عَنْ كَعْبِ بْنِ عِيَاضٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ إِنَّمَا نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيثِ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ - رواه الترمذي
Dari Ka’ab bin Iyadh ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya setiap umat memiliki fitnah. Dan fitnah umatku adalah fitnah harta.” (HR. Turmudzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih gharib, kami mengetahuinya dari hadits Mu’awiyah bin Shaleh)
Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadits di atas, diantara hikmah-hikmahnya adalah sebagai berikut :
1. Bahwa setiap umat akan memiliki ujian dan cobaannya masing-masing. Jika dahulu Bani Isra’il diuji dengan “fitnah wanita” hingga kebanyakan mereka terperdaya, maka umat Nabi Muhammad SAW akan diuji dengan “fitnah harta”, dan ternyata tidak sedikit dari kita yang terperdaya dengan fitnah harta seperti ini. Peringatan Rasulullah SAW seperti ini adalah untuk menjadi pelajaran bagi kita semua, agar tidak terjerumus pada kehancuran dan kehinaan. Dalam sebuah hadits disebutkan :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ - رواه مسلم
Dari Abu Sa’id Al-Khudri Ra, bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya dunia itu adalah manis rasanya dan hijau (enak dipandang mata). Dan sesungguhnya Allah SWT menjadikan kalian khalifah di dalamnya, maka Allah SWT akan melihat pada amal kalian. Maka bertakwalah kamu dari fitnah dunia dan bertakwalah kamu dari rayuan wanita, karena sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa Bani Israil adalah dalam fitnah wanita.” (HR. Muslim)
2. Namun pada hakekatnya harta dan wanita (baca ; lawan jenis) adalah ujian dan cobaan bagi kita semua. Bahkan sebagian ulama mengatakan cobaan dan ujian itu tidak hanya terbatas pada harta dan wanita (baca ; lawan jenis), namun mencakup “5 Ta”, yaitu #1. Harta, #2. Tahta, #3. Wanita (lawan jenis), #4. Kata dan #5. Cinta. Kesemuanya merupakan ujian dan cobaan dari Allah SWT yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban-Nya. #1. Harta, #2. Tahta dan #3. Wanita adalah sesuatu yang sudah jelas dan banyak diketahui oleh kebanyakan kita. Sedangkan “#4. Kata” adalah bermakna eksistensi, pujian, pengakuan dan penghargaan. Karena pada hakekatnya setiap orang ingin eksistensinya diakui, ingin mendapatkan pujian, ingin mendapatkan pengakuan dan penghargaan. Adapun “#5. Cinta” adalah bahwa setiap manusia selalu menginginkan “dicintai”, disayangi dan “dielu-elukan” oleh semua orang. Semua orang ingin dicintai, dan semua orang tidak ingin dibenci. Oleh karenanya, banyak manusia yang mengejar “5 Ta” ini. Namun untuk mencapai itu semua, terkadang manusia meraihnya dengan menghalalkan segala cara; korupsi, menipu, menebar fitnah, memutarbalikkan fakta, membuat makar dan skenario, bahkan mengadu domba. Sebagai orang yang beriman, hendaknya kita semua berusaha menghindarkan diri dari sifat seperti itu. Karena orang yang tamak dan sangat ambisius terhadap dunia, bisa jadi akan sangat berbahaya dan akan merusak agamanya. Dalam sebuah riwayat disebutkan :
عَنْ ابْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ - رواه الترمذي وقَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Dari Ka’ab bin Malik ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dua ekor serigala lapar yang dilepaskan di tengah-tengah satu kawanan kambing tidaklah lebih jahat daripada seseorang yang berambisi terhadap harta dan jabatan. Ambisi itu akan merusak agamanya.” (HR. Turmudzi, ia berkata “Hadits ini Hasan Sahih”.)
3. Bahwa meraih dunia dengan cara yang tidak benar (baca ; bathil) adalah dilarang syariah, dan pelakunya akan mendapatkan “siksa” baik di dunia terlebih-lebih di akhirat. Terdapat kisah menarik yang bisa dipetik dan diambil pelajaran, perihal seorang “pejabat” di sebuah perusahaan ternama yang melakukan korupsi, dan Allah SWT membalasnya di dunia sebelum tentunya ia akan di siksa di akhirat kelak. Dikisahkan oleh seorang Ustadz yang juga sebagai seorang trainer, yaitu Utz. Jamil Azzaini, “Kisah ini berawal dari kehadiran saya memenuhi undangan perusahaan ternama untuk memberikan "pencerahan". Dalam kesempatan itu saya menyampaikan materi berkaitan dengan Hukum Kekekalan Energi. Saya katakan bahwa hukum itu dan semua agama menyatakan bahwa apapun yang kita lakukan pasti akan dibalas setimpal kepada kita di dunia. Bila kita mengeluarkan energi positif atau kebaikan, kita akan mendapat balasan berupa kebaikan pula. Begitu pula bila kita mengeluarkan enegri negatif atau keburukan, yang akan kita dapat adalah keburukan pula. Korupsi adalah perbuatan negatif. Di dunia para pelakunya pasti akan mendapatkan balasan berupakan keburukan pula. Keburukan dapat berupa musibah, penyakit, kehilangan harta benda, ketidakharmonisan rumah tangga, mendekam di penjara, tercoreng nama baiknya, kegelisahan, dan hal-hal negatif lainnya." jelas saya. Ketika sesi tanya jawab, salah seorang pimpinan di perusahaan itu mengkritik pedas pernyataan saya tadi. Walau saya sudah jelaskan dengan argumen-argumen ilmiah dan contoh-contoh dalam kehidupan, dia tetap tak yakin. Sampai kami berpisah, kami masih pada pendapat masing-masing. Tujuh bulan berlalu, sang pimpinan perusahaan itu tiba-tiba menelpon saya. "Pak Jamil, saya ingin bertemu Anda," pintanya. Karena penasaran, undangan dari beliu saya prioritaskan. Singkat kata, pada waktu dan tempat yang telah disepakati, kami bertemu. Rupanya beliau tiba lebih dulu. Dia tiba-tiba saja menyambut saya dengan pelukan erat. Cukup lama beliau memeluk saya. "Maafkan saya Pak Jamil. Maafkan saya," ucapnya sambil terisak dan terus memeluk saya. Karena masih bingung dengan kejadian ini, saya diam saja. Setelah kami duduk, beliau membuka percakapan. "Saya sekarang yakin dengan apa yang Pak Jamil dulu katakan. Kalau kita mengeluarkan energi positif, kita akan mendapat kebaikan. Jika kita mengeluarkan energi negatif, pasti kita akan mendapat keburukan," ujarnya. "Bagaiamana ceritanya, kok Bapak jadi yakin?" tanya saya penasaran. "Selama saya menjadi pimpinan di perusahaan itu, saya menerima uang yang bukan menjadi hak saya. Semuanya saya catat. Jumlahnya lima ratus dua puluh enam juta rupiah," katanya. Sembari menarik nafas panjang beliau melanjutkan bercerita. Kali ini tentang anaknya. "Anak saya bersekolah di Australia. Karena pengaruh pergaulan, dia terkena narkoba. Sudah saya obati dan sembuh. Namun, ketika liburan dia pergi ke Amerika dan Kanada. Tidak disangka, di sana dia bertemu temannya sesama pengguna narkoba ketika mereka berada di Australia. Anak saya sebenarnya menolak menggunakan narkoba lagi. Namun, dia dipaksa dan akhirnya anak saya kambuh lagi, bahkan semakin parah, Pak." Selama bercerita, beliau berkali-kali mengusap pipinya yang basah oleh air mata yang terus mengalir tak henti-henti. "Pak Jamil tahu berapa biaya pengotaban narkoba dan penyakit anak saya?' Tanpa menunggu jawaba saya, lelaki separuh baya itu berkara lirih, "Biayanya lima ratus dua puluh enam juta rupiah. Sama persis dengan uang kotor yang saya terima, Pak!" Beliau tertunduk dan menggeleng-gelengkan kepala disertai isak tangis yang makin keras. "Uang korupsi itu telah merusak anak saya, Pak. Saya menyesal. Saya bukan orang tua baik. Saya telah merusak anak saya, Pak!" Saya peluk erat lelaki itu. Saya biarkan airmatanya tumpah. Sesenggukannya berubah menjadi tangis sungguhan. Dengan terbata dia berkata, "Tak ada kata terlambat untuk bertaubat kan, Pak? Mengapa untuk sadar, saya harus menunggu anak saya menjadi korban? Saya telah merusak anak saya Pak... saya telah merusak anak saya..." (Dikutip dari buku Menyemai Impian Meraih Sukses Mulia, Jamil Azzaini hal 133 – 136).
4. Bahwa hakekat kehidupan dunia adalah ibarat tanaman atau ladang yang menghijau dan mengagumkan para petani, namun akhirnya semua akan menguning dan menjadi sirna. Perumpamaan ini Allah SWT firmankan dalam Al-Qur’an :
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي اْلأَمْوَالِ وَاْلأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرّاً ثُمَّ يَكُونُ حُطَاماً وَفِي اْلآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadid : 29)
5. Nah, oleh karenanya hendaknya kita semua tidak silau dengan kehidupan dunia yang terkadang menggoda dan mempesona. Apabila kita hendak meraih kehidupan dunia, maka raihlah karnuia Allah di dunia ini, baik itu harta, tahta, wanita (lawan jenis), kata dan juga cinta dengan cara dan jalan yang baik dan halal, agar benar-benar kita semua kelak akan mendapatkan jannah dan ridha-Nya. Dan jangan sampai, hanya karena mengejar fatamorgana dunia yang fana dan sementara ini, kita menempuh cara yang kotor dan tidak benar yang bahkan dapat mengakibatkan kita semua bisa terjerembab pada murka dan azab-Nya. Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia ini sebagai obsesi terbesar dalam hidup kami dan tujuan utama dalam langkah kami…
Wallahu A’lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag
Label: Tadabur Hadits
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)