Marhaban Ya Ramadhan

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-baqarah : 183 – 184)

Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari ayat di atas, diantara hikmah-hikmahnya adalah sebagai berikut :
1. Bahwa puasa merupakan kewajiban bagi setiap orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, kaya maupun miskin yang telah masuk dalam kategori mukallaf, yaitu pria yang telah baligh ataupun wanita yang telah haid, sehat, berakal dan muqim (tidak musafir). Kewajiban berpuasa kepada orang yang beriman ini sangat jelas tersurat dalam QS. Al-Baqarah : 183 di atas, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa…”. Bahkan puasa Ramadhan bukan hanya sebuah kewajiban, melainkan merupakan rukun Islam yang ke empat, dimana siapapun yang mengingkari kewajiban puasa Ramadhan, bisa dihukumi sebagai orang yang kafir atau ingkar dari agama Islam. Dalam sebuah hadits disebutkan :
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ - متفق عليه
Dari Abdullah bin Umar ra, dari ayahnya (Umar bin Khattab ra) bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu ditegakkan di atas lima perkara; mempersaksikan bahwasanya tiada ilah selain Allah SWT dan bahwasanya Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan.” (Muttafaqun Alaih)

2. Bahwa puasa Ramadhan diwajibkan oleh Allah SWT pada bulan Sya’ban tahun kedua hijriah. Ini berarti bahwa Rasulullah SAW berkesempatan untuk melaksanakan ibadah puasa Ramadhan sebanyak 9 kali. Dan sebelum adanya perintah untuk melaksankan ibadah puasa Ramadhan, Rasulullah SAW memerintahkan untuk berpuasa Asyura’. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan, “ketika sampai di Madinah, Rasulullah SAW mendapati orang Yahudi berpuasa pada Hari ‘Asyura, karena Allah telah menyelamatkan Nabi Musa pada hari itu. Nabi lalu bersabda, “Aku lebih berhak terhadap Nabi Musa.” Kemudian beliau berpuasa pada hari tersebut dan mengajak kaum muslimin untuk berpuasa juga”. Ketika diwajibkan puasa pada bulan Ramadhan, puasa ‘Asyura menjadi sunnah. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah, beliau mengatakan, “Bahwa Rasulullah memerintahkan untuk berpuasa pada Hari ‘Asyura sebelum diwajibkan puasa Ramadhan. Setelah puasa Ramadhan diwajibkan, maka bagi yang mau berpuasa asyura boleh berpuasa dan yang tidak mau boleh tidak berpuasa.” Dari Aisyah ra , beliau juga mengatakan, “Hari ‘Asyura adalah hari yang dipuasakan oleh orang-orang Quraisy di masa Jahiliyah. Ketika Islam datang, Rasulullah bersabda, ‘Barang siapa mau berpuasa, silahkan berpuasa; dan barang siapa tidak mau, silakan meninggalkannya.” (Hadits riwayat Muslim).

3. Demikian pentingnya puasa Ramadhan bagi setiap muslim, Allah SWT memberikan benefit dan pahala khusus bagi mereka yang berpuasa. Diantara bentuknya adalah bahwa Allah menyediakan satu pintu khusus di surga yang disebut dengan pintu Ar-Rayan, yang disediakan khusus bagi orang-orang yang berpuasa. Dalam sebuah riwayat disebutkan :
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي الْجَنَّةِ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابٍ فِيهَا بَابٌ يُسَمَّى الرَّيَّانَ لَا يَدْخُلُهُ إِلَّا الصَّائِمُونَ - رواه البخاري
Dari Sahal bin Saad ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Di surga ada delapan pintu. Salah satunya pintu surga disebut dengan Ar-Rayyan, yang tidak akan dimasuki kecuali oleh orang-orang yang berpuasa" (HR Bukhari)

4. Bersih diri, bersih hati, bersih rizki dan bersih investasi, merupakan kunci meraih kemuliaan bulan Ramadhan. Karena ternyata tidak sedikit orang yang melewati bulan Ramadhan, namun tidak ada perubahan berarti dalam kehidupannya. Sebab, bagaimana mungkin seseorang akan meraih kemuliaan di bulan Ramadhan, apabila dirinya masih “kotor”, hatinya masih mendengki, rizkinya masih syubhat bahkan haram dan investasinya masih ribawi. Allah SWT tidak akan menerima amalan seorang hamba kecuali yang baik-baik saja. Dalam sebuah riwayat disebutkan :
)عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ وَقَالَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ - رواه مسلم
Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ‘Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik dan Allah tidak akan menerima kecuali yang baik-baik. Dan sesungguhnya Allah SWT memerintahkan kepada kaum mu’minin sebagaimana yang Allah perintahkan kepada para Rasul utusan-Nya. Allah berfirman, ‘Wahai para Rasul, makanlah dari yang baik-baik dan berbuatlah amal shaleh, sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” Allah SWT juga berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman makanlah dari yang baik-baik yang telah Kami anugerahkan kepada kalian..” Kemudian Rasulullah SAW menceritakan tentang seorang laki-laki yang panjang perjalanannya, rambutnya masai dan pakaiannya lusuh kemudian ia menengadahkan tangannya ke atas seraya berdoa, ‘Ya Allah (terimalah ibadahku), Ya Allah (kabulkan permintaanku)’, sementara makanannya haram, pakaiannya haram, minumannya haram dan ia hidup dengan rizki yang haram. Maka bagiamakah orang yang seperti ini akan dikabulkan? (HR. Muslim)

5. Maka hendaknya kita mulai puasa Ramadhan kita di tahun 1432 H ini dengan kebersihan diri, kebersihan hati, kebersihan rizki dan kebersihan investasi.
  • a. Kebersihan diri relatif mudah dan telah banyak dilakukan oleh kaum muslimin, seperti menyambut Ramadhan dengan melakukan mandi besar, membersihkan kotoran-kotoran yang melekat di badan, menggunting kuku, mencukur bulu kemaluan (istihdad), mencabut bulu pada ketiak, dsb. Dalam sebuah riwayat, Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Fitrah (kebersihan) itu ada lima; khitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur kumis, menggunting kuku dan mencabut bulu di ketiak’ (HR. Bukhari)
  • b. Kebersihan hati dapat dilakukan dengan memperbanyak taubat kepada Allah SWT atas segala dosa dan khilaf, baik yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui. Tidak ada salahnya pula dengan saling meminta maaf kepada orang tua, saudara, handai tolan, tetangga, rekan kerja dsb, agar ketika memasuki bulan suci, hati kita pun telah suci pula.
  • c. Sedangkan kebersihan rizki artinya bahwa kita harus memastikan bahwa seluruh rizki yang dapatkan adalah rizki yang halal dan bersumber dari sumber-sumber yang halal pula. Kita harus memastikan bahwa setiap lembar uang yang kita terima, telah benar-benar kita yakini kehalalannya. Karena apabila rizki tidak halal, tentunya Allah SWT akan enggan menerima amal ibadah kita, sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas ‘Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik dan Allah tidak akan menerima kecuali dari yang baik-baik…’ (HR. Muslim)
  • d. Adapun kebersihan investasi, artinya bahwa di bulan Ramadhan yang suci ini, tidak seharusnya kaum muslimin masih berinteraksi dengan investasi, asuransi ataupun melakukan transaksi yang tidak sesuai dengan syar’i. Misalnya di bulan Ramadhan yang penuh ampunan, namun justru bermuamalah dengan riba di perbankan konvensional, berasuransi dengan asuransi konvensional, menggunakan kartu kredit konvensional, dsb. Penggunaan hal-hal haram seperti ini akan berdampak pada “tidak diterimanya” amalan dan doa kita, sebagaimana dijelaskan dalam hadits di atas; “…sementara makanannya haram, pakaiannya haram, minumannya haram dan ia hidup dengan rizki yang haram. Maka bagiamakah orang yang seperti ini akan dikabulkan? (HR. Muslim)

6. Oleh karenanya, patut bagi kita untuk berusaha semampu kita agar meraih kemuliaan di Ramadhan tahun ini. Karena bisa jadi, Ramadhan tahun 1432 H ini merupakan Ramadhan terakhir bagi kita. Tiada seorang pun di dunia ini yang mengetahui, apa yang akan terjadi esok hari? Dan bahkan tiada seorang pun yang tahu, di negeri mana ia nanti akan kembali (menghadap Allah SWT)? Allah SWT berfirman :
إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي اْلأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَداً وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman 34)

Wallahu A’lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag

0 Comments:

Post a Comment