Rehad 160. Dan Mendukung Kemungkaran Adalah Sebuah Kemungkaran

Rehad (Renungan Hadits) 160
Dan Mendukung Kemungkaran Adalah Sebuah Kemungkaran

عَنْ أَبِي الْأَسْوَدِ قَالَ قُطِعَ عَلَى أَهْلِ الْمَدِينَةِ بَعْثٌ فَاكْتُتِبْتُ فِيهِ، فَلَقِيتُ عِكْرِمَةَ فَأَخْبَرْتُهُ فَنَهَانِي أَشَدَّ النَّهْي،ِ ثُمَّ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ عَبَّاسٍ أَنَّ أُنَاسًا مِنْ الْمُسْلِمِينَ كَانُوا مَعَ الْمُشْرِكِينَ يُكَثِّرُونَ سَوَادَ الْمُشْرِكِينَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَيَأْتِي السَّهْمُ فَيُرْمَى فَيُصِيبُ أَحَدَهُمْ فَيَقْتُلُهُ أَوْ يَضْرِبُهُ فَيَقْتُلُه،ُ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى { إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمْ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ... } (رواه البخاري)
Dari Abul aswad ra berkata 'Ada sekelompok tentara dibentuk untuk menyerang penduduk Madinah (kaum muslimin) dan namaku diikutsertakan dalam daftar. Selanjutnya aku bertemu 'Ikrimah dan kusampaikan nasibku tersebut. Lantas dia melarangku secara serius kemudian mengatakan, Ibnu Abbas mengabariku bahwa beberapa orang muslimin ikut serta pasukan kaum musyrikin sekedar untuk menambah jumlah pasukan demi melawan Rasulullah Saw. Lantas sebagian mereka terkena anak panah sehingga meninggal, dan sebagian mereka terkena luka senjata sehingga tewas. Maka Allah Swt menurunkan ayat sebagai jawaban nasib mereka; "Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." QS. Annisa ; 97. (HR. Bukhari, hadits no. 6558)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa al-haq (kebenaran) dan al-bathil (kebatilan/kemungkaran) adalah dua hal yang tidak akan pernah bertemu dan menyatu selama-lamanya. Keduanya adalah bagaikan siang dan malam, atau ibarat utara dan selatan, atau juga seumpama cahaya (nur) dan kegelapan (dzulumat). Itulah sebabnya Allah Swt memisahkan sedemikan rupa antara keimanan dan kekufuran, bahwa keduanya adalah ibarat dua kutub yang saling bertentangan satu dengan yang lainnya.
2. Bahwa baik al-haq maupun al-bathil, keduanya memiliki pendukung dan pasukan  yang siap membela dan memperjuangkannya. Bahkan terkadang rela untuk mengorbankan harta, jiwa dan nyawanya. Tentu bagi pejuang dan pasukan kebenaran, adalah sebuah kemuliaan jika turut berperan untuk eksisnya sebuah nilai kebenaran. Karena berarti ia telah menapaki jalan yang benar, yang insya Allah akan mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki nan abadi dalam mihrab cinta Ilahi. Namun sebaliknya, pejuang dan pasukan kebathilan, mereka akan hina dan nestapa, sengasara nan abadi selamanya, dalam murka dari Sang Maha Kuasa.
3. Maka, jangan pernah sekalipun turut serta dalam barisan "pasukan kedzaliman", yang berbuat ingkar dan menebar mungkar, berbuat onar menghantam wahyu demi mendapat tenar. Karena, setitik dukungan membela  mungkar, kendatipun hanya sekedar, adalah samudra murka dari Yang Maha Benar. Dan kemungkaran apa lagi yg lebih besar dibandingkan dengan menista, menginjak dan menghina Kitab Suci yang setiap ayat-ayat-Nya menjadi pijakan dalam kehidupan dan menjadi dasar. Mendukung dan membela para penista adalah kesengsaraan besar, yang akan mengantarkannya masuk ke dalam siksa api neraka yg berkobar, dan kelak ia akan menyesal berada di dalam jurang neraka yang paling dasar.
4. Tidakkah kita mengambil hikmah dari semut dan cicak di zaman Nabi Ibrahim as. Semut mendapat ridha dan kasih sayang dari Allah, lantaran ia mendukung Nabi Ibrahim as dan berusaha membawa air kendatipun sangat sedikit, guna memadamkan api yg sedang berkobar. Sebaliknya, cicak mendapat murka dan cerca serta menjadi terhina lantaran meniup api agar semakin berkobar. Tidak penting seberapa besar pengaruh air yg dibawa oleh semut, atau tiupan angin oleh cicak, namun yang terpenting adalah bahwa sikap kita akan menentukan posisi dan dimana kita berada kelak; surga atau neraka.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

0 Comments:

Post a Comment