Rehad (Renungan Hadits) 239
Kekuatan Jiwa Seorang Mu'min
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah raa berkata, "bahwa Rasulullah Saw bersabda, 'Seorang mu'min yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Swt daripada mu'min yang lemah. Pada masing-masing dari keduanya terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan; 'Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu'. Tetapi katakanlah; 'lni sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata 'law' (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan syaitan." (HR. Muslim, hadits no 4816)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa "keimanan" merupakan sumber kekuatan bagi setiap orang yang beriman. Karena iman merupakan energy yang dengannya akan membangkitkan semangat, memunculkan harapan, memberikan inspirasi, menumbuhkan imunitas, dan menguatkan jiwa. Oleh karenanya, sejatinya iman menjadikan seseorang semakin kuat, dan bukan menjadikannya lemah. Itulah sebabnya, "seorang mu'min" yang "kuat", adalah menjadi penyebab datangnya kebaikan dan kecintaan Allah Swt bagi dirinya.
2. Kekuatan sebagaimana yang dimaksud dalam hadits di atas, dapat mencakup berbagai dimensi ;
#1. Al-Quwwah An-Nafsiyah, yaitu kekuatan jiwa dalam artian seorang mu'min seharusnya memiliki mental yang kuat, tidak mudah putus asa, tidak mudah patah semangat, dan selalu optimis serta berposotif thinking.
#2. Al-Quwwah Al-Jasadiyah yaitu kekuatan fisik dalam artian sejatinya seorang mu'min memiliki fisik yang sehat dan kuat, tidak lemah dan tidak mudah lelah. Diriwayatkan bahwa Nabi Saw memiliki fisik yang kuat, yang bahkan ketika para sahabat kesulitan memecahkam batu yang menjadi penghalang ketika membuat parit dalam perang Khandak, maka Nabi Saw yang kemudian memecahkan batu besar tsb dengan tangan beliau.
#3. Al-Quwwah Al-Aqliyah, yaitu kekuatan akal dalam artinya seharusnya setiap muslim memiliki kecerdasan dan kaya dengan ilmu pengetahuan. Karena salah satu konsekwensi iman adalah menuntut ilmu, bahkan wahyu pertama yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Saw adalah perintah utk membaca. Sedangkan membaca merupakan sarana paling efektif dalam menuntut ilmu.
#4. Al-Quwwah Al-Maliyah, yaitu kekuatan finansial, dalam artian seorang muslim idealnya adalah orang yang memiliki kemampual finansial yang cukup, kehadirannya memberikan kontribusi finansial bagi orang lain. Dengan kata lain, seorang muslim idealnya menjadi "muzakki", karena tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
3. Salah satu wujud dari kekuatan jiwa seorang mu'min adalah tidak mudah mengucap kata "andai' atau 'seandainya'. Karena kata-kata seperti itu menggambarkan lemahnya jiwa, khususnya ketika kata tsb diucapkan pada saat terjadinya sesuatu yg tidak diharapkan. Karena seorang mu'min adalah orang yg selalu berpositf thinking (husnudzan) kepada Allah. Apa yang Allah takdirkan, adalah yang terbaik dan paling tepat bagi dirinya. Mudah2an Allah Swt anugerahkan kita kekuatan sebagaimana dimaksud dalam hadits di atas yang oleh karenanya menjadikan kita layak utk mendapatkan cinta Allah Swt. Amiiiin Ya Rabbal Alamiiin.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 238. Hati Insan Diantara Ketaatan dan Kemaksiatan
1 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 07.13Rehad (Renungan Hadits) 238
Hati Insan; Diantara Ketaatan dan Kemaksiatan
عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ (رواه مسلم)
Dari Abdullah bin 'Amru bin Ash ra berkata, bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya hati anak cucu Adam (semua manusia) itu berada di antara dua jari Allah Yang Maha Rahman. Allah Subhanahhu wa Ta'ala akan memalingkan hati siapa saja menurut kehendak-Nya." Kemudian Rasulullah Saw berdoa, 'Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu." (HR. Muslim, hadits no 4798)
Hikmah Hadits ;
1. Hati setiap manusia berada diantara dua pilihan ; berada di jalan ketaatan atau berada dalam jalan kemaksiatan. Terkadang hati merasa nyaman dan senang dalam ketaatan kepada Allah Swt, bahkan terasa "hampa" bila sejengkal saja jauh dari-Nya. Namun terkadang juga hati larut dalam kealpaan, tenggelam dalam jurang kemaksiatan, dan terkubur dalam hawa nafsu yang mengekang. Itulah kondisi hati manusia, yang bahkan dalam riwayat lain digambarkan sebagai berukut ; Fitnah akan dipaparkan pada hati manusia bagaikan tikar yang diurai sehelai demi sehelai. Mana pun hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana pun hati yang tidak dihinggapinya, maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti bekas tembaga berkarat, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali sesuatu yang diserap oleh hawa nafsunya." (HR. Muslim, no 207)
2. Maka bisa jadi, ada seseorang yang hidup sekian lama dalam ketaatan kepada Allah Swt, namun pada akhirnya ia justru jauh dari Allah, na'udzubillah min dzalik. Sebaliknya, ada juga seseorang yang sekian lama hidup jauh dari Allah, bergelimang dengan kemaksiatan, namun pada akhirnya justru ia dekat dan kembali pada Allah. Kondisi tersebut tertuang dalam riwayat sbb ;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ الزَّمَنَ الطَّوِيلَ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ ثُمَّ يُخْتَمُ لَهُ عَمَلُهُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ الزَّمَنَ الطَّوِيلَ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ ثُمَّ يُخْتَمُ لَهُ عَمَلُهُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda "Ada seseorang yang mengamalkan amalan ahli surga pada waktu yang sangat lama, lalu ia menutup akhir hidupnya dengan amalan ahli neraka. Ada pula seseorang yang mengerjakan amalan ahli neraka pada waktu yang sangat lama, namun kemudian ia menutup akhir hidupnya dengan amalan ahli surga. (HR. Muslim, no 4791).
3. Itulah maknanya bahwa hati setiap insan berada diantara dua jari Allah yang Maha Rahman, karena setiap orang tidak mengetahui bagaiamana akhir dan kesudahan dalam kehidupannya. Apakah berarkhir dalam ketaatan, ataukah dalam kemaksiatan. Maka, supaya hati tetap dalam ketaatan kepada Allah, hendaknya setiap kita senantiasa berusaha untuk selalu istiqamah dalam kebaikan, bermulazamah bersama para mukhlashin (orang-orang yang ikhlas), serta memperbanyak doa sebagaimana yg diajarkan Nabi Saw ;
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِك
Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu."
Mudah2an kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang hatinya senantiasa istiqamah dalam ketaatan kepada Allah Swt, hingga kelak Allah Swt memanggil kita dalam kondisi husnul khatimah.
Amiiin Ya Rabbal Alamiiin
Wallahu A'lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 237. Ketika Kebaikan Seseorang Mendapatkan Pujian
1 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 07.12Rehad (Renungan Hadit) 237
Ketika Kebaikan Seseorang Mendapatkan Pujian
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ الْعَمَلَ مِنْ الْخَيْرِ وَيَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ قَالَ تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِن (رواه مسلم)
Dari Abu Dzar ra berkata, bahwa Rasulullah Saw pernah ditanya, 'Bagaimana menurut anda tentang seseorang yang beramal kebaikan lalu orang-orang pun memujinya? ' Beliau menjawab: "Itulah kabar gembira yang disegerakan bagi seorang Mukmin." (HR. Muslim, hadits no 4780)
Hikmah Hadits ;
1. Pada dasarnya seorang muslim ketika melakukan suatu perbuatan kebajikan atau melakukan amal shaleh, niatan dan tujuannya semata-mata adalah untuk mendapatkan pahala dan keridhaan dari Allah Swt semata. Dan bahwasanya hanya amalan yang diniatkan untuk mendapatkan pahala dan keridhaan dari Allah Swt lah yang kelak akan memiliki nilai mulia berupa balasan kebaikan di akhirat, sekecil apapun amal perbuatannya tersebut. Allah Swt berfirman ;
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (QS.Az-Zalzalah : 7)
2. Namun tidak jarang ketika seseorang kontinou dalam melaksanakan amal shaleh, selalu berbuat kebajikan, istiqamah dalam perbuatan ihsan, yang kesemuanya semata-mata didedikasikan hanya untuk mendapatkan pahala dan keridhaan dari Allah Swt, ia juga mendapatkan pujian dan sanjungan dari orang lain karena kebaikannya tersebut. Dan hal ini lah yang dikhawatirkan oleh setiap muslim akan berpotensi "mengganggu" balasan pahala dari Allah Swt kelak di akhirat, lantaran adanya pujian dari manusia. Sehingga salah seorang sahabat Nabi Saw yaitu Abu Dzar menanyakannya kepada Rasulullah Saw. Menanggapi hal tersebut, maka Nabi Saw justru bersabda, 'Itulah kabar gembira yang disegerakan Allah Swt bagi seorang mukmin.' Artinya bahwa hal tersebut tidaklah menjadi masalah, selama niatan amal perbuatannya tersebut adalah ikhlas semata-mata mengharap keridhaan Allah Swt, dan salah satu bentuk keridhaan Allah Swt yang Allah Swt segerakan di dunia adalah dengan memberikan 'pujian' kepadanya melalui lisan manusia yang senang dengan amal shaleh dan perbuatan baiknya.
3. Pentingnya beramal shaleh semata-mata bertujuan mendapatkan keridhaan Allah Swt. Karena selain kelak akan mendapatkan pahala dari Allah, manusia pun juga akan senang bahkan turut memujinya. Sebaliknya jangan sampai kita melakukan perbuatan kebajikan namun niatannya adalah semata2 ingin mendapatkan pujian manusia, karena bisa jadi hal tersebut akan mendatangkan kemurkaan Allah Swt. Nabi Saw bersabda,
مَنْ الْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنْ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ
Barangsiapa yang mencari keridlaan Allah sekalipun mendatangkan kebencian manusia, maka Allah akan mencukupkannya dari manusia. Dan barangsiapa yang mencari keridlaan manusia dengan mendatangkan kemurkaan dari Allah, maka Allah akan menjadikan kemurkaan-Nya pada kemurkaan manusia. (HR. Tirmidzi, no 2338)
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 236. Antara Teman Yang Baik Dengan Teman Yang Buruk
1 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 07.10Rehad (Renungan Hadits) 236
Antara Teman Yang Baik Dengan Teman Yang Buruk
عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً (رواه مسلم)
Dari Abu Musa ra, bajwa Nabi Saw bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan teman dekat yang baik dan teman dekat yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Seorang penjual minyak wangi terkadang mengoleskan wanginya kepada kamu dan terkadang kamu membelinya sebagian atau kamu dapat mencium semerbak harumnya minyak wangi itu. Sementara tukang pandai besi adakalanya ia membakar pakaian kamu ataupun kamu akan menciumi baunya yang tidak sedap." (HR. Muslim, hadits no 4762)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa dalan kehidupan, selalu ada dua sisi yang selalu berlawanan dan bertentangan, yang keduanya tiada akan pernah berpadu, yaitu sisi gelap dan sisi terang, atau sisi batil dan haq, serta sisi baik dan sisi buruk. Demikian juga halnya dengan ikatan pertemenan dan ukhuwah; selalu ada seorang sahabat atau teman yang baik dan juga ada sahabat dan teman yang buruk. Baik teman yang baik maupun teman yang buruk, keduanya selalu ada di sekitar kita dalam setiap kehidupan kita. Pilihan untuk berteman dan menjadikannya sebagai sahabat setia atau guna menjadi mitra dala merajut tali ukhuwah, semuanya ada pada kita.
2. Maka ada baiknya kita berhati-hati dan teliti dalam memilih teman, karena "agama" seseorang adalah sangat bergantung pada teman dan sahabat pergaulannya. Jika baik teman dan pergaulannya maka insya Allah akan baik pula agamanya. Sebaliknya jika buruk temannya, maka akan menjadi buruk pula agamanya. Hal ini senagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits ;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ (رواه أبو داود)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seseorang itu bergantung pada agama teman gaulnya, maka hendaklah salah seorang diantara kalian melihat dengan siapa yang menjadi teman gaulnya." (HR. Abu Daud, no 4193)
3. Bahwa indikator kebaikan seorang teman, bukan hanya diukur dari betapa baiknya seorang dalam perhatian maupun pemberian yg diberikannya kepada kita. Namun indikator kebaikannya adalah seberapa jauh ia bisa mengantarkan kita menjadi lebih dekat dengan Allah Swt; menjadikan kita lebih rajin beribadah serta menjadikan kita semakin terhindar dari perbuatan dosa dan maksiat. Itulah sebabnya, Nabi Saw memberikan perumpamaannya seperti berteman dengan penjual minyak; wangi dimana kita akan selalu merasakan aroma keharuman wanginya, bahkan terkadang dioleskan sebagian minyak wanginya ke diri kita.
4. Sebaliknya teman yang buruk, indikatornya adalah teman yang justru semakin menjauhkan kita dari Allah, menarik kita dalam lembah cinta dunia dan kemaksiatan, membuat kita lalai dari ibadah, menjadikan kita "berani" mencoba-coba yang haram, serta menyeret kita pada kemurkaan Allah Swt. Itulah sebabnya, Nabi Saw memgumpamakannya seperti berada bersama dgn tukang besi, yang selalu meniup api guna membakar besinya; udara panas dan percikan api selalu menjadi kesehariannya, yang terkadang hawa panasnya, aroma keringatnya yang tidak sedap serta bahkam percikan apinya dapat saja mengenai dan membakar kita. Maka, mari kita selektif dalam memilih teman dan sahabat, agar kita bisa mendapatkan kebaikannya seperti kebaikan minyak wangi yang harum dan mengharumkan kita serta mengantarkan kita pada keridhaan Allah Swt.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 235. Dan Setiap Senyuman Pun Akan Berbuah Pahala
1 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 07.09Rehad (Renungan Hadits) 235
Dan Setiap Senyuman Pun Akan Berbuah Pahala
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ (رواه مسلم)
Dari Abu Dzar ra berkata, bahwa Nabi Saw bersabda kepadaku, "Janganlah kamu menganggap remeh perbuatan baik sedikitpun, mrskipun hanya menampilkan wajah ceria kepada saudaramu (sesama muslim) ketika bertemu.' (HR. Muslim, hadits no 4760)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa perbuatan kebaikan (baca ; amal shaleh) itu sangat luas jangkauannya dan sangat variatif ragamnya. Dan tidak semua perbuatan kebaikan itu berat atau sulit untuk dilakukan. Bahkan kebanyakan amal shaleh itu justru sangat mudah dan amat ringan untuk dilamalkan, salah satunya adalah 'menampilkan wajah ceria, atau memberikan senyuman terhadap saudara sesama muslim, sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas. Dan ternyata sekedar memberikan senyuman saja, keutamannya adalah akan mendatangkan pahala seperti bersedekah. Subhanallah, betapa mulianya ajaran Rasulullah Saw.
2. Bahkan dalam riwayat lainnya, yaitu riwayat Imam Tirmudzi, Nabi Saw menggambarkannya dengan bahasa ( تبسمك ) yang artinya, "senyumanmu", yaitu riwayat berikut ;
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَة... (رواه الترمذي)
Sari Abu Dzarr ra berkata; Rasulullah Saw bersabda, "Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah bagimu.." (HR. Tirmidzi, hadits no 1879). Dan Nabi Saw pun dalam banyak riwayat digambarkan bahwa beliau selalu tersenyum. Dalam sebuah kesempatan, Abdullah bin Mas'ud ra berkata,
فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ
Sungguh aku melihat Rasulullah Saw tersenyum hingga gigi geraham beliau terlihat'.(HR. Muslim, hadits no 273). Dalam riwayat lainnya juga disebutkan, Dari Jarir bin Abdillah ra, berkata, “bahwa Rasulullah Saw tidak pernah melarangku untuk menemui beliau sejak aku masuk Islam, dan beliau tidak pernah memandangku kecuali dalam keadaan tersenyum di hadapanku.' (HR. Muslim)
3. Ada hal yang perlu menjadi catatan kita terkait dengan masalah senyuman, yaitu ;
#1. Bahwa meskipun kita dianjurkan untuk selalu tersenyum, namun sesungguhnya kita juga dilarang untuk tertawa hingga terbahak-bahak. Dan Nabi Saw sendiri tidak pernah tertawa hingga terbahak-bahak. Dalam riwayat disebutkan ; Dari Aisyah isteri Nabi Saw, bahwa ia berkata, "Saya tidak pernah melihat Rasulullah Saw tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan tenggorokan beliau, karena biasanya beliau hanya tersenyum." (HR. Muslim, no 1497). Karena tertawa terbahak-bahak berpotensi matikan hati, sebagaimana sabda beliau,
وَلَا تُكْثِرْ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْب
"Dan janganlah engkau banyak tertawa, karena banyak tertawa itu akan mematikan hati." (HR. Tirmidzi, hadits no 2227).
#2. Hendaknya setiap senyuman dilakukan adalah ikhlas semata-mata mengharap keridhaan Allah Swt dan mengamalkan sunnah Rasulullah Saw. Jangan sampai misalnya, kita tersenyum hanya untuk sekedar menebar pesona, atau untuk menggoda lawan jenis, atau hanya karena SOP dalam pekerjaan semata yang menuntut kita "harus" tersenyum terhadap customer misalnya. Namun senyuman hendaknya dari hati, ikhlas karena Allah dan mengamalkan sunnah Rasulullah Saw. Dan insya Allah, senyuman seperti inilah yang akan berbuah pahala seperti bersedekah.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 234. Jangan Tertipu Pesona Tampilan Lahiriyah
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 07.08Rehad (Renungan Hadits) 234
Jangan Tertipu Pesona Tampilan Lahiriyah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رُبَّ أَشْعَثَ مَدْفُوعٍ بِالْأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Berapa banyak orang yang rambutnya kusut, tampak dihinakan dan di usir oleh orang-orang, namun apabila dia berdo'a kepada Allah, pasti Allah akan mengambulkannya." (HR. Muslim, hadits no 4754)
Hikmah Hadits ;
1. Anjuran utk tidak memandang seseorang dari tampilan lahiriyahnya saja. Karena betapa banyak orang yang tampilan lahiriyahnya mempesona, kata-katanya seolah membangkitkan asa, visi dan pengetahuannya seakan menghentak dada, goresan penanya menyihir mata, namun ternyata bathiniyahnya porak poranda. Sebaliknya betapa banyak orang yang tampilan lahiriyahnya sangat sederhana, namun ternyata hatinya penuh iman dan taqwa, yang apabila ia berdoa, Allah Swt pasti mengijabah segala doanya. Dalam riwayat disebutkan, dari Sahl ra berkata, Ada seorang laki-laki lewat di hadapan Rasulullah Saw, maka beliau pun bertanya kepada para sahabat, "Bagaimana pendapat kalian mengenai orang ini?" Mereka menjawab, "Ia begitu berwibawa. Bila ia meminang pasti diterima, dan bila memberi perlindungan pasti akan dipenuhi, dan bila ia berbicara, niscaya akan didengarkan." Beliau kemudian terdiam, kemudian lewatlah seorang laki-laki dari fuqara` kaum muslimin, dan beliau pun bertanya lagi, "Lalu bagaimanakah pendapat kalian terhadap orang ini?" mereka menjawab, "Ia pantas bila meminang untuk ditolak, jika memberi perlindungan tak akan digubris, dan bila berbicara niscaya ia tidak didengarkan." Maka Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya orang ini lebih baik daripada seluruh kekayaan dunia yang seperti ini. (HR. Bukhari, hadits no 4701)
2. Karena Allah Swt Maha Adil dan Maha Bijaksana, Allah tidak memandang seseorang dari pintarnya ia bermain kata, atau dari pesona tampilan fisiknya, atau dari harta dalam aset kekayaannya. Namun Allah Swt hanya memandang seseorang dari kemuliaan hatinya yang terhiasi dengan iman dan taqwa. Nabi Saw bersabda,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian." (HR. Muslim, no 4651)
3. Maka betapa bahagianya seseorang yang hidupnya sederhana, tutur katanya juga sederhana, ilmunya juga mungkin sederhana, namun ia memiliki tingkat keikhlasan yang sangat luar biasa, sehingga amal shalenya jauh melebihi tampilan fisiknya, keindahan hatinya jauh mengungguli keindahan wajahnya dan sentuhan kalimat dalam hatinya jauh menandungi kata-kata yang keluar dari lisannya. Orang yang seperti inilah bisa jadi merupakan orang-orang yg dicintai Allah Swt, yang meskipun tidak banyak dikenal oleh penduduk bumi, namun ia sangat di kenal oleh penduduk langit, yaitu oleh para malaikat yang suci dan mulia. Nabi Saw bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْأَبْرَارَ الْأَتْقِيَاءَ الْأَخْفِيَاءَ الَّذِينَ إِذَا غَابُوا لَمْ يُفْتَقَدُوا وَإِنْ حَضَرُوا لَمْ يُدْعَوْا وَلَمْ يُعْرَفُوا قُلُوبُهُمْ مَصَابِيحُ الْهُدَى يَخْرُجُونَ مِنْ كُلِّ غَبْرَاءَ مُظْلِمَةٍ
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang baik lagi bertakwa dan tidak dikenal, yaitu orang-orang yang apabila menghilang maka mereka tidak dicari-cari, dan jika mereka hadir maka mereka tidak di kenal, hati mereka ibarat lentera-lentera petunjuk yang muncul dari setiap bumi yang gelap." (HR. Ibnu Majah, no 3979). Ya Allah jadikanlah hati-hati kami menjadi hati yang yang memiliki pesona iman dan taqwa, yang keindahannya dapat memikat para Malaikat dan menjadi penyebab datangnya rahmat dan pembawa syafaat... Amiin Ya Rabbal Alamiiin.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 233. Sekedar Menyingkirkan Duri Dari Jalanan Akan Membuahkan Ampunan
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 07.07Rehad (Renungan Hadits) 233
Sekedar Menyingkirkan Duri Dari Jalanan, Akan Membuahkan Ampunan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ فَأَخَّرَهُ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Ketika ada seorang lelaki tengah berjalan di suatu jalan dan ia mendapati batang kayu yang berduri dijalan tersebut, lalu ia mengambil dan membuangnya. Maka Allah 'azza wajalla berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya." (HR. Muslim, hadits no 4743)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa ladang amal shaleh sangatlah luas, tidak hanya mencakup aspek ibadah secara langsung kepada Allah Swt. Namun segala perbuatan yang mendatangkan kebaikan untuk orang lain, atau menghindarkan bahaya dan mudharat bagi orang lain, ternyata juga termasuk amal shaleh yang medatangkan pahala dari Allah Swt, termasuk diantaranya menyingkirkan kayu berduri dari jalanan supaya orang lain yang melawati jalan tersebut tidak terganggu karenanya, adalah merupakan amal shaleh yang bahkan dapat membuahkan ampunan dari Allah Swt, sebagaimana digambarkan dalam hasits di atas.
2. Meskipun terlihat remeh dan kecil, namun menyingkirkan duri dari jalanan yernyata mendatangkan pahala yang begitu besarnya; yaitu ampunan Allah Swt. Maka untuk menggapai ampunan dari Allah, selain utamanya adalah dengan istighfar, amalan-amalan sosial juga bisa menjadi penyebab datangnya ampuman Allah Swt. Bahkan dalam riwayat lainnya disebutkan, bahwa menyingkirkan duri dari jalanan adalah salah satu cabang dari cabang-cabang keimanan kepada Allah Swt. Nabi Saw bersabda ;
الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ (رواه مسلم)
"Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh tiga sampai enam puluh sembilan cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan, LAA ILAAHA ILLALLAHU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalanan. Dan malu itu adalah sebagian dari iman." (HR. Muslim, hadits no 51).
3. Maka jika kita ingin menjadi seorang hamba yang beriman, dengan iman yang sebaik-baiknya, maka hendaknya kita juga mengiringi ibadah yang kita lakukan dengan amal shaleh berupa amal sosial yang mendatangkan manfaat bagi orang lain dan atau dengan perbuatan yang dapat menghindarkan kemudharatan (bahaya) bagi orang lain. Dalam riwayat disebutkan bahwa Nabi Saw bersabda;
خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ (رواه أحمد)
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang dinanti-nanti kebaikannya dan (orang lain) merasa aman dari kejelekannya. Dan sejelek-jelek kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan (orang lain) tidak merasa aman dari keburukannya." (HR. Ahmad, no 8456)
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad