Fatamorgana Dunia

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ* إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوّاً إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir : 5 - 6)

Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari firman Allah SWT di atas, diantara hikmah-hikmahnya adalah sebagai berikut :
1. Bahwa kehidupan dunia seringkali “memperdayai” manusia, sehingga banyak manusia tertipu, terlena dan terobsesi oleh keindahannya. Oleh karenanya Allah SWT mengingatkan kita semua agar jangan sekali-kali kita terperdaya oleh kehidupan dunia, bahkan dengan ungkapan bahwa “janji-Nya” adalah “haq”, yaitu bahwa surga dan neraka adalah haq, hari akhir adalah haq, maka janganlah kita semua tertipu oleh kemilaunya kehidupan dunia yang fana, lantas melupakan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi selamanya. Menguatkan firman Allah SWT di atas, Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ - رواه مسلم
Dari Abu sa’id Al-Khudri ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau. Dan Allah mewakilkan kalian terhadap dunia itu, Dia akan melihat apa yang kalian perbuat.” (HR. Muslim)

2. Pagar yang dapat menjaga kita agar tidak terjerumus pada godaan dunia adalah dengan memupuk keimanan kepada Allah SWT. Hal ini terlihat jelas, manakala kita membaca firman Allah QS. Fathir 5 – 6 di atas “…sesungguhnya janji Allah adalah benar…”. Dan hanya orang-orang yang memiliki keimanan yang kuatlah yang bisa me yakini bahwa janji Allah SWT adalah benar. Yaitu janji akan adanya balasan kebaikan berupa surga bagi orang-orang yang beramal shaleh, serta janji adanya neraka bagi orang-orang yang maksiat dan ingkar kepada Allah. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW senantiasa membaca doa yang berkaitan bahwa surga dan neraka adalah haq :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ يَقُولُ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيَّامُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ أَنْتَ الْحَقُّ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَأَخَّرْتُ وَأَسْرَرْتُ وَأَعْلَنْتُ أَنْتَ إِلَهِي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ - رواه مسلم
Dari Abdullah bin Abbas ra, bahwasanya Rasulullah SAW apabila melaksanakan shalat malam (tahajud) di tengah malam, beliau berdoa ‘Ya Allah, segala puji bagi-Mu. Engkau adalah cahaya langit dan bumi. Segala puji bagi-Mu. Engkau adalah pemelihara langit dan bumi. Segala puji bagi-Mu. Engkau adalah Tuhan langit dan bumi serta semua yang ada padanya. Engkau adalah haq, janji-Mu adalah haq, firman-Mu adalah haq, perjumpaan dengan-Mu adalah haq, surga adalah haq, neraka adalah haq, hari kiamat adalah haq. Ya Allah, kepada-Mu aku berserah diri. Kepada-Mu aku beriman. Kepada-Mu aku bertawakal. Ke pangkuan-Mu aku pulang. Kepada-Mu aku mengadu. Dengan (nama) Mu aku memutuskan. Maka ampunilah aku, ampunilah dosa-dosaku, baik yang telah lewat maupun yang akan datang, yang aku lakukan secara diam-diam maupun yang terang-terangan. Engkau adalah Tuhanku. Tidak ada Tuhan selain Engkau.’ (HR. Muslim)

3. Keindahan dunia yang mempesona pada hakekatnya hanyalah merupakan fatamorgana. Manusia merasa bahwa apabila ia telah sampai dengan apa yang diinginkannya, maka ia akan bahagia. Namun kenyataannya, semakin manusia mengejar dunia, maka ia akan semakin haus dan menjadi semakin rakus. Dalam salah satu firman-Nya Allah SWT mengingatkan kita semua, dari amaliyah seperti ini :
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاء حَتَّى إِذَا جَاءهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئاً وَوَجَدَ اللَّهَ عِندَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ -٣٩
Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan di dapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. An-Nur : 39)

4. Apabila kita renungkan kehidupan yang dijalani manusia di zaman sekarang yang dihiasi dengan fenomena materialisme, pada hakekatnya semua itu adalah sebuah gambaran dari fatamorgana. Ada yang memiliki obsesi dan ambisi oleh jabatan, dengan anggapan bahwa apabila ia mendapatkannya maka hidupnya akan menjadi bahagia. Ada yang berambisi dengan harta, dengan angan- angan bahwa hartanya akan membahagiakannya. Ada pula yang memiliki obsesi pada wanita, dengan khayalan bahwa wanita dambaannya akan menjadikannya bahagia. Ada pula yang terobsesi dengan hobi dan kesenangan yang melenakan, seperti musik, koleksi barang antik, otomotif, koleksi binatang, atau bahkan koleksi barang kemewahan. Namun itu semua akan sia-sia belaka. Karena semakin ia meraihnya, maka ia akan semakin merasa belum meraihnya, dan bahkan ia akan semakin menginginkan yang lebih dan lebih, hingga akhirnya ajal datang menjemputnya sedangkan hatinya telah “diperbudak” oleh dunia, na’udzubillah min dzalik.

5. Rasulullah SAW memberikan perumpamaan tentang kehidupan dunia, yang sesungguhnya sangat tidak berarti dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi. Banyak sekali hadits yang menggambarkan dan membuat perumpamaan seperti itu. Diantaranya sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat :
عَنْ مُسْتَوْرِد بْنِ شَدَّادٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ - رواه مسلم
Dari Mustaurid bin Syadad ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah tidaklah dunia ini dibandingkan dengan akhirat kecuali seperti jari yang dicelupkan salah seorang diantara kalian ke dalam air laut lalu ditarik kembali. Lihatlah, betapa sedikit air yang menempel di jari itu”. (HR. Muslim)

6. Bahwa “syaitan” memiliki peran yang sangat kuat dalam menjerumuskan manusia dalam fatamorgana kehidupan dunia. Allah SWT memperingatkan manusia agar tidak mengikuti langkah-langkah syaitan, karena syaitan itu merupakan musuh yang nyata bagi manusia.
وَلأُضِلَّنَّهُمْ وَلأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الأَنْعَامِ وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللّهِ وَمَن يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيّاً مِّن دُونِ اللّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَاناً مُّبِيناً ﴿١١٩﴾ يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلاَّ غُرُوراً ﴿١٢٠﴾ أُوْلَـئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَلاَ يَجِدُونَ عَنْهَا مَحِيصاً ﴿١٢١﴾
Dan aku (syaitan) benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. Mereka itu tempatnya Jahannam dan mereka tidak memperoleh tempat lari daripadanya. (QS. An-Nisa’ : 119 – 121)

7. Maka kita harus memposisikan syaitan benar-benar sebagai musuh yang nyata, yang tidak boleh diajak kompromi, apapun alasannya. Adalah seorang salafuna shaleh yang bernama Ibrahim bin Adham (w. 165 H) memberikan gambaran bahwa meskipun banyak orang yang mengetahui bahwa syaitan merupakan musuh yang nyata, namun kenyataannya banyak orang yang menjadikannya “kawan”, dengan mengikuti syaitan dengan melakukan perbuatan maksiat, beliau mengemukakan :
وَقَرَأْتُمْ قَوْلَ اللهِ تَعَالَى ﴿إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا﴾, وَأَطَعْتُمُوْهُ بِالْمَعَاصِيْ
Kalian membaca firman Allah SWT, ‘Bahwa sesungguhnya syaitan merupakan musuh yang nyata bagi kalian maka jadikanlah ia sebagai musuh’, namun kalian mentaati mereka dengan melakukan perbuatan maksiat.

8. Maka, marilah kita bersama-sama memperbanyak ibadah dan amal shaleh, guna menjadi bekalan untuk memperoleh kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Karena amal shalehlah yang kelak akan menyelamatkan manusia, dari “gelapnya” alam barzah dan dari dahsyatnya azab neraka. Walaupun memang untuk beramal shaleh (secara lahiriyah) terlihat tidak menyenangkan, namun amal shaleh inilah yang sebenarnya akan membahagiakan manusia. Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ، يَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ - متفق عليه
Dari Anas bin Malik ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga hal yang akan mengiringi jenazah, yaitu keluarganya, hartanya dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan kembali, sedangkan amalnya akan tetap tinggal.” (Muttafaqun Alaih).

Wallahu A’lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag

0 Comments:

Post a Comment