Para Pembaca Al-Qur'an (3)

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لاَ يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَاْلأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A'raf/ 7 : 179)

Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari ayat di atas, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bahwa selain dianjurkan untuk membaca dan mengkhatamkan (bacaan) Al-Qur'an, kita juga sangat dianjurkan untuk mentadaburi makna dan isi kandungan Al-Qur'an. Bahkan dalam salah satu firman-Nya, Allah SWT menggambarkan orang yang tidak metadaburi makna dan isi kandungan Al-Qur'an, seolah pada hatinya ada kunci yang menutupnya, sebagaimana yang Allah SWT firmankan (QS. Muhammad/ 47 : 24) "Maka apakah mereka tidak memtadaburi al-Qur'an, ataukan hati mereka terkunci?". Oleh karenanya, hendaknya setiap kita berusaha sebisa mungkin untuk memahami isi dan kandungan Al-Qur'an.

2. Bahkan pada ayat di atas (Al-A'raf/ 7 : 179), digambarkan tentang celaan Allah SWT terhadap orang-orang yang memiliki hati, mata dan telinga, namun tidak mereka pergunakan untuk memahami, melihat dan mendengar untuk memahami ayat-ayat Allah SWT. Orang-orang seperti itu, kelak akan Allah tempatkan di neraka jahanam. Karena pada hekaketnya mereka adalah sama seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi.

3. Metadaburi Al-Qur'an adalah memahami dan merenungkan isi, makna dan kandungan Al-Qur'an. Ditinjau dari segi bahasanya, tadabur berasal dari kata "tadabbaro" yang memilki arti “memikirkan atau merenungkan”:
تَدَبَّرَ يَتَدَبَّرُ تَدَبُّرًا
Imam al-Baidhawi dalam tafsirnya (II/225) menggemukakan bahwa tadabur adalah memperhatikan/ merenungkan dibelakang sesuatu (setelah sesuatu selesai dilakukan);
وَأَصْلُ التَّدَبُّرِ: النَّظَرُ فِي أّدْبَارِ الشَّيْءِ
Sedangkan Imam al-Alusi, mengemukakan juga dalam tafsirnya, bahwa pengertian tadabur adalah; merenungkan sesuatu, setelah selasai dilaksanakan. Kemudian istilah ini digunakan untuk segala bentuk perenungan, baik berkenaan dengan hakekat suatu hal, bagian-bagiannya, sesuatu yang telah lalu, sebab-sebabnya, atau yang akan datang berikutnya, dan juga setelah selesai dilaksanakannya:
وَأَصْلُ التَّدَبُّرِ: التَّأَمُّلُ فِيْ أَدْبَارِ اْلأُمُوْرِ وَعَوَاقِبِهَا، ثُمَّ اسْتُعْمِلَ فِيْ كُلِّ تَأَمَّلٍ سَوَاءٌ كَانَ نَظَرًا فِيْ حَقِيْقَةِ الشَّيْءِ وَأَجْزَاءِهِ أَوْ سَابِقِهِ وَأَسْبَابِهِ أَوْ لَوَاحِقِهِ وِأَعْقَابِهِ

Sedangkan definisi tadabur dari sisi istilahnya, adalah sebagaimana yang dikemukakan Imam al-Suyuthi berarti:
تَأَمُّلُ مَعَانِيْهِ وَتَبَصُّرُ مَا فِيْهِ
"Merenungkan semua makna yang dikandungnya, serta memikirkan segala hal yang terdapat di dalamnya.."

Pada intinya, bahwa tadabur adalah sebuah cara untuk memahami ayat secara lebih mendalam, dengan meunggunakan metode tertentu dan cara tertentu yang sesuai dengan kemampuan kita, guna memperdalam ma'ani imaniyah (hakekat-hakekat keimanan) dan kualitas ruhiyah sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Mentadaburi makna dan isi kandungan Al-Qur'an memiliki urgensitas yang sangat penting dalam kehidupan setiap muslim. Dan diantara ugrensi mentadaburi Al-Qur'an adalah sebagai berikut :
#1. Bahwa mentadaburi merupakan perintah Allah SWT, sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al-Qur'an (47:24):
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوْبٍ أَقْفَالُهَا
"Maka apakah mereka tidak memtadaburi al-Qur'an, ataukan hati mereka terkunci?"

#2. Tadabur sangat penting dilaksanakan, dengan tujuan untuk memahami isi kandungan / ma'ani al-Qur'an. Karena tadabur pada hakekatnya merupakan miniatur penafsiran al-Qur'an, atau dengan bahasa lain bentuk sederhana dari penafsiran al-Qur'an, yang tujuan utamanya adalah untuk memperkaya ruhiyah dan memperkokoh imaniyah (keimanan kepada Allah SWT).

#3. Tadabur merupakan sarana untuk menambah keimanan kepada Alllah SWT. Dalam al-Qur'an Allah berfirman (8 : 2):
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ زَادَتْهُمْ إِيْمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka dan kepada Rabnyalah mereka bertawakal.

#4. Tadabur juga diperlukan guna mengejewantahkan al-Qur'an dalam kehidupan nyata, baik yang bersifat ekonomi, politik, da'wah, sosial, pendidikan, dan sebagainya. Karena bagaimana mungkin seseorang akan mengamalkan al-Qur'an jika tidak didahului dan dibarengi dengan pemahaman serta pentadaburan.

#5. Tadabur juga merupakan salah satu wasilah (baca ; sarana) yang dapat digunakan untuk menyelami rahasia diantara rahasia-rahasia Allah, yang tersimpan dibalik firman-firman-Nya.

#6. Tadabur diperlukan juga dalam kehidupan mu'min dan aktivis ekonomi syariah, sebagai bahan perenungan diri dan muhasabah dalam perjalan hidupnya. Sebagai contoh ketika membaca ayat-ayat tentang kejujuran, tidak berbohong maupun ayat-ayat lainnya, segera ia bermuhasabah terhadap dirinya sendiri. Apakah dirinya juga masih memiliki sifat-sifat tersebut atau tidak.

#7. Tadabur juga merupakan pelita yang dapat memberikan kekuatan ekstra dalam ruhiyah seseorang, terutama bagi para aktivis ekonomi syariah, yang dapat memberikan semangat baru, iltizam baru, dan azimah yang baru, hingga ia mampu untuk berbuat lebih banyak dan banyak lagi, dalam menegakkan kalimatullah.

#8. Tadabur juga merupakan sarana untuk mengikis dan menghilangkan karat-karat yang melekat pada hati insan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda,
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ الْقُلُوْبَ تَصْدَأُ كَمَا يَصْدَأُ الْحَدِيْدُ، قَالُوْا وَمَا جَلاَءُهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ تِلاَوَةُ الْقُرْآنِ وَذِكْرُ الْمَوْتِ - رواه الطبراني
“Sesungguhnya hati manusia itu memiliki potensi untuk berkarat sebagaimana berkaratnya besi. Sahabat bertanya, kalau demikian maka apakah pengikisnya wahai Rasulullah SAW?, beliau menjawab, tilawatul Qur’an dan dzikrul maut.” (HR. Tabrani)

Tilawah yang dapat menghilangkan karat-karat hati, tentulah tilawah yang dibarengi dengan pentadaburan makna-maknanya, dan bukan tiliwah yang sekedar membacanya tanpa adanya usaha untuk memahami makna dan isi kandungan dari ayat-ayat yang telah dibacanya.

5. Seorang salafuna shaleh, yaitu Ibrahim bin Adham mengkategorikan salah satu penyebab “matinya hati” adalah karena tidak mentadaburi Al-Qur'an ketika membacanya. Maka oleh karenanya, marilah kita berupaya untuk senantiasa istiqamah dalam membaca Al-Qur'an, dan dalam mentadaburi isi dan makna yang dikandungnya.

Wallahu A'lam Bis Shawab
By. Rikza Maulan Lc., M.Ag

0 Comments:

Post a Comment