melatih diri untuk bersikap jujur diamana saja dan kapan saja serta kepada siapa saja. Karena kejujuran merupakan karakter mendasar sifat shidiq.
- Melatih diri untuk senantiasa membenarkan sesuatu yang datang dari Allah (Al-Qur’an dan sunnah) , meskipun hal tersebut terkesan bertentangan dengan rasio. Karena kebenaran mutlak hanyalah milik Allah. Sementara ijtihad manusia masih sangat memungkinkan adanya kesalahan.
- Senantiasa melatih diri untuk komitmen dengan Islam dalam segala aspeknya; aqidah, ibadah, akhlaq dan syari’ah. Karena salah satu ciri siddiqin adalah memiliki komitmen yang tinggi terhadap Islam: “…barang siapa yang berpegang teguh dengan agama Allah, maka sungguh dia telah mendapatkan hidayah menuju jalan yang lurus…”
- Sering mentadaburi ayat-ayat Allah, hadits-hadits Rasulullah SAW mengenai sifat shidiq. Karena mentadaburi ayat dan hadits juga merupakan cara tersendiri yang sangat membekas dalam jiwa manusia.
- Senantiasa membuka-buka lembaran-lembaran sejarah kehidupan salafu shaleh, terutama pada sikap-sikap mereka yang menunjukkan keshiddiqannya.
- Memperbanyak dzikir dan amalan-amalan sunnah. Karena dengan hal-hal tersebut akan menjadikan hati tenang dan tentram. Hati yang seperti ini akan mudah dihiasi sifat shidiq.
Wallahu A’lam.
By. Rikza Maulan, Lc. M.Ag.
Label: Tazkiyatun Nafs
Makna Sabar
Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah:
Ayat-ayat Sabar Dalam Al-Qur'an
2. Larangan isti'jal (tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46: 35):
Melihat Kesabaran dari Hadits-hadits Rasulullah SAW
5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan;
Bentuk-Bentuk Kesabaran
Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar.
- Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat.
- Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq.
- Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.
- Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya'.
- Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
- Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.
Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram, atau pada kemaksiatan yang tidak diketahui oleh banyak orang, seperti berbuat zina di tempat yang tidak seorang pun mengenal kita. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan "menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang "menyenangkan". Kesabaran Nabi Yusuf as dalam meninggalkan perbuatan zina, yang bahkan ancamannya adalah penjara, merupakan bentuk kesabaran dalam meninggalkan kemaksiatan yang sangat luar biasa. Dan Allah SWT mengangkat derajat beliau, menjadi seorang yang sangat terhormat di mata seluruh manusia.
Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai dsb. Sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran dalam menghadapi ujian dari Allah SWT merupakan bentuk kesabaran yang paling rendah jika dibandingkan dengan dua bentuk kesabaran sebelumnya. Hal itu dikarenakan karena dalam sabar menghadapi ujian, seseorang tidak memiliki pilihan lain selain menerima cobaan tersebut. Sedangkan pada kesabaran dalam meninggalkan maksiat dan dalam ketaatan kepada Allah, seseorang dihadapkan pada dua pilihan, atau bahkan lebih dari dua pilihan. Namun menurut penulis, kesabaran itu terletak di hati dan merupakan aktivitas hati. Apabila hati dapat menerima dengan penuh lapang dada serta ridha dengan ketentuan Allah sepenuh hati, bisa jadi kesabaran dalam menghadapi musibah seperti ini lebih mulia baginya, dibandingkan dengan kesabaran lainnya. (wallahu A'lam bis shawab...)
Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran
Ketidaksabaran (baca; isti'jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang seyogyanya diantisipasi dan diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah dsb. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna meningkatkan kesabaran. Diantara kiat-kiat tersebut adalah;
- Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.
- Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur'an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur'an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dzikir kepada Allah.
- Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.
- Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir, dsb.
- Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat "amalan" seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)
- Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.
- Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi'in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.
Penutup
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc. M.Ag.
Label: Tazkiyatun Nafs
Senantiasa Memperbaharui Taubat, Sebagai Ciri Insan Bertakwa
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 17.46Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya pernah mengatakan,
Makna Taubat
- Kembali (الرجوع)
- Menyesal (ندم)
- Bermaksud/ berniat/ berjanji (نوى)
Taubat Merupakan Perintah Allah
Rasulullah SAW Merupakan Imam Para Tawwabin
Allah Maha Penerima Taubat
Syarat Diterimanya Taubat
- Melepaskan diri sejauh-jauhnya dari kemaksiatan yang pernah dilakukannya.
- Memiliki rasa penyesalan yang sedalam-dalamnya atas perbuatan yang dilakukannya itu, baik yang sengaja ataupun yang tidak senganja.
- Harus memiliki tekad yang kuat, untuk tidak mengulangi perbuatan maksiatnya tersebut.
- Jika dosanya berkenaan dengan orang lain, sebaiknya ia juga meminta maaf kepada orang tersebut.
- Taubat tidak akan diterima jika ia sudah hampir tiba pada ajalnya (sakaratul maut).
Penutup
Wallahu A'lam.
Rikza Maulan, Lc., M.Ag.
Label: Tazkiyatun Nafs