Rehad 177. Ketika Seorang Muslim Melakukan Safar
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 16.24Rehad (Renungan Hadits) 177
Ketika Seorang Muslim Melakukan Safar
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنْ الْعَذَاب،ِ يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ نَوْمَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَه،ُ فَإِذَا قَضَى أَحَدُكُمْ نَهْمَتَهُ مِنْ وَجْهِهِ فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Safar (perjalanan) itu adalah setengah dari siksaan, sebab dengan safar tersebut seseorang terhalang dari tidurnya, makannya dan minumnya. Oleh karena itu jika urusan kalian telah selesai (dalam musafir), maka hendaklah ia segera kembali kepada keluarganya." (HR. Muslim, hadits no 3554).
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa secara bahasa, musafir adalah isim fa’il (pelaku) dari kata safar atau berpergian. Atau musafir adalah seseorang yang pergi dari satu titik, ke titik lainnya. Sedangkan secara istilah, musafir adalah seseorang yang keluar dari negerinya untuk menuju ke suatu tempat tertentu yang perjalanan itu menempuh jarak tertentu. Dalam beberapa kitab fiqh disebutkan beberapa persyaratan agar seseorang disebut melakukan safar (musafir), yaitu ; (1) Keluar dari negrinya (kota atau wilayahnya). (2).
Memiliki tujuan tertentu. (3) Memiliki jarak tertentu. Jumhur ulama mengatakan bahwa jarak tertentu yang dikatakan sebagai musafir adalah 4 burud. Dan 4 (sekitar 89 km menurut Maliki atau 81 km menurut Syafii). (4). Tidak dalam rangka maksiat kepada Allah SWT.
2. Bahwa safar (perjalanan) sebagaimana ketentuan di atas, adalah rangkaian perjalanan yang dilakukan oleh seseorang yang dapat menyebabkan tidak terpenuhinya secara baik hak-hak seseorang, seperti hak istirahat, hak makan, dan hak minum seseorang. Bahkan aktivitas lainnya pun dapat terganggu, seperti pekerjaan dan kewajiban-kewajiban lainnya. Itulah sebabnya Nabi Saw bersabda dalam hadits di atas bahwa safar diibaratkan seperti bagian dari siksaan, karena ketidaknyamanan yg akan dirasakan oleh para musafir. Dan oleh karenanya, apabila hajat (tujuan) dalam safar tersebut telah terpenuhi, maka Nabi Saw menganjurkan para musafir untuk segera kembali kepada keluarganya.
3. Maka oleh karenanya, Islam memberikan banyak keringanan kepada para musafir, diantaranya adalah diperbolehkannya hal-hal sebagai berikut ;
#1. Menjama' dan mengqashar shalat.
#2. Tidak wajib shalat jumat, melainkan cukup dgn melaksanakan shalat dzuhur.
#3. Diperbolehkan tidak berpuasa Ramadhan, dan menggantinya di hari yang lain.
#4. Dianjurkan untuk tidak berpuasa sunnah dalam safar.
#5. Mengusap khuf atau sepatu semala tiga hari tiga malam.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 176. Dan Mereka Yang Selalu Istiqamahpun Akan Selalu Hadir Diantara Ummat
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 16.22Rehad (Renungan Hadits) 176
Dan Mereka Yang Selalu Istiqamahpun Akan Selalu Hadir Diantara Umat
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ (رواه مسلم)
Dari Tsauban ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Senantiasa akan ada segolongan dari ummatku yang selalu istiqamah tegak membela kebenaran. Orang-orang yang merendahkan mereka tidak akan pernah membahayakan mereka, hingga hari Kiamat terjadi dan mereka tetap akan seperti itu." (HR. Muslim, hadits no 3544)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa di tengah zaman yang diwarnai dengan hedonisme dan pragmatisme serta dihantam gelombang egoisme dan materialisme, ternyata di sana akan selalu ada sekelompok umat yang senantiasa istiqamah berdiri tegak membela kebenaran. Bagi mereka, haq adalah haq dan bathil adalah bathil, tanpa bias dan tanpa retorika serta tanpa pemutarbalikkan logika. Merekapun tiada gentar dan tiada pudar menghadapi fitnah, cacian, cercaan, hantaman serta celaan dari para pencela. Bagi mereka keridhaan Allah Swt adalah segalanya, puncak orientasinya dan obsesi terbesar dalam hidupnya.
2. Demikianlah kehendak Allah Swt yang akan selalu mengiringi dan mengawal perjalanan ummat Islam, hingga mengantarkan ummat ini kelak pada titik puncaknya, yaitu menjadi ummat yang mewarnai dunia dengan nilai-nilai keluhuran dan kemuliaan serta mengantarkan manusia pada tingkat kebaikan dan kebahagiaan hakiki dalam menapaki kehidupannya. Itulah esensi dari sabda Nabi Saw di atas, sekaligus menjadi penguat firman Allah Swt, "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. An-Nur : 55)
3. Maka alangkah mulianya, suatu pribadi atau suatu kelompok yang kemudian turut andil dalam memperjuangkan kehormatan ummat, serta isitqmah berada di atas kebenaran, kendatipun cacian, cercaan, fitnah, hantaman, dan segala bentuk kesewenangan menerpa dan menghantamnya. Ia tetap berdiri lantang membawa panji dan bendera Al-Qur'an, hingga ummat ini mendapatkan kemuliaan. Ya Rab... jadikanlah kami semua termasuk ke dalam golongan yang demikian, hingga kelak kami bertemu dengan-Mu sedangkan kami senantiasa istiqamah berada di jalan-Mu...
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 175. Dan Sekedar Menyingkirkan Duri Dari Jalan Pun, Membuahkan Ampunan
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 16.20Rehad (Renungan Hadits) 175
Dan Sekedar Menyingkirkan Duri Dari Jalan Pun, Membuahkan Ampunan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ فَأَخَّرَهُ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Suatu ketika ada seorang laki-laki yang sedang berjalan dan menemukan ranting berduri di tengah jalan. Lalu kemudian dia menyingkirkan ranting tersebut. Maka Allah Swt pun senang kepadanya lalu Allah mengampuni segala dosa-dosanya." (HR. Muslim, hadits no. 3538)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa setiap amalan yang dilakukan oleh seseorang, pasti akan mendapatkan balasan dari Allah Swt, sekecil apapun amalan tersebut. Allah Swt berfirman, "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar biji dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS. Az-Zalzalah : 7 - 8). Maka hendaknya setiap kita selalu berusaha melakukan segala amal kebaikan, sekecil apapun amalan tsb. Karena walaupun kecil pasti memiliki nilai yg mulia di sisi Allah Swt.
2. Seperti sabda Nabi Saw dalam hadits di atas, dimana ada seseorang yg sedang berjalan lalu ia menemukan ranting berduri yang melintang di tengah jalan. Lantas ia menyingkirkannya dengan maksud supaya tidak menghalangi atau mencelakai orang lain. Dan ternyata perbuatannya tersebut membuat Allah ridha tethadap dirinya dan iapun mendapatkan ampunan dosa dari Allah Swt. Masya Allah.. betapa indahnya beramal dalam Islam. Kendatipun kecil dan ringan, ternyata bisa membuahkan keridhaan Allah dan menyebabkannya mendapatkan ampunan.
3. Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa ada seorang wanita tua yg selalu membersihkan masjid dan memberikan wewangian sebelum tiba waktu shalat. Namun dalam beberapa hari Nabi Saw tidak melihatnya lalu beliau bertanya kepada sahabatnya, "dimanakah si ibu tsb?" Lalu mereka memberitahukannya bahwa ia sdh meninggal dunia, seolah mereka menganggap remeh ibu tsb. Maka Nabi Saw pun kecewa karena baru hari itu diberitahu perihal kematiannya. Lalu Nabi pergi ke kuburannya dan meshalatkannya. Masya Allah betapa suatu amalan kecil ternyata memiliki keutamaan yang sangat mulia.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 174. Menajamkan Niat Ikhlas Dalam Segala Aspek Kehidupan
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 16.19Rehad (Renungan Hadits) 174
Menajamkan Niat Ikhlas Dalam Segala Aspek Kehidupan
عن سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ (رواه مسلم)
Dari Sahl bin Hunaif ra, bahwa Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa yang mengharapkan mati syahid dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan mengangkatnya pada derajat para syuhada' meskipun ia meninggal dunia di atas tempat tidurnya." (HR. Muslim, hadits no 3523)
Hikmah Hadits ;
1. Niat memiliki peran yang sangat penting dalam amal ibadah yang dilakukan oleh sesorang. Karena niat yang ikhlas dan kesesuaian amalan dengan tuntunan syariat, merupakan syurut qubulil ibadah (syarat diterimanya ibadah) oleh Allah Swt. Sebaliknya tanpa didasari dengan niat yang ikhlas, maka ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah Swt, kendatipun bagusnya amal ibadah tersebut.
2. Bahwa niat yang baik untuk mendapatkan sesuatu yang baik, seperti keinginan kuat untuk mendapatkan mati syahid (sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas) yang dibuktikan dengan selalu berdoa kepada Allah Swt agar mendapatkannya suatu kelak nanti, insya Allah ia akan mendapatkan pahala mati syahid sebagaimana yg ia cita2kan meskipun ia meninggal dunia di tempat tidurnya. Demikianlah dahsyatnya peranan niat dalam segala aspek kehidupan. Karena niat adalah energi dasar dalam segala amal perbuatan yang akan menentukan "kesudahan" dari amal perbuatan tersebut. Maka oleh karenanya hendaknya setiap kita selalu berusaha menajamkan niatnya dalam segala amal shaleh. Karena kalau sudah dibulatkan niatnya, insya Allah kita akan mendapatkan pahala niatan tersebut, kendatipun belum sempat untuk mengamalkannya.
3. Menguatkan hadits di atas, dalam riwayat lain disebutkan, dari Jabir dia berkata."Kami pernah ikut berperang bersama Nabi Saw dalam suatu peperangan, ketika itu beliau bersabda, "Sesungguhnya ada beberapa orang di Madinah yang mereka tidak ikut serta dalam peperangan ini (bersama kita), namun jika kalian pergi berperang melewati suatu lembah, mereka tetap turut bersama-sama kalian (dalam pahala), namun mereka sekarang terhalang (tidak bisa ikut berperang) karena sedang sakit." (HR. Muslim, hadits no 3534). Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang2 yang senantiasa selalu menajamkan niat ikhlasnya dalam rangka melaksanakan amal kebajikan, dan mudah2an kita semua masuk ke dalam golongan orang2 yang ikhlaas... Amiin Ya Rabbal Alamiin.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 173. Keutamaan Mempersiapkan Perbekalan Orang Yang Berjuang Di Jalan Allah Swt
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 16.17Rehad (Renungan Hadits) 173
Keutamaan Mempersiapkan Perbekalan Orang Yang Berjuang Di Jalan Allah Swt
عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَدْ غَزَا، وَمَنْ خَلَفَهُ فِي أَهْلِهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا (رواه مسلم)
Dari Zaid bin Khalid Al Juhani ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa yang menpersiapkan perlengkapan bagi orang yang akan berjuang di jalan Allah, maka sungfuh berarti ia telah ikut berjuang. Barangsiapa yang mengurusi keluarga yang ditinggalkan orang yang pergi berjuang di jalan Allah Swt, maka berarti dia telah ikut berjuang di jalan Allah Swt." (HR. Muslim, hadits no 3511)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa berjuang menegakkan agama Allah Swt memiliki keutamaan yang sangat besar dan sangat mulia, yaitu orang yang berjuang menegakkan agama Allah Swt akan mendapatkan ampunan dari segala dosa dan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukannya, dan ia pun kelak juga akan ditempatkan di dalam surga yang ditinggikan 100 derajat dibandingkan dengan yang lainnya, dimana antara derajat satu dgn yg lainnya adalah setinggi langit dan bumi.
2. Namum yang juga perlu digarisbawahi adalah bahwa berjuang menegakkan agama Allah sifatnya luas dan universal mencakup segala aspek dan segala sisinya, bukan hanya berjuang dalam artian berjihad dalam kancah peperangan dan atau pertempuran semata. Dalam konteks luasnya cakupan berjuang di jalan Allah Swt, Syekh Abdullah Nasih Ulwan, membaginya menjadi 5 bagian ;
#1). Sektor Pendidikan, yaitu dengan memiliki prestasi yang baik di bidang akademik serta menebarkan manfaat keilmuannya bagi umat. Dan bukankah menuntut ilmu serta mengajarkannya kepada orang lain adalah fardhu ain bagi setiap muslim dan muslimah?
#2). Sektor Ekonomi, yaitu dengan membangum kekuatan ekonomi umat, dari umat oleh umat dan untuk umat agar kesejahteraan umat menjadi semakin baik.
#3). Sektor Politik, yaitu dengan memperjuangkan aspirasi umat sesuai ajaran Al-Qur'an dan Sunnah dalan kebijakan dan perundangan. Sehingga kemaslahatan akan terwujud bagi umat.
#4). Sektor Arahan & Bimbingan Masyarakat, yaitu dengan pengajian, kajian, konsultasi syariah dan problem solving bagi umat.
#5). Sektor Pertahanan, yaitu pembelaan terhadap dinul Islam dari sisi kekuatan pertahanan dan keamananan, agar kebebasan menjalankan ajaran agama Allah dapat terwujid dengan baik.
3. Bahwa berdasarkan hadits di atas, mempersiapkan segala hal dalam rangka memperjuangkan agama di jalan Allah Swt adalah akan mendapatkan pahala dan keutamaa yang sama persis dengan orang yang berjuang di jalan Allah Swt. Termasuk juga memperhatikan keluarga para pejuang di jalan Allah, dengan memenuhi kebutuhan dan keperluan mereka, juga akan mendapatkan keutamaan seperti para pejuang di jalan Allah Swt. Masya Allah... begitu mulianya orang-orang yang turut serta berperan dalam rangka membela agama Allah Swt, bahwa mereka akan mendapatkan segala keutamaan yg didapatkan para pejuang di jalan Allah, yaitu mendapatkan ampunan Allah atas segala dosa dan kesalahannya, ditempatkan di dalam surga dengan 100 derajat lebih tinggi dari para penghuni surga lainnya serta keridhaan dari Allah Swt.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad