وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ* الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ* وَالَّذِيْنَ إِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوْا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ اللهُ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلَى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ*أُوْلَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِىْ مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِيْنَ*
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan (1) dari Tuhanmu dan kepada surga (2) yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) (3), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya (4) dan mema`afkan (kesalahan) (5) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah (6), lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya (7) itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal (8). (QS. Ali Imran/ 3 ; 133 - 136)
Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari ayat-ayat di atas, diantara hikmah-hikmahnya adalah sebagai berikut :
1. Bahwa ketakwaan yang hakiki adalah ketakwaan yang mengakar berada dalam hati sanubari setiap muslim. Karena ketakwaaan akan menyertai setiap muslim dimanapun dan kemanapun ia melangkah. Takwa tidak akan terpengaruh oleh tempat dan waktu, takwa tidak mengenal musim dan lokasi, takwa tidak akan melihat apakah ia berada diantara keramaian orang ataukah tidak. Orang yang bertakwa senantiasa akan menjaga ketakwaannya dimanapun dia berada; di bulan ramadhan, di bulan syawal, di bulan dzulqa'dah ataupun di bulan-bulan lainnya. Di masjid, di pasar, di tempat kerja, di jalan raya, dsb. Maka marilah kita berusaha untuk senantiasa menjaga ketakwaan kita, dimanapun kita berada. Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda, dari Abu Dzar ra, Rasulullah SAW mengatakan kepadaku, ‘Bertakwalah engkau dimanapun engkau berada. Dan iringilah perbuatan negatif dengan perbuatan positif sebagai penghapusnya, dan berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi)
2. Bahwa orang-orang yang bertakwa akan memiliki ciri-ciri dan karkater ketakwaan. Ciri dan karekater ketakwaaan tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut :
#1. Bersegera untuk menggapai ampunan Allah SWT.
Atau dengan bahasa lain, orang yang bertakwa akan memperbanyak istighfar dan taubat kepada Allah SWT. Karena ia merasa “masih banyak melakukan kesalahan dan dosa”, kendatipun orang lain melihatnya sebagai orang yang baik dan selalu beramal shaleh. Rasulullah SAW mencontohkan kepada kita betapa beliau senantiasa memperbanyak istighfar dan taubat, bahkan dalam sebuah riwayat digambarkan beliau bersitighfar dan bertaubat kepada Allah tidak kurang dari seratus kali setiap hari. Sementara beliau telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang. Rasulullah SAW berkata, "Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah sehari sebanyak 100 kali." (HR.Muslim)
Atau dengan bahasa lain, orang yang bertakwa akan memperbanyak istighfar dan taubat kepada Allah SWT. Karena ia merasa “masih banyak melakukan kesalahan dan dosa”, kendatipun orang lain melihatnya sebagai orang yang baik dan selalu beramal shaleh. Rasulullah SAW mencontohkan kepada kita betapa beliau senantiasa memperbanyak istighfar dan taubat, bahkan dalam sebuah riwayat digambarkan beliau bersitighfar dan bertaubat kepada Allah tidak kurang dari seratus kali setiap hari. Sementara beliau telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang. Rasulullah SAW berkata, "Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah sehari sebanyak 100 kali." (HR.Muslim)
#2. Obsesinya adalah meraih surga dan keridhaan Allah SWT.
Hal ini sebagaimana yang Allah SWT firmankan dalam QS. Ali Imran : 133 di atas, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” Artinya adalah bahwa orang yang bertakwa, akan senantiasa menjadikan surga sebagai obesesi terbesar dalam hidupnya. Segala sesuatu yang dilakukan dan dikerjakan di dunia ini, selalu diorientasikan untuk surga. Ia tidak mau melakukan sesuatu yang tidak memiliki dampak untuk mendapatkan surga. Baginya, surga adalah segalanya dan menjadi obsesi terbesar dalam hidupnya.
Hal ini sebagaimana yang Allah SWT firmankan dalam QS. Ali Imran : 133 di atas, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” Artinya adalah bahwa orang yang bertakwa, akan senantiasa menjadikan surga sebagai obesesi terbesar dalam hidupnya. Segala sesuatu yang dilakukan dan dikerjakan di dunia ini, selalu diorientasikan untuk surga. Ia tidak mau melakukan sesuatu yang tidak memiliki dampak untuk mendapatkan surga. Baginya, surga adalah segalanya dan menjadi obsesi terbesar dalam hidupnya.
#3. Gemar berinfak, baik di waktu lapang maupun di waktu sempit.
Karena orang yang bertakwa meyakini bahwa harta yang hakiki dan abadi adalah harta yang diinfakkan di jalan Allah SWT. Sementara harta yang ia belenjakan untuk dirinya sendiri, pada hakekatnya akan habis dan sirna. Bahkan dalam satu ayat-Nya Allah SWT menggambarkan bahwa seseorang apabila telah tiba ajalnya, yang terpikir kembali olehnya adalah jika ia ditunda ajalnya, maka ia akan bersedakah :
Karena orang yang bertakwa meyakini bahwa harta yang hakiki dan abadi adalah harta yang diinfakkan di jalan Allah SWT. Sementara harta yang ia belenjakan untuk dirinya sendiri, pada hakekatnya akan habis dan sirna. Bahkan dalam satu ayat-Nya Allah SWT menggambarkan bahwa seseorang apabila telah tiba ajalnya, yang terpikir kembali olehnya adalah jika ia ditunda ajalnya, maka ia akan bersedakah :
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلاَ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ*
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" (QS. Al-Munafikun : 10)
#4. Berusaha menahan amarah.
Ini merupakan ciri dan karakter lain orang yang bertakwa. Karena menahan amarah merupakan bukti “kekuatan jiwa” seseorang. Sehingga apabila seseorang mampu untuk marah, namun ia kuasa untuk mengendalikan amarahnya, maka hal tersebut merupakan bentuk kekuatan dan kebesaran jiwanya. Dan orang yang bertakwa merupakan orang yang memiliki kekuatan jiwa yang besar. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ متفق عليه
Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat. Namun orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan emosinya ketika ia sedang marah.” (Muttafaqun Alaih)
#5. Suka memaafkan kesalahan orang lain.
Selain menahan amarah, orang yang bertakwa juga senantiasa akan berusaha untuk memaafkan kesalahan orang lain. Karena ia menyadari bahwa Allah adalah Maha Pemaaf, dan setiap orang pasti tidak akan pernah lepas dari kesalahan dan kekhilafan, termasuk juga dirinya sendiri. Oleh karena itulah, ia pun senantiasa akan berusaha untuk memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain. Dalam sebuah riwayat disebutkan ada seorang sahabat yang dikatakan Rasulullah SAW sebagai calon penghuni surga. Bahkan Rasulullah SAW mengatakan hal tersebut sebanyak tiga kali. Lantas karena ingin tahu “amalan” yang dilakukannya sehingga ia dikatakan sebagai calon penghuni surga, maka salah seorang sahabat meminta izin kepada orang tersebut untuk bermalam dirumahnya dengan maksud untuk mengetahui amalannya tersebut. Singkat cerita diketahui bahwa ia dijanjikan sebagai calon penghuni surga adalah lantaran setiap malam sebelum ia tidur memejamkan mata, ia terlebih dahulu memaafkan kesalahan-kesalahan orang-orang yang berbuat kesalahan terhadapnya. Setelah memaafkan, barulah kemudian itu ia tidur. Dan karena kebiasaannya untuk memaafkan itulah, ia dijanjikan sebagai calon penghuni surga.
Selain menahan amarah, orang yang bertakwa juga senantiasa akan berusaha untuk memaafkan kesalahan orang lain. Karena ia menyadari bahwa Allah adalah Maha Pemaaf, dan setiap orang pasti tidak akan pernah lepas dari kesalahan dan kekhilafan, termasuk juga dirinya sendiri. Oleh karena itulah, ia pun senantiasa akan berusaha untuk memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain. Dalam sebuah riwayat disebutkan ada seorang sahabat yang dikatakan Rasulullah SAW sebagai calon penghuni surga. Bahkan Rasulullah SAW mengatakan hal tersebut sebanyak tiga kali. Lantas karena ingin tahu “amalan” yang dilakukannya sehingga ia dikatakan sebagai calon penghuni surga, maka salah seorang sahabat meminta izin kepada orang tersebut untuk bermalam dirumahnya dengan maksud untuk mengetahui amalannya tersebut. Singkat cerita diketahui bahwa ia dijanjikan sebagai calon penghuni surga adalah lantaran setiap malam sebelum ia tidur memejamkan mata, ia terlebih dahulu memaafkan kesalahan-kesalahan orang-orang yang berbuat kesalahan terhadapnya. Setelah memaafkan, barulah kemudian itu ia tidur. Dan karena kebiasaannya untuk memaafkan itulah, ia dijanjikan sebagai calon penghuni surga.
#6. Apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka segera mengingat Allah SWT dan memohon ampunan kepada-Nya.
Karena pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna. Setiap manusia pasti pernah khilaf dan melakukan kesalahan atau perbuatan dosa. Hanya bedanya orang yang bertakwa ketika ia melakukan kesalahan maka ia akan segera ingat kepada Allah serta kembali kepada-Nya. Lalu meminta ampunan kepada Allah serta bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan atau perbuatan dosanya tersebut. Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anak cucu Adam pasti pernah berbuat kesalaha. Dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah orang yang bertaubat kepada Allah SWT.” (HR. Turmudzi).
Karena pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna. Setiap manusia pasti pernah khilaf dan melakukan kesalahan atau perbuatan dosa. Hanya bedanya orang yang bertakwa ketika ia melakukan kesalahan maka ia akan segera ingat kepada Allah serta kembali kepada-Nya. Lalu meminta ampunan kepada Allah serta bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan atau perbuatan dosanya tersebut. Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anak cucu Adam pasti pernah berbuat kesalaha. Dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah orang yang bertaubat kepada Allah SWT.” (HR. Turmudzi).
#7. Tidak meneruskan perbuatan keji, sedang ia mengetahui.
Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW mengingatkan kita,
Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW mengingatkan kita,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لاَ يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ (متفق عليه)
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Orang mu'min tidak boleh terjerembab dua kali dalam satu lubang yang sama.” (Muttafaqun Alaih)
Maksudnya adalah bahwa seorang muslim hendaknya tidak melakukan satu kesalahan yang telah ia lakukan dan telah ia sesali, lalu ia melakukannya kembali. Cukuplah baginya pengalaman pahit dalam melakukan kesalahannya tersebut, lalu dijadikannya pelajaran untuk tidak mengulanginya kembali.
#8. Gemar untuk beramal shaleh.
Ini merupakan ciri terakhir dari orang yang bertakwa, sebagaimana digambarkan dalam ayat di atas, “...dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal... “. (QS. Ali Imran : 136). Karena seroang yang bertakwa sadar, bahwa yang akan dapat mengantarkannya pada keridhaan Allah SWT dan surga-Nya adalah amal shaleh, dan bukan sekedar angan-angan belaka. Ia akan giat melakukan segala bentuk amal shaleh, khsusnya yang mendatangkan benefit ukhrawi bagi dirinya. Allah SWT berfirman (QS. At-Thalaq : 11):
Ini merupakan ciri terakhir dari orang yang bertakwa, sebagaimana digambarkan dalam ayat di atas, “...dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal... “. (QS. Ali Imran : 136). Karena seroang yang bertakwa sadar, bahwa yang akan dapat mengantarkannya pada keridhaan Allah SWT dan surga-Nya adalah amal shaleh, dan bukan sekedar angan-angan belaka. Ia akan giat melakukan segala bentuk amal shaleh, khsusnya yang mendatangkan benefit ukhrawi bagi dirinya. Allah SWT berfirman (QS. At-Thalaq : 11):
وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ رِزْقًا
“Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya.”
Wallahu A'lam Bis ShawabBy. Rikza Maulan Lc., M.Ag
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)