Ustadz Fadli


"Ustadz Fadli akan menikah", ... kata itu begitu indah di dengar oleh Ustadz Fadli, saat melintasi kerumunan ibu-ibu yang sedang berkerumun membeli belanjaan di tukang sayur keliling. Sang Ustadz yang sedang dibicarakan itupun tersenyum malu, sambil berlalu dari kerumunan ibu-ibu yang menatap wajah Ustadznya kesayangannya tersebut dengan penuh haru...

Bagaimana tidak, Ustadz Fadli sudah berusia kepala tiga. Hampir setiap hari berkeliling ceramah dari masjid ke masjid, mushalla ke mushalla, dan dari majlis ta'lim ke majlis ta'lim. Dan yang juga penting, kebanyakan jamaahnya adalah para ibu-ibu majlis ta'lim. Ustadz ini memang sangat disukai kaum ibu, bukan hanya karena pandai dan lembut dalam menjelaskan "materi" pengajiannya. Namun juga karena Ustadz Fadli memiliki wajah yang menarik untuk ditatap...

Ustadz yang sangat pendiam ini seringkali harus tersipu malu karena setiap usai ceramah, Ustadz selalu ditanya oleh ibu-ibu yang berharap agar Ustadznya segera menikah, "Ustadz, mana undangannya?, Kapan nikahnya?, Sudah punya calon belum? Kalau belum ada calonnya, kita-kita juga "mau" kok, kan kita masih muda?" Ucap seorang nenek sambil menggendong cucunya. Sang Ustadz kembali "nyengir" tersipu malu. Memang Ustadz Fadli sangat pemalu, setiap kali berjalan, matanya selalu tertunduk. Baginya, melihat jalanan yang penuh lubang lebih baik daripada melihat gadis-gadis muslimah yang juga sering "menggodanya"...

Pernah suatu ketika, ibu kandungnya marah-marah kepada Ustadz Fadli lantaran ketika berpapasan di sebuah jalan, Ustadz Fadli sama sekali tidak melihat dan tidak menegur ibunya. Itulah Ustadz Fadli, karena terlalu menundukkan pandangan, ibunya pun terkadang tidak dilihatnya. "Maaf ya Bu, Takut "salah lihat" katanya.... "Iya, tapi lain kali jangan begitu dong, sayang..." kata sang Ibu sambil geleng-geleng kepala....

Tibalah hari yang dinanti-natikannya. Hari itu adalah hari kebahagiaannya.... Hari dilangsungkan pernikahannya. Pilihannya "jatuh" pada seorang muslimah yang pintar, cantik, anak Pak Kyai Hambali yang hafal lebih dari 20 juz Al-Qur'an dan menjadi pujaan setiap pemuda di kampungnya...Raihana namanya. Ustadz Fadli

sangat beruntung, karena Pak Kyai sendiri yang datang menemuinya dan menawarkan putrinya. Walaupun belakangan Ustadz Fadli juga tahu, bahwa ternyata kedatangan Pak Kyai ketika menawarkan putri semata wayangnya itu adalah atas pesan sponsor dari "sang putri" sendiri. he.. he..

Nggak penting lah, Toh sebenarnya diam-diam Ustadz Fadli juga sudah lama berdoa kepada Allah, agar bisa menikah dengan muslimah pujaannya tersebut. Maklumlah, Ustadz juga manusia. Jadi juga punya gadis dambaan. Dan dambaannya adalah Raihana, putri semata wayang Kyai Hambali seorang ulama besar di kampungnya. Dan Alhamdulillah, Allah mengabulkan doanya tersebut.... Ustadz pun sujud syukur.

Berbeda dengan Ustadz Fadli, Hana (panggilan Raihana), sedikit agak lebih supel dan manja. Namun keshalehannya jangan ditanya lho... Dijamin shalehah buanget.... Tilawahnya tidak pernah kurang dari satu juz perhari. Senin kamis tidak pernah terlewati untuk berpuasa sunnah. Dan sudah menjadi kerutinan Hana, untuk bangun sepertiga malam terakhir, melaksanakan qiyamul lail dan tilawah

Al-Qur'an hingga subuh... (Mungkin Hana juga sudah lama berdoa kepada Allah, agar dinikahi oleh Ustadz Fadli).. he.. he..

Seusai akad nikah dan acara walimah pernikahan.. hari masih sore. Maklum di kampung mereka, adat dan kebiasaannya pernikahan dilakukan di pagi hari, mulai jam 06 pagi sampai dzuhur hari.Setelah itu ada sedikit acara keluarga. Dan sore hari adalah waktu khusus bagi kedua mempelai..... (Enak ya,..)

Ustadz Fadli dan istrinya yang cantik jelita duduk di teras rumah baru mereka, pemberian dari sang Kyai... Mereka duduk terpisah karena memang kursi yang ada diteras rumah adalah sepasang kursi yang dipisahkan oleh sebuah meja kecil yang indah... Karena suasana senyap cukup lama, dan sudah enam kali Hana berdehem, namun Sang Ustadz belum juga memulai pembicaraan. Akhirnya Hana mencoba untuk membuka pembicaraan, di hari pertama mereka berumah tangga, masih dalam suasana yang serba kaku dan serba "kikuk" itu...

"Mas.., tehnya enak tidak ya?" Tanya Hana lembut sambil menatap malu wajah suaminya yang sedang akan menyeruput teh buatan istrinya tersebut. Ditanya seperti itu, Ustadz tersedak kaget.. dan hampir-hampir menumpahkan gelas the yang sedang dipegangnya... Maklum, Ustadz tidak pernah disapa sedemikian lembut dan mesranya oleh seorang wanita... Dalam hati kecilnya, Hana tersenyum gemas atas sikap suaminya yang dari tadi "diaaaaaam" saja...

I.. Iya tehnya enak banget Hana,... e. e. terima kasih ya.".. Ujar Ustadz dengan gugup dan kaku. Hana tersenyum malu, dan suasana kembali senyap. "Kok diam saja sih Mas,... Bukannya sekarang kita kan sudah jadi suami istri Mas?" tanya Hana.

"Oh, i..i... iya ya Jawab Sang Ustadz malu-malu.." wajahnya sedikit memerah... "Bicara dong mas..." Kata Hana penuh harap.

Ustadz Fadli bingung, mau berbicara apa ya kepada istrinya tersebut. Ketika sedang lama berfikir, tiba-tiba matanya menatap ke atap teras dan dilihatnya di sana ada seekor cicak. Kemudian dengan tenang UStadz Fadli berkata kepada Hana, "ehm...Hana, itu di atas ada cicak ya..." Dengan singkat Hana menjawab, "Iya Mas..."..

Kemudian suasana kembali senyap..... Tak lama kemudian ada Delman melintas di jalanan di halaman rumah mereka. Ustadz Fadli kemudian berkata kembali, "ehm..Hana.., itu ada delman sedang melintas ya..." Kembali Hana menjawab dengan singkat, "Iya Mas..."

Suasana kembali senyap. Lalu dilihatnya dihalaman ada setangkai bunga yang baru mekar, Ustadz pun berkata kembali kepada istrinya, "ehm...Hana, itu ada bunga yang baru mekar," Hana kembali menjawab, "Iya mas.." Suasana kembali senyap. Tidak lama kemudian, ada seekor kupu-kupu, yang terbang diantara pepohonan di halaman mereka. Ustadz pun berkata, "Hana itu ada seekor kupu-kupu." Hana menjawab lagi masih dengan nada singkat, "Iya mas...".

Suasana kembali hening dan senyap....Kali ini senyap cukup lama. Diam-diam Ustadz Fadli berfikir keras, apa lagi yang akan dibicarakannya kepada istrinya tersebut. Belum lagi Ustadz Fadli menemukan bahan pembicaraan, di saat yang semakin hening seperti itu, Hana berdehem, "ehem...".  Dan krena agak sedikit kaget, Ustadz Fadli lalu tiba-tiba berkata lagi kepada istrinya, "Hana, itu di atas ada cicak ya..." Kemudian dengan bingung Hana bertanya, "Lho bukannya tadi sudah disebut Mas......" He.. he.. Sang Ustadz pun tersipu kecut menahan rasa malunya....  Maklum baru pertama....


Pesan :
Khusus bagi para bujangan, makanya dari sekarang dipersiapkan "bahan
pembicaraan" untuk ngobrol bersama sang istri... biar nanti tidak kehabisan bahan...



 

0 Comments:

Post a Comment