Rehad 067. Besarnya Dosa Orang Yang Mengadu Domba
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 17.08Rehad (Renungan Hadits) 67
Besarnya Dosa Orang Yang Mengadu Domba
عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَجُلًا يَنُمُّ الْحَدِيث،َ فَقَالَ حُذَيْفَةُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ (رواه مسلم)
Dari Hudzaifah ra telah disampaikan kepadanya bahwa ada seorang laki-laki yang mengadu domba suatu pembicaraan, maka Hudzaifah berkata, "Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba'." (HR. Muslim, hadits no 151)
Hikmah Hadits :
1. Dalam Islam, ada perbuatan2 yang bertentangan dengan konsekwensi dan prinsip-prinsip dasar keimanan, yang apabila dilakukan akan menyebabkan pelakunya dianggap "keluar" dari prinsip keimanan, atau bahkan diharamkan dari mendapatkan nikmat surga. Diantara perbuatan tersebut adalah namimah atau namam, yaitu perbuatan suka mengadu domba antara seorang muslim dengan muslim lainnya. Dia datang pada si A, lalu mengatakan bahwa si B begini dan begitu, kemudian ia datang pada si B dan mengatakan bahwa si A begini dan begitu, yang akibatnya terjadilah permusuhan diantara keduanya.
2. Dalam hadits lainnya digambarkan betapa besarnya dosa orang yang suka mengadu domba, yaitu bahwa selain diharamkan dari surga, orang yang mengadu domba juga akan mendapatkan siksa di dalam kubur, sebagaimana digambarkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra,"Bahwa Rasulullah Saw melalui di dekat dua kuburan, lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya keduanya (yg dikubur) ini sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena perkara besar. Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah buang air kecil, sementara yang satunya suka mengadu domba...." (Muttafaqun Alaih).
3. Mengadu domba berarti merusak dan merobek persaudaraan diantara sesama umat Islam, dimana pada hakekatnya, persaudaraan tersebut hukumnya adalah wajib, karena sesama muslim adalah bersaudara. Lagi pula, dalam riwayat lainnya disebutkan oleh Nabi Saw, bahwa sesama muslim adalah haram; darahnya (yaitu haram saling menumpahkan darah), hartanya (yaitu haram saling mengambil harta antara satu dengan yang lainnya) dan kehormatannya (yaitu haram saling mencederai kehormatan sesama muslim). Dan mengadu domba, adalah pangkal dari rusaknya ketiga hal tersebut. Maka pantaslah bila disabdakan oleh Nabi Saw bahwa orang yg mengadu domba, tidak akan masuk ke dalam surga, karena perbuatannya bertentangan dengan prinsip dan konsekwensi keimanan kepada Allah Swt. Semoga Allah Swt menghindarkan kita dari sifat tercela ini. Amiiin Ya Rabbal Alamiin...
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 066. Larangan Berbuat Curang Dalam Muamalah
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 03.16Rehad (Renungan Hadits) 66
Larangan Berbuat Curang Dalam Muamalah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ، فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا، فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلًا، فَقَالَ مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ؟ قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّه،ِ قَالَ أَفَلَا جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَيْ يَرَاهُ النَّاسُ؟ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّي (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah melewati (pedagang) dengan setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan makanan terebut. Lalu beliau mendapati jari2 beliau basah, maka beliau bertanya: "Apa ini wahai pemilik makanan?" Sang pemiliknya menjawab, "Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya. Barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.' (HR. Muslim, hadits no 147)
Hikmah Hadits
1. Bahwa muamalah merupakan bagian terbesar dalam kehidupan manusia. Karena memang dalam keseharian kehidupannya, manusia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermuamah, seperti untuk bekerja, perjalanan menuju dan kembali dari tempat kerjanya, jual beli, interaksi dengan rekan bisnis, rekan kerja, bergaul dengan masyarakat, dsb. Namun yang lebih penting untuk kita ingat adalah bahwa muamalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran agama Islam, sebagaimana ibadah dan juga akhlaqul karimah.
2. Maka oleh karenanya setiap kita perlu berhati2 dalam muamalah. Karena ketidak hati2an dalam muamalah, dapat menjadikan seseorang terjerumus pada perbuatan dosa, yang kelak akan merugikannya di akhirat. Lihatlah, bagaimana Nabi Saw menegur keras seorang sahabat pedagang makanan, yang ternyata di bagian dalam dari tumpukan makanan yang dijualnya tersebut basah terkena air hujan. Menyembunyikan makanan basah diantara makanan yg kering adalah masuk dalam kategori "kecurangan", yang dilarang dalam Islam.
3. Bahkan dampak dari kecurangan dalam muamalah tersebut ternyata sangatlah berat. Nabi Saw bersabda kepada pedagang yg melakukan kecurangan tsb, "Barang siapa yang menipu (berbuat curang) kepada kami, maka ia bukan termasuk golongan kami". Seolah Nabi Saw mengkategorikan orang yang berbuat curang dalam muamalah adalah bukan termasuk golongan kaum muslimin. Bayangkan, betapa dampak dan dosa dalam muamalah sangatlah berat. Maka, jangan sampai kita terjerumus pada bentuk muamalah yg diharamkan tersebut, dan hendaknya setiap bentuk transaksi dilakukan, benar-benar dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 065. 7 Perkara Yang Mencelakakan dan Membinasakan
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 03.15Rehad (Renungan Hadits) 65
7 Perkara Yang Mencelakakan & Membinasakan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَات،ِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُن؟َّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّه،ِ وَالسِّحْر،ُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيم،ِ وَأَكْلُ الرِّبَا، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصِنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Hendaklah kalian menghindari tujuh dosa yang dapat menyebabkan kebinasaan." Dikatakan kepada beliau, "Apakah ketujuh dosa itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan pertempuran, dan menuduh wanita mukminah baik-baik berbuat zina." (HR. Muslim, hadits no 129)
Hikmah Hadits ;
1. Ada 7 perkara yang harus dihindari oleh setiap orang yang beriman, yang apabila tidak dihindari maka akan dapat mencelakakan dan membinasakan dirinya, yaitu menyebabkannya mendapat siksa di dalam kobaran api neraka. Ketujuh perkara yang merupakan dosa besar tersebut adalah;
#1. Syirik, menyekutukan Allah Swt dengan menyembah sesuatu selain Allah Swt, atau menganggap ada yg dapat memberikan keselamatan atau kebaikan selain Allah Swt. Seperti meyakini benda2 yg dianggap keramat, meyakini hari, tanggal, nomer atau tempat2 tertentu yang dianggap membawa sial, dsb.
#2. Sihir, guna2, tenung dan yang sejenisnya. Perbuatan tersebut masih termasuk dalam kategori syirik kepada Allah Swt, karena umumnya dilakukan dengan menggunakan perantaraan dukun, yang mendatanginya saja dapat menyebabkan tidak diterimanya shalat selama 40 hari.
#3. Menghilangkan atau membunuh nyawa orang lain tanpa haq. Baik karena motivasi dendam, merampas harta, solidaritas pertemanan, dsb. Dalam Islam, hukuman bagi pembunuh adalah qishas, yaitu dihukum mati. Gambaran betapa besarnya dosa membunuh.
#4. Mengambil harta atau memakan harta milik anak yatim. Baik harta anak yatim peninggalan dari orang tuanya, maupun hasil pemberian orang lain. Masuk dalam kategori ini, "menjual" nama anak yatim untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
#5. Memakan riba, seperti mengambil bunga dari penyimpanan uang atau tabungan, depisito, di bank konvensional, hasil klaim dari asuransi konvensional, hasil investasi dari saham, reksadana yang non syariah, dsb.
#6. Meninggalkan medan pertempuran tanpa alasan syar'i yang jelas. Bahasa lainnya adalah lari dari medan pertempuran, baik pertempuran dalam makna peperangan fisik, maupun dalam makna yang lain, seperti meninggalkan medan dakwah, atau meninggalkan perjuangan Islam lainnya.
#7. Menuduh wanita muslimah yang shalihah berbuat zina. Karena dengan menuduhnya betarti ia telah mencederai kehormatannya dan menfitnahnya dengan keji. Dan dalam Islam, menuduh zina harus disertai dengan 4 orang saksi yg benar2 melihat langsung perbuatan zina tersebut. Jika tdk bisa mendatangkan saksi, maka si penuduh tidak akan pernah diterima persaksiannya seumur hidupnya.
2. Maka hendaknya setiap muslim menjaga dan memelihara dirinya dari ketujuh perbuatan dosa besar di atas, agar tidak terjerumus ke dalam lembah kehinaan, khususnya di hari kiamat kelak.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 064. Iman, Jihad dan Haji Yang Mabrur
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 04.40Rehad (Renungan Hadits) 64
Iman, Jihad dan Haji Yang Mabrur
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَل؟ُ قَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ قَالَ ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata, "Bahwa Rasulullah Saw pernah ditanya, "Amal apa yang paling utama? ' Beliau menjawab, "(Yaitu) beriman kepada Allah." Dia bertanya lagi, "Kemudian apa?" Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah." Dia bertanya lagi, "Kemudian apa?" Beliau menjawab, "Haji yang mabrur." (HR. Muslim, hadits no 118)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa iman kepada Allah Swt menempati ranking pertama, dalam amal-amal perbuatan yang paling utama dan paling dicintai oleh Allah Swt. Karena iman merupakan pondasi dan dasar, yang di atasnya tegak berbagai amalan lainnya. Oleh karenanya, hendaknya setiap kita senantiasa menjaga dan merawat iman, dengan senantiasa mengikuti pengajian pembinaan Iman dan Islam secara rutin, memiliki bi'ah islamiyah (lingkungan Islami) yang baik, serta menghindarkan diri dari segala amal perbuatan yang dapat merusak keimanan.
2. Amalan utama lainnya yang dicintai Allah Swt adalah berjihad di jalan Allah, yaitu berjuang untuk menegakkan kalimatullah dalam segala aspeknya, (selain tentunya mencakup jihad dalam makna peperangan dalam rangka mengahadapi musuh2 Allah Swt), seperti diantaranya di bidang politik (dengan memperjuangkan aspirasi dan kemaslahatan umat di parlemen maupun di pemerintahan atau juga di sektor lainnya), ekonomi (dengan mengembangkan ekonomi dan kesejahteraan untuk umat), sosial kemasyarakatan (dengan menyebarkan nilai2 Islami dalam kehidupan sosial kemasyarakatan), dsb.
3. Menempati urutan ketiga amalan yang paling utama dan dicintai Allah Swt berdasarkan hadits di atas adalah melaksanakan ibadah haji ke baitullah, dengan haji yang mabrur. Karena haji merupakan ibadah yang cukup berat dan memerlukan pengorbanan, baik dari aspek harta (dengan biaya yang besar, dan nafkah untuk keluarga yg ditinggalkan), fisik (dengan tenaga yg besar karena rangkaian panjang ibadah haji dan medan yang berat di tanah suci), hati (dengan keikhlasan, kesabaran, dan perasaan yang semata ditujukan kepada Allah Swt semata. Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang2 yang mengamalkan perbuatan paling mulia dan dicintai oleh Allah Swt... Amiiin Ya Rabbal Alamiiin
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 063. Ketika Manusia Mengkufuri Ni'mat
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 03.44Rehad (Renungan Hadits) 63
Ketika Manusia Mengkufuri Ni'mat
عن ابْن عَبَّاسٍ قَالَ مُطِرَ النَّاسُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصْبَحَ مِنْ النَّاسِ شَاكِرٌ وَمِنْهُمْ كَافِرٌ، قَالُوا هَذِهِ رَحْمَةُ اللَّهِ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَقَدْ صَدَقَ نَوْءُ كَذَا وَكَذَا، قَالَ فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ { فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ حَتَّى بَلَغَ وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ } (رواه مسلم)
Dari Ibnu Abbas ra berkata, "Suatu ketika manusia diberi hujan pada masa Nabi Saw, lalu beliau bersabda, "Dengan hujan ini, ada diantara manusia menjadi hamba yang bersyukur, dan ada pula yang menjadi kufur. Sebagian mereka berkata, 'Hujan ini adalah sebuah bukti rahmat dari Allah Swt.' Namun sebagian yang lain berkata, 'Bahwa (ramalan) bintang ini dan bintang ini sungguh telah benar (sebab terjadinya hujan)'." Ibnu Abbas berkata, "Kemudian turunlah ayat: '(Maka Aku bersumpah dengan tempat bagian-bagian bintang) ', sampai ayat: '(dan kamu mengganti rezki (yang Allah berikan) dengan mendustakan Allah) ' (Qs. Qs. Al Waaqi'ah: 75-82). (HR. Muslim, hadits no 107)
Hikmah Hadits ;
1. Hujan merupakan salah satu nikmat sekaligus sebagai tanda, diantara tanda2 kebesaran Allah Swt. Maka hendaknya setiap kita bersyukur ketika setiap tetes rintik hujan mulai turun membasahi bumi. Bahkan seuntai doa dianjurkan untuk dilantunkan ketika airnya telah turun menghiasi alam, dengan doa, 'Allahumma Shayyiban Naafi'a' (Ya Allah, jadikanlah hujan ini bermanfaat).
2. Namun ternyata terhadap nikmat dan anugerah dari Allah Swt tersebut, manusia terbagi menjadi dua golongan ; pertama golongan yang bersyukur, yaitu orang2 yang ketika datangnya nikmat dari Allah Swt, mereka mensyukurinya dan menisbatkannya kepada Allah Swt, dengan meyakini bahwa segala nikmat yang ada adalah anugrah Allah Swt. Sementara golongan yang kedua adalah golongan kufur, yaitu orang2 yang ketika datangnya nikmat dari Allah, mereka justru mengaitkannya dengan hal2 lain selain Allah Swt, seperti mengaitkannya dengan angka2 keberuntungan tertentu, hoki, atau ramalan2 bintang tertentu dan tidak mengaitkannya dengan Allah Swt. Mengaitkan nikmat dengan hal2 tersebut, ternyata merupakan perbuatan kekufuran dan kemusyrikan.
3. Maka sebagai hamba yang telah mematrikan iman di dalam hati, hendaknya setiap kita selalu mengaitkan segala nikmat dan anugrah yang didapatkan, hanya kepada Dzat Yang Telah Memberikan Nikmat, yaitu kepada Allah Swt. Bahwa semua nikmat yang didapat, terjadi atas izin dan kehendak-Nya. Sehingga dengan demikian, maka insya Allah semakin usia bertambah, semakin anugerah dan nikmat berlimpah, akan semakin mendekatkan diri kita kepada Allah Swt. Ya Allah, jadikanlah kami semua sebagai hamba2-Mu yang srnantiasa bersyukur atas segala nikmat dan karunia-Mu, dan hindarkanlah kami semua dari sifat dan perbuatan yang mengantarkan pada kekufuran dan kemusyrikan... Amiiin Ya Rabbal Alamiin.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 062. Amalan Yang Dapat Menyebabkan Pada Kekafiran
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 03.42Rehad (Renungan Hadits) 62
Amalan Yang Dapat Menyebabkan Pada Kekafiran
عَنْ أَبِي ذَرٍّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَيْسَ مِنْ رَجُلٍ ادَّعَى لِغَيْرِ أَبِيهِ وَهُوَ يَعْلَمُهُ إِلَّا كَفَرَ، وَمَنْ ادَّعَى مَا لَيْسَ لَهُ فَلَيْسَ مِنَّا وَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ، وَمَنْ دَعَا رَجُلًا بِالْكُفْرِ أَوْ قَالَ عَدُوَّ اللَّهِ وَلَيْسَ كَذَلِكَ إِلَّا حَارَ عَلَيْهِ (رواه مسلم)
Dari Abu Dzar ra bahwa dia mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Tidaklah seseorang yang mengakui orang lain sebagai bapaknya, padahal ia mengetahuinya (bahwa dia bukan bapaknya), maka ia telah kafir. Barangsiapa yang mengaku2 sesuatu yang bukan miliknya maka ia bukan dari golongan kami, dan berarti ia akan menempati tempat duduknya dari neraka. Dan barangsiapa memanggil seseorang dengan kekufuan, atau berkata, 'Wahai musuh Allah' padahal tidak demikian, kecuali perkataan tersebut akan kembali kepadanya." (HR. Muslim, hadits no 93).
Hikmah Hadits
1. Bahwa orang yang beriman, tidak boleh melakukan perbuatan2 yang bertentangan dengan konsekwensi keimanannya, yang bahkan dapat mengantarkannya pada kekafiran. Perbuatan2 yang terlarang tersebut adalah ;
#1. Menisbatkan nasab dirinya kepada orang lain yang bukan ayah kandungnya. Hal ini sangat dilarang dalam Islam, termasuk di dalamnya juga menisbatkan nasab orang lain kepada yang bukan ayah kandungnya, seperti mengadopsi anak, lalu membuang nama ayah kandung anak tersebut, dan menggantikannya dengan nama dirinya. Karena dengan demikian berarti ia telah merampas kehormatan orang lain yaitu hak anak kandungnya.
#2. Mengaku-aku barang atau aset milik orang lain, sebagai barang atau aset miliknya. Termasuk juga di dalamnya mengambil harta benda milik orang lain. Karena dengan demikian berarti ia telah merampas hak orang lain secara bathil. Dalam riwayat lain, Nabi Saw bersabda, 'Barang siapa yang berbuat curang kepada kami, maka ia bukan termasuk golongan kami.' (HR. Muslim)
#3. Memanggil orang lain dengan panggilan atau gelar kekafiran atau sebagai musuh Allah. Karena sesama muslim adalah bersaudara, yang oleh karenanya tidak boleh saling mengkafirkan satu dengan yang lainnya. Maka siapa yang memanggil saudaranya dengan sebutan seperti itu, maka panggilan tersebut akan kembali pada dirinya sendiri. Kecuali apabila orang tersebut sudah sangat jelas dan terang benderang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Aqidah Islamiyah.
2. Maka oleh karenanya, hendaknya setiap kita berusaha semaksimal mungkin untuk menghindarkan diri dari segala perbuatan yang dapat merusak keimanan, bahkan membawa pada kekafiran, sebagaimana dijelaskan dalam hadits di atas.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 061. Saling Menasehati Sebagai Pondasi Dalam Bermasyarakat Islami
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 19.06Rehad (Renungan Hadits) 61
Saling Menasehati Sebagai Pondasi Dalam Bermasyarakat Islami
عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِم (رواه مسلم)
Dari Tamim ad-Dari ra bahwa Nabi Saw bersabda: "Agama itu adalah nasihat." Kami bertanya, "Nasihat untuk siapa wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan para pemimpin kaum muslimin, serta kaum muslimin secara umum.' (HR. Muslim, hadits no 82)
Hikmah Hadits ;
1. Kehidupan sosial bermasyarakat dalam Islam dibangun di atas pondasi saling memberikan nasehat diantara sesama kaum muslimin. Oleh karenanya, Nabi Saw bersabda bahwa 'agama adalah nasehat.' Kemudian, bahwa saling memberikan nasehat ternyata merupakan syarat agar manusia terhindar dari 'kerugian' di kehidupan akhirat kelak, sebagaimana makna yg terkandung dalam surat Al-Ashr, yaitu bahwa sesungguhnya manusia benar2 berada dalam kerugian, kecuali orang2 yg beriman, beramal shaleh, saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran.
2. Nasehat sebagaimana termaktub dalam hadits di atas, secara bahasa memiliki dua pengertian, (yaitu) pertama tulus, ikhlas, murni dan melaksanakan dengan sungguh2. Sedangkan kedua, nasehat bermakna memberi nasehat, arahan dan bimbingan. Jika kedua makna ini difahami, maka insya Allah akan lebih memudahkan untuk memahami makna dari hadits di atas.
3. Nasehat kepada Allah maknanya adalah memurnikan keimanan, tulus semata-mata hanya kepada Allah Swt, menjalankan segala amal ibadah secara sungguh2, ikhlas, terhindar dari segala bentuk riya' dan menjauhi segala bentuk kemusyrikan. Nasehat kepada kitab-Nya, adalah mengamalkan isi kandungan Al-Qur'an secara baik dan benar, mengajarkannya kepada orang lain, membela dan memperjuangkannya. Kemudian nasehat kepada Rasul-Nya, maknanya adalah meyakini sunnah2 Rasulullah Saw sebagai pedoman dalam kehidupan, mengamalkannya secara benar, tidak parsial, dan mendakwahkannya kepada orang lain. Sedangkan nasehat kepada para pemimpin umat adalah mentaati para pemimpin umat dalam amar ma'ruf nahi mungkar, selama mereka menegakkan agama Allah Swt dan tidak bermaksiat kepada Allah, serta juga mengingatkan mereka dalam kebenaran dan kesabaran. Sedangkan nasehat kepada kaum muslimin secara umum, maknanya adalah memberikan nasehat, arahan dan bimbingan kepada mereka, terhadap ajaran agama Islam dalam kehidupan, sehingga dengan demikian insya Allah akan terwujud masyarakat Islami yang menjadi dambaan umat.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 060. Salam, Membuahkan Kasih Sayang dan Mengantarkan ke Surga
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 15.46Rehad (Renungan Hadits) 60
Salam, Membuahkan Kasih Sayang Dan Mengantarkan Ke Surga
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُم؟ْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata, 'Bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Kalian tidak akan masuk ke dalan surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidaklah (dikatakan) beriman hingga kalian saling menyayangi. Maukan kalian aku tunjukkan suatu amalan yang apabila kalian mengamalkannya niscaya kalian akan saling menyayangi? (Yaitu) sebarkanlah salam di antara kalian.' (HR. Muslim, hadits no 81)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa keimanan merupakan syarat utama untuk dapat masuk ke dalam surga. Yang tanpanya, seseorang tidak akan pernah bisa masuk ke dalam surga, kendatipun baiknya ia terhadap sesama manusia, atau kendatipun kebaikan yang ia sumbangsihkan dalam kehidupan untuk orang lain.
2. Namun keimanan yang dapat mengantarkan ke surga pun ada syaratnya, yaitu keimanan yang melahirkan rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama muslim. Karena salah satu konsekwensi keimanan adalah tumbuhnya rasa persaudaraan antara sesama muslim dan saling menyayangi antara sesama kaum muslimin.
3. Nah, Nabi Saw memberikan satu rahasia amalan yang apabila dilakukan, maka akan dapat menjadi jembatan untuk saling menyayangi. Rahasianya adalah "saling mengucapkan salam diantara sesama muslim". Karena salam adalah doa dan pengikat persaudaraan. Maka hendaknya setiap kita berusaha membiasakan diri untuk selalu menyapa sesama muslim dengan ucapan salam. Krn ucapan sederhana ini akan dapat mengantarkan ke dalam surga.
Wallahu A'lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 059. Ciri Orang Beriman Adalah Membenci Kemungkaran
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 17.47Rehad (Renungan Hadits) 59
Ciri Orang Beriman Adalah Membenci Kemungkaran
عن أبي سَعِيدٍ رضي الله عنه قال سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ (رواه مسلم)
Dari Abu Said ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka hendaklah ia merubah dengan lisannya. Dan jika ia tidak mampu juga, maka hendaklah ia merubah dengan hatinya. Namun yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim, hadits no 70)
Hikmah Hadits ;
1. Orang yang beriman kepada Allah, dengan iman yang benar, murni dan tulus, ia tidak akan menyukai perbuatan mungkar dan kemaksiatan. Iman di dalam hatinya akan bergejolak dan membuncah menggerakkan akal fikiran dan anggota badannya untuk menentang kemungkaran tersebut.
2. Kategori iman yang paling tinggi adalah #1. keimanan seseorang yang mau merubah kemungkaran dan memaksiatan dengan tangannya. Maksud dengan tangannya adalah dengan kekuatan fisiknya, atau dengan kekuasaan dan wewenang yang dimilikinya, atau juga dengan pengaruhnya. Namun yang perlu dicatat adalah bahwa merubah kemungkaran dengan tangannya ini tidak selalu identik dengan kekerasan, anarkis atau perbuatan yang dapat menimbukkan kerugian material lebih besar. Akan tetapi tetap dilakukan dengan tatacara yang sejalan dengan nilai-nilai Islam. Intinya, merubah kemungkaran dengan tangannya adalah suatu keharusan dan menjadi konsekwensi iman, namun tidak dilakukan dengan cara kemungkaran pula.
3. Nah, jika ia tidak mampu menghilangkan kemungkaran dengan tangannya, maka lisannya lah yang harus merubahnya. Yaitu dengan cara memberikan nasehat yang baik, argumentasi yang baik, tutur kata yang baik, tidak mengeluarkan kata kasar dan atau kotor serta ungkapan yang dapat memberikan pengaruh yang baik.
4. Terakhir adalah hatinya, jika dalam kondisi tangannya tak mampu berbuat, atau lisannya tak mampu berucap terhadap kemungkaran yang terjadi, oleh karena satu dan lain hal atau kondisi, maka batasan terakhir imannya adalah hati yang mengingkari perbuatan mungkar atau maksiat tersebut. Inilah batas terakhir keimanan dalam diri seseorang, yaitu manakala hati masih mengingkari. Adapun jika hati sudah tidak mengingkari, bahkan justru menikmati, jangan-jangan ini pertanda bahwa sudah tiada iman yang teraisa di dalam hatinya, na'udzubillahi min dzalik...
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad (Renungan Hadits) 58
Konsekwensi Lain Dari Iman
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَه،ُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau hendaklah ia diam. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya." (HR. Muslim, hadits no. 67)
Hikmah Hadits ;
1. Iman akan melahirkan buah yang akan menjadi penghias setiap orang yang memilikinya. Dan diantara buah keimanan sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas adalah;
#1. Bertutur kata yang baik yang menentramkan dan membuat tenang orang lain. Bukan perkataan yang membuat orang lain gelisah, tidak nyaman, atau bahkan menimbulkan permusuhan. Jikapun tidak bisa bertutur kata yang baik, maka diam atau tidak berkomentar adalah lebih baik baginya.
#2. Memuliakan tetangganya, yaitu dengan berbuat ihsan kepada mereka, menyayangi dan menghormati mereka, membantu keperluan dan kebutuhan mereka, serta tidak menyakiti hati dan perasaan mereka.
#3. Memuliakan tamunya, yaitu dengan menerima tamu dengan baik, memperlakukan mereka dengan baik dan juga memberikan hak2 tamu sebagaimana diajarkan dalam ajaran agama Islam.
2. Ketiga hal di atas merupakan buah sekaligus konsekwensi yang terlahir dari keimanan. Mafhum mukhalafah (logika terbalik) dari hadits di atas adalah, bahwa orang yang tidak bertutur kata yang baik, orang yang tidak memuliakam tetangga dan tamunya dengan baik, seolah adalah orang- orang yang tidak mempunyai iman atau orang yang tidak sempurna imannya. na'udzubillahi min dzalik. Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang2 yang memiliki dasar iman yang kokoh, yang terpatri dan mengakar di dalam hati, serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Amiin Ya Rabbal Alamiin.
Wallahu A'lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad (Renungan Hadits) 57
You Are What You Say
عن عَبْد اللَّهِ بْن عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُول إِنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْمُسْلِمِينَ خَيْر,؟ٌ قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ (رواه مسلم)
Dari Abdullah bin Amru bin al-Ash ra berkata, "Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw, "Wahai Rasulullah, muslim seperti apakah yang paling baik?" Beliau menjawab: "Yaitu seorang Muslim yang menjadikan orang lain merasa aman dari lisan (perkataan) dan tangannya (perbuatannya)." (HR. Muslim, hadits no 57)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa muslim yang paling baik adalah muslim yang memiliki dua kriteria mendasar dalam dirinya; (yaitu) Pertama; menjaga lisan dan ucapannya sehingga setiap ucapan, perkataan ataupun komentarnya senantiasa memberikan rasa tentram dan kenyamanan bagi orang lain. Karena ternyata menurut para ahli, kepribadian seseorang, dapat dinilai dari ucapan dan perkataannya. Ibarat teko, apabila diisi dengan air zamzam, maka yang akan keluar dari teko tersebut adalah air zamzam juga. Namun jika teko diisi dengan air kotoran, maka yang akan keluar dari teko tersebut adalah juga air kotoran. Dalam hal ini, ilmuan barat mengatakan, 'You are what you say'. Jika seseorang adalah orang baik, beradab, punya integritas, shaleh dan benar, maka yang akan keluar dari lisannya adalah perkataan yang baik, santun, menyejukkan dan menentramkan.
2. Yang kedua adalah menjaga perbuatan, tingkah laku dan tindak tanduknya agar juga dapat menentramkan orang lain. Karena orang yang beriman, ia akan berperilaku yang baik, sebagaimana ia juga akan berutur kata yang baik. Berperilaku yang baik dan menentramkan bisa berwujud tidak "kasak-kusuk" membuat skenario dalam menjelekkan orang lain, menjatuhkan orang lain, menjegal orang lain, atau mencitrakan negatif orang lain. Karena terkadang ada orang2 di sekitar kita yang kehadirannya tidak menentramkan jiwa kita bahkan justru menggelisahkan kita, karena kita khawatir dengan makar dan "kasak-kusuk"nya. Walaupun terkadang perkataannya manis dan baik di hadapan kita. Kita merasa bahwa ketika mereka tidak ada di dekat kita, justru kita merasa nyaman dan tentram dalam jiwa kita. Semoga Allah hindarkan kita dari keburukan orang2 seperti ini.
3. Maka hendaknya setiap kita senantiasa berusaha bertutur kata dan berperilaku yang baik, yang oleh karenanya kita akan mendapatkan predikat sebagai muslim yang terbaik. Ya Allah, perbaikilah lisan dan perbuatan kami, agar setiap kata yang terucap oleh lisan kami, setiap perbuatan yang terlahir dari diri kami senantiasa bernilai ibadah dan menjadi pahala amal shaleh bagi kami.... Amiiin Ya Rabbal Alamin.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 056. Amalan Sosial Adalah Bentuk Pengamalan Islam Yang Terbaik
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 17.15Rehad (Renungan Hadits) 56
Amalan Sosial Adalah Bentuk Pengamalan Islam Yang Terbaik
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْر؟ٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَام،َ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ (رواه مسلم)
Dari Abdullah bin Amru ra bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw, "Islam seperti apakah yang paling baik?" Beliau menjawab: "Engkau memberikan makan (kepada orang yang membutuhkan), dan engkau mengucapkan salam, baik kepada orang yang engkau kenal maupun kepada orang yang tidak engkau kenal." (HR. Muslim, hadits no 56).
Hikmah Hadits :
1. Bahwa ajaran agama Islam tidak hanya mencakup dan mengatur pola hubungan antara seorang hamba dengan Rabnya (hablumminallah) saja, namun juga mencakup dan mengatur hubungan antara sesama manusia (hablumminannas). Dan bahkan, dalam banyak hadits disebutkan tentang keutamaan amalan yang terkait dengan hablumminannas atau amalan sosial. Diantaranya adalah sabda Nabi Saw, 'Wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan (kpd orang yg membutuhkan), sambunglah tali persaudaraan, shalatlah di tengah malan, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.' (HR. Tirmidzi). Hadits ini dengan jelas menggambarkan bahwa salah satu benefit amalan sosial adalah "surga".
2. Bahwa keimanan yang mengakar dalam diri seorang muslim, akan menggerakkan jiwanya untuk selalu peduli terhadap lingkungan sosialnya. Maka, ketika Nabi Saw ditanya perihal ber-Islam seperti apakah yang paling baik, beliau menjawabnya dengan, 'Memberikan makanan (kepada orang yang membutuhkan) dan mengucapkan salam..' Karena keduanya merupakan konsekwensi dari keimanan kepada Allah Swt, dan sepatutnya setiap muslim selalu berupaya untuk peduli dengan sesamanya dan saling mengucapkan salam antara sesamanya.
3. Memberikan makan adalah relfkeksi dari kepedulian sosial terhadap orang yang kekurangan, sementara mengucapkan salam adalah refleksi dari kepedulian dan kecintaan terhadap sesama muslim. Karena setiap muslim adalah bersaudara, yang diharuskan saling mendoakan dan menguatkan antara satu dengan yang lainnya. Nah, jika keduanya bisa dilaksanakan, yaitu berbagi dengan sesama dan saling mengucapkan salam, maka berarti ia telah mengamalkan ajaran Islam yang terbaik, sebagaimana sabda Nabi Saw di atas. Dan adakah balasan terbaik bagi seseorang yang mengamalkam Islam terbaik, selain mendapatkan surga? Ya Rab, jadikan kami termasuk ahli surga.... Amiiin Ya Rabbal Alamiiin.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad (Renungan Hadits) 55
Iman dan Istiqamah
عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ؟ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ (رواه مسلم)
Dari Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi ra berkata, Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, beritahukanlah padaku dalam Islam suatu perkataan yang mana aku tidak perlu menanyakannya kepada orang lain selain kepadamu?' Maka beliau menjawab: 'Katakanlah, 'aku beriman kepada Allah' lalu beristiqamahlah." (HR. Muslim, hadits no 55)
Hikmah Hadits :
1. Obsesi yang tinggi pada kehidupan akhirat, merupakan salah satu karaktristik para sahabat Nabi Saw. Sehingga ketika bertemu dengan Nabi Saw, selalu mereka pergunakan sebaik2nya untuk menanyakan perihal kebaikan kehidupan akhirat. Maka tidak heran, ketika Nabi Saw bersabda, bahwa 'sebaik2 masa adalah masaku, lalu masa orang2 sesudahku (sahabat), lalu masa orang2 sesudahku (tabi'in).'
2. Iman merupakan pondasi dasar kebahagiaan seseorang dalam menjalani kehidupan. Dengan iman, seseorang akan menjadi mulia dan bernilai di hadapan Allah Swt. Sebaliknya, tanpa Iman, seseorang tidak akan mempunyai nilai dan arti apapun baik ketika di dunia ini, terlebih di akhirat kelak. Oleh karenanya, Nabi Saw menekankan pada pondasi dasarnya, yaitu keimanan. Ulama mengemukakan bahwa Iman adalah keyakinan yang mengakar di dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan diimplementasikan oleh seluruh anggota badan.
3. Selain iman, amalan mulia lainnya yg menjadi perhatian Nabi Saw untuk dilaksanakan adalah istiqamah. Istiqamah adalah berjalan lurus dan kontinou dalam ketaatan kepada Allah Swt. Karena ketika iman dengan segala konsekwensinya yang diiringi dengan keistiqamahan dalam implementasinya, maka akan menjadi sempurnalah agama seseorang, atau dengan kata lain, ia menjadi hamba paripurna yang akan mendapatkan kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Mudah2an kita semua termasuk ke dalam golongan hamba2-Nya yang memiliki keimanan yang kokoh dan keistiqamahan yang langgeng sepanjang hayat kita... Amiiin Ya Rabbal Alamiin...
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 054. Ketika Iman Menghasilkan Buahnya
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 19.22Rehad (Renungan Hadits) 54
Ketika Iman Menghasilkan Buahnya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda: "Iman itu ada tujuh puluh sekian cabang, dan rasa malu adalah termasuk (salah satu cabang) keimanan." (HR. Muslim, hadits no 50)
Hikmah Hadits :
1. Iman ibarat sebatang pohon yang memiliki akar kokoh yang mencengkram jauh ke dalam bumi, ibarat pohon dengan dahan kuat yang indah nan rimbun dan menjulang tinggi ke angkasa, dan ibarat pohon yang senantiasa menghasilkan buah yang memberikan manfaat kebaikan pada manusia. Itulah buah keimanan, yang dalam bahasa lainnya disebutkan dengan istilah cabang-cabang keimanan. Dan Nabi Saw bersabda kepada kita, bahwa cabang2 keimanan sangatlah banyak, mencapai tujuh puluh sekian cabang.
2. Rasa malu, adalah salah satu cabang dari iman. Rasa malu yang berpangkal dari iman, adalah malu dalam berbuat, berbicara, bertindak, bersikap yang menyalahi nilai2 dan dasar2 keimanan. Maka orang yang beriman, selalu bertutur kata yang baik dan santun, bukan kasar dan keras. Ia malu jika bertutur kata kotor, keras dan kasar. Orang yang beriman selalu bertindak tanduk yang baik dan santun, ia akan malu jika bersikap congkak dan sombong. Orang yang beriman akan selalu berakhlak yang baik, ia malu jika berakhlak dan berperangai buruk. Dasar dari rasa malunya adalah karena iman.
3. Cabang dan buah keimanan lainnya sangatlah banyak, yang pada intinya segala hal yang baik, bermanfaat bagi orang lain serta diridhai Allah Swt adalah buah dari keimanan. Ada ungkapan menarik dari seorang ulama, tentang buah keimanan yg dikaitkan dengan buah pepohonan, "Jadilah kalian seperti sebatang pohon ketika berinteraksi dengan orang lain. Ketika orang melempari pohon dengan bebatuan, namun pohon membalasnya dengan menjatuhkan buah2an."
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad (Renungan Hadits) 53
Merasakan Manisnya Iman
عَنْ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا (رواه مسلم)
Dari Abbas bin Abdul Muththalib ra bahwa dia mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Akan merasakan manisnya iman; orang yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya, dan Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul utusan-Nya.' (HR. Muslim, hadits no. 49)
Hikmah Hadits :
1. Bahwa iman yang tertanam di dalam jiwa akan memiliki dampak positif dalam diri setiap pemeluknya. Dampak positif tersebut adalah berupa rasa tenang dan tentram di dalam jiwa, rasa bahagia, tidak takut, tidak khawatir, memiliki harapan positif, rasa nikmat ketika melaksanakan ibadah, suka berlama-lama ketika berkhulwat (menyendiri) dengan Allah Swt, mudah meneteskan air mata ketika mengingat salah dan dosa, berharap ingin bertemu dengan Allah, dsb.
2. Namun hal tersebut tidak begitu saja tumbuh bersemi dalam sanubari, melainkan harus dijaga, dirawat dan disemikan di dalam hati, sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas, yaitu dengan cara #1. Ridha dengan sepenuh hati, bahwa Allah Swt sebagai Rabnya. Termasuk di dalamnya ridha terhadap segala takdir dan segala ketentuan-Nya. #2. Ridha dengan sepenuh hati bahwa Islam sebagai agamanya, termasuk di dalamnya mau melaksanakan segala hukum, aturan dan ajaran-ajaran Islam. #3. Ridha dengan sepenuh hati, bahwa Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul utusan Allah Swt, termasuk di dalamnya menjalankan segala sunnah dan anjuran2nya.
3. Untuk meneguhkan ketiga hal tersebut dalam jiwa, haruslah dirawat dan disemikan dengan baik, melalui mediasi pengajian dan tarbiyah yang berkesinambungan, memiliki bi'ah (baca ; lingkungan) islami yang positif, serta suasana saling mengingatkan antara satu dengan yang lainnya. Mudah2an Allah Swt memberikan kita semua, rasa kenikmatan Iman yang mendalam, dan menjauhkan kita dari segala hal yang dapat merusak indahnya iman... Amiiin Ya Rabbal Alamiin..
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 052. Hidayah Adalah Milik Allah Swt
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 19.20Rehad (Renungan Hadits) 52
Hidayah Adalah Milik Allah Swt
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَمِّهِ عِنْدَ الْمَوْت،ِ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ لَكَ بِهَا يَوْمَ الْقِيَامَة،ِ فَأَبَى فَأَنْزَلَ اللَّهُ { إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ } الْآيَةَ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata, "Rasulullah Saw bersabda kepada pamannya menjelang hari wafatnya, 'Pamanku, ucapkanlah, 'La ilaha illallah' (tiada tuhan selain Allah), agar aku bisa bersaksi untukmu dengan kalimat tersebut pada hari kiamat kelak." Namun pamannya menolaknya. Maka Allah Swt menurunkan firman-Nya, '(Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, akan tetapi Allah lah yang memberikan hidayah kepada siapa saja yang dikehendakinya).' (QS. Al-Qashash: 56). (HR. Muslim, hadits no. 36)
Hikmah Hadits ;
1. Kecintaan Nabi Saw yang teramat sangat terhadap pamannya, yaitu Abu Thalib. Karena memang Abu Thalib lah yang merawat Nabi Saw sejak kecil sepeninggal orang tua dan kakek beliau. Kasih sayang Abu Thalib kepada Nabi Saw sangatlah besar, bahkan Nabi Saw lah yang sering didudukkan di pangkuan Abu Thalib di sisi Ka'bah, yang bahkan tak seorang pun dari anak kandungnya yang diperlakukan seperti itu. Abu Thalib juga lah yang selalu melindungi Nabi Saw dari tipu daya dan amarah kafir Qurays yang berusaha menyakiti Nabi Saw. Dan masih banyak lagi curahan kasih sayang Abu Thalib yang dilimpahkan kepada keponakannya tersebut, Nabi Muhammad Saw. Maka tak heran, jika Nabi Saw sangat menyayangi paman kandungnya tersebut, melebihi rasa sayang beliau kepada orang lain.
2. Namun ternyata, betapapun cinta dan kasih sayang beliau kepada pamannya yang sangat tinggi, dan betapapun istijabahnya (mudah dikabulkannya) doa beliau kepada Allah Swt, namun hidayah adalah hak mutlak Allah Swt. Hingga kendatipun beliau di sisi pamannya menjelang hari wafatnya, walau segenap curahan rasa sayang yang beliau limpahkan kepada pamannya menjelang hembusan nafas terakhirnya, dan walaupun bahasa terindah, cara tersantun, serta ungkapan hati yang paling mendalam yang beliau sampaikan kepada pamannya, agar sang paman mau mengucapkan kalimat La Ilaha Illallah. Namun sekali lagi, hidayah adalah milik Allah Swt. Sang paman, tidak mau mengucapkan kalimat tersebut, hingga detik dan hembusan nafas terakhir mengiringinya.
3. Maka, sudah sepatutnya kita bersyukur atas nikmat hidayah yang Allah berikan kepada kita, kepada kerabat dan keluarga kita. Inilah nikmat terindah dalam kehidupan seseorang. Karena, kendatipun dunia ada dalam genggaman, walaupun kekuasaan ada dalam jangkauan, namun itu semua belum tentu dapat mengantarkan kita pada hidayah Allah Swt... Ya Allah, berilah kami indahnya hidayah-Mu, langgengkanlah hidayah tersebut dalam hati sanubari kami, berikanlah pula sejuknya hidayah-Mu pada orang2 yang kami sayangi dan kami kasihi, agat kami semua senantiasa bahagia dalam curahan rahmat dan hidayah-Mu... Amiiin Ya Rabbal Alamiin
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad (Renungan Hadits) 51
Pondasi Dasar Dinul Islam
عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْس،ٍ عَلَى أَنْ يُعْبَدَ اللَّهُ وَيُكْفَرَ بِمَا دُونَهُ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاة،ِ وَحَجِّ الْبَيْت،ِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ (رواه مسلم)
Dari Ibnu Umar ra, bahwa Nabi Saw bersabda, "Islam itu ditegakkan di atas lima dasar, (yaitu) menyembah Allah Swt dan mengingkari selain-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah, dan berpuasa Ramadhan." (HR. Muslim, hadits no 20)
Hikmah Hadits :
1. Bahwa Dinul Islam (agama Islam) memiliki pondasi dasar yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim. Karena tidak mau mengamalkannya, maka berarti ia belum menjadi seorang muslim, kecuali apabila ia tidak berkemampuan untuk menjalankannya. Kelima hal tersebut adalah #1. menyembah Allah Swt dan mengingkari tuhan2 lain selain Allah Swt (dalam riwayat lain disebutkan 'bersyahadat bahwa tiada tuhan selain Allah Swt'), #2. mendirikan shalat, #3. menunaikan zakat, #4. melaksanakan haji, dan #5. mengerjakan puasa Ramadhan.
2. Konsekwensi dari pondasi dasar dinul Islam adalah bahwa melaksanakannya menjadi keharusan bagi setiap individu muslim (baca ; fardhu 'ain). Bahasa lainnya adalah bahwa kelima hal tersebut merupakan rukun Islam yang menjadi dasar keislaman seseorang. Mengingkarinya atau mengingkari salah satu dari kelimanya, maka ia dihukumi kafir atau murtad.
3. Oleh karenanya, hendaknya setiap kita harus selalu berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, apapun kondisi dan keadaannya. Karena mengamalkannya dapat menjadi sebab untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, baik di dunia maupun di akhirat. Dan semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang2 yang istiqamah berpefang teguh pada tali agama Allah Swt... Amiiin
Wallahu A'lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 050. Amalan Sederhana Yang Dapat Mengantarkan Ke Surga
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 03.41Rehad (Renungan Hadits) 50
Amalan Sederhana Yang Dapat Mengantarkan Ke Surga
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ أَعْمَلُهُ يُدْنِينِي مِنْ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُنِي مِنْ النَّارِ، قَالَ تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ ذَا رَحِمِكَ، فَلَمَّا أَدْبَرَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أُمِرَ بِهِ دَخَلَ الْجَنَّة (رواه مسلم)
Dari Abu Ayyub ra berkata, "Bahwa ada seorang laki-laki mendatangi Nabi Saw seraya bertanya, 'Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat mendekatkanku ke surga dan menjauhkanku dari api neraka? ' Beliau menjawab: 'Kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun juga, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan menyambung silaturrahim." Ketika dia pergi, Rasulullah Saw bersabda: "Jika dia berpegang teguh drngan hal tersebut, maka dia akan masuk surga'. (HR. Muslim, hadits no 15)
Hikmah Hadits :
1. Pentingnya menjaga spirit untuk senantiasa mencintai akhirat, karena di sanalah kampung halaman kita yang sebenarnya, dan kelak kita semua akan "mudik" kembali ke sana. Oleh karenanya, segala persiapan perlu dilakukan, termasuk diantaranya memperbanyak amalan yang dapat menyelamatkan kita dari api neraka dan memasukkan kita ke surga, sebagaimana yg ditanyakan oleh sahabat Nabi Saw dalam hadits di atas.
2. Bahwa sesungguhnya jika seorang muslim menjaga untuk senantiasa berpegang teguh (baca ; istiqamah) untuk melakukan amalan2 dasar dalam Islam, spt tidak menyekutukan Allah, mengerjakan shalat, puasa dan membayar zakat, ditambah juga dengan tetap menyambung tali silaturrahim, maka ternyata hal tersebut dapat mengantarkannya masuk ke dalam surga.
3. Oleh karenanya, hendaknya kita berusaha menjaga amaliyah dasar kita dalam menjalani hidup ini, minimal dgn selalu mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dgn sesuatu apapun juga, selalu menjaga shalat dalam segala kondisi dan situasi, melaksanakan puasa, membayat zakat dan senantiasa menjaga silaturrahim. Krn hal-hal tersebut adalah tiket untuk dapat srlamat dari neraka dan masuk ke dalam surga. Dan mudah2an, kita srmua termasuk dalam golongan yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga... Amiiin Ya Rabbal Alamiin..
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 049. Besarnya Dosa Berdusta Atas Nama Nabi Saw
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 17.55Rehad (Renungan Hadits) 49
Besarnya Dosa Berdusta Atas Nama Nabi Saw
عن عَلِيُّ بْنُ رَبِيعَةَ قَالَ أَتَيْتُ الْمَسْجِدَ وَالْمُغِيرَةُ أَمِيرُ الْكُوفَةِ قَالَ فَقَالَ الْمُغِيرَةُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ (رواه مسلم)
Dari Ali bin Rabi'ah dia berkata, "Aku mendatangi sebuah masjid sedangkan pada saat itu al-Mughirah (bin Syu'bah) menjadi gubernur Kufah. "Lalu al-Mughirah berkata, 'Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta atas nama seseorang, barangsiapa berdusta atas namaku secara sengaja maka berarti dia menempati tempat duduknya dari api neraka." (HR. Muslim, hadits no 5)
Hikmah Hadits :
1. Keutamaan sahabat Nabi Saw Al-Mughirah bin Syu'bah ra, dimana dahulu beliau termasuk sahabat yg sangat besar kecintaannya kepada Nabi Saw. Ditiwayatkan bahwa beliau adalah sahabat yg memukul tangan Urwah bin Mas'ud At-Tsaqafi, yang berusaha untuk memegang jenggot Nabi SAW, pada peristiwa perjanjian Hudaibiyah. Kemudian juga, ketika Al-Mughirah menjadi Gubernur di Kufah, beliau tetap tidak meninggalkan kewajibannya utk menyampaikan dan meriwayatkan hadits kepada masyarakat. Hal ini sekaligus menunjukkan pentingnya orang shaleh dan bertakwa menjabat di jabatan publik, seperti menjadi gubernur agar kemaslahatan umat dapat terjaga dan terpelihara dengan baik.
2. Besarnya dosa berdusta atas nama Nabi Saw, yaitu bahwa orang yg berdusta atas nama Nabi Saw berarti ia telah menyiapkan tempat duduknya di dalam dahsyatnya kobaran api neraka. Dan diantara bentuk berdusta atas nama Nabi Saw adalah dengan mengatakan sesuatu (ungkapan) yang bukan hadits, sebagai hadits. Atau meyakini ungkapan yang belum jelas sebagai hadits dari Nabi Saw. Krn ternyata banyak sekali ungkapan2 di masyarakat yg sebenarnya bukan hadits, seperti ungkapan berikut :
من عرف نفسه فقد عرف ربه
Siapa yg mengenal dirinya, maka berarti ia telah mengenal Tuhannya.
Ungkapan di atas sesungguhnya bukanlah hadits, melainkan ungkapan ulama saja, yaitu ungkapan Abu Sa'id AlKhurazy. Namun betapa banyaknya para asatidz di mimbar2 masjid mengatakan bahwa ungkapan tsb adalah hadits.
3. Maka oleh karenanya hendaknya kita harus berhati2 dalam menyampaikan satu ungkapan, agar jangan sampai kita mengatakan sesuatu yg bukan hadits sebagai hadits. Krn dosanya demikian besarnya yang akan menjadikan pelakunya masuk ke dalam kobaran api neraka.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 48. Diantara Dosa Yang Paling Dimurkai Allah Swt
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 17.53Rehad (Renungan Hadits) 48
Diantara Dosa Yang Paling Dimurkai Allah Swt
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ قُلْتُ إِنَّ ذَلِكَ لَعَظِيمٌ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ ثُمَّ أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ تَخَافُ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ ثُمَّ أَنْ تُزَانِيَ بِحَلِيلَةِ جَارِكَ (رواه البخاري)
Dari Ibnu Mas'ud ra berkata, "Aku bertanya kepada Nabi Saw, 'Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?" Maka Nabi Saw menjawab, "Engkau menjadikan tandingan (syirik) untuk Allah, padahal Dia lah yang menciptakanmu." Aku lalu berkata, 'Jika demikian berarti itu memang perkara besar!" kemudian aku bertanya lagi, 'Lalu apa lagi? ' Nabi Saw menjawab: "Engkau membunuh anakmu karena kamu khawatir ia akan makan bersamamu." Kemudian saya bertanya, "Lantas apa lagi?" Nabi menjawab: "Engkau berzina dengan isteri tetanggamu." (HR. Bukhari)
Hikmah Hadits ;
1. Syirik merupakan dosa terberat dan terbesar yang pelakunya tidak akan pernah mendapatkan ampunan dari Allah Swt. Dan diantara salah satu bentuk kemusyrikan adalah meyakini ada yang dapat memberikan keselamatan, rezeki, keberuntungan, kesembuhan, kebahagiaan, selain dari Allah Swt. Maka orang yang menyekutukan Allah Swt, kelak akan kekal di dalam kobaran siksa api neraka.
2. Termasuk dosa besar di sisi Allah Swt adalah membunuh anak, yang disebabkan karena khawatir jatuh miskin. Sebab, setiap manusia atau bahkan setiap makhluk bernyawa yang hidup di dunia ini, telah Allah tentukan dan Allah berikan rizkinya. Oleh karenanya, kita tidak perlu khawatir karenanya. Dan membunuh anak (baik ketika masih berada dalam kandungan/ janin atau ketika sdh lahir), adalah termasuk dosa besar yang menjadikan pelakunya akan mendapatkan kemurkaan Allah Swt.
3. Dosa besar lainnya yang juga sangat dimurkai Allah Swt adalah berzina dengan istri tetangganya sendiri. Berzina dengan orang lain yang bukan tetangga saja, sdh demikian besar dosanya, dimana secara hukum pelakunya dapat dirajam sampai meninggal dunia (jika sdh menikah), atau mendapatkan 100 kali cambukan (jika belum menikah). Namun ternyata berzina dgn istri tetangga jauh lebih keji, karena tentu menyebabkan kerusakan moral besar di masyarakat. Semoga Allah hindarkan kita semua dari ketiga dosa besar ini, serta semoga kita semua masuk dalam golongan orang2 yg bertakwa.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad (Renungan Hadits) 047
Kenikmatan Diatas Kenikmatan
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ لِأَهْلِ الْجَنَّةِ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ فَيَقُولُونَ لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ فِي يَدَيْكَ فَيَقُولُ هَلْ رَضِيتُمْ فَيَقُولُونَ وَمَا لَنَا لَا نَرْضَى يَا رَبِّ وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ فَيَقُولُ أَلَا أُعْطِيكُمْ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ فَيَقُولُونَ يَا رَبِّ وَأَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ فَيَقُولُ أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا (رواه البخاري)
Dari Abu Sa'id Al Khudzri ra berkata, 'Nabi Saw bersabda: "Bahw Allah berfirman kepada penduduk surga, 'Wahai penduduk surga.' Mereka menjawab, 'Baik, kami penuhi panggilan-Mu, dan seluruh kebaikan berada di tangan-Mu Ya Allah. Allah meneruskan, 'Apakah kalian telah ridha (thd nikmat surga)? ' Mereka menjawab, 'Bagaimanakah kami tidak puas wahai Rabb, sedang telah Engkau beri kami sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada satu pun dari makhluk-Mu.' Allah kembali berfirman, 'Maukah Aku beri kalian suatu yang lebih baik dari itu semua? ' Mereka bertanya, 'Ya Rabb, apalagi yang lebih utama daripada ini semua? ' Allah menjawab, 'Sekarang Aku halalkan untuk kalian keridhaan-Ku, sehingga Aku tidak marah terhadap kalian selama-lamanya.' (HR. Bukhari)
Hikmah Hadits :
1. Kenikmatan surga merupakan kenikmatan yang akan Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang diridhai-Nya. Sebuah kenikmatan surga yang tidak pernah Allah berikan kepada siapapun di seluruh jagad raya, selain kepada orang2 yang bertakwa. Dalam riwayat lainnya disebutkan,Allah Swt berfirman, 'Aku sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang shaleh, kenikmatan (surga) yang belum pernah terlihat oleh mata, tiada pernah di dengar oleh telinga, bahkan tiada pernah terlintas dalam benak khayal manusia (HR. Bukhari).
2. Demikan tak terkiranya kenikmatan surga, hingga kelak para penghuni surga ketika ditanya oleh Allah Swt, apakah mereka ridha thd surga yg telah Allah berikan kpd mereka? Mereka menjawab, 'Bagaimanakah kami tidak puas wahai Rabb, sedang Engkau telah memberi kami sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada satu pun dari makhluk-Mu.' Sungguh merupakan gambaran kenikmatan yang sangat sangat besarnya.
3. Namun ternyata, dibalik kenikmatan materi yg tiada terkira di dalam surga, ada kenikmatan lain yang jauh melebihi besarnya kenikmatan materi, yaitu kenikmatan inmateri, sebagaimana digambarkan dalam hadits qudsy di atas, 'Maukah Aku beri kalian suatu yang lebih baik dari itu semua? ' Mereka bertanya, 'Ya Rabb, apalagi yang lebih utama daripada ini semua? ' Allah menjawab,'Sekarang Aku halalkan untuk kalian keridhaan-Ku, sehingga Aku tidak marah terhadap kalian selama-lamanya.' Itulah kenikmatan di atas segala kenikmatan, yaitu keridhaan paripurna dari Allah Swt, dan Allah tiada akan pernah marah dan murka thd mereka. Subhanallah... Mudah2an kita semua termasuk ke dalam golongan orang2 yang mendapatkan nikmat surga.... Amiiin Ya Rabbal Alamiin...
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 045. Akibat Banyak Bersumpah Karena Dunia Dan Enggan Berbagi
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 17.51Rehad (Renungan Hadits) 045
Akibat Banyak Bersumpah Karena Dunia Dan Enggan Berbagi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِم؛ْ رَجُلٌ حَلَفَ عَلَى سِلْعَةٍ لَقَدْ أَعْطَى بِهَا أَكْثَرَ مِمَّا أَعْطَى وَهُوَ كَاذِب،ٌ وَرَجُلٌ حَلَفَ عَلَى يَمِينٍ كَاذِبَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ لِيَقْتَطِعَ بِهَا مَالَ امْرِئٍ مُسْلِم،ٍ وَرَجُلٌ مَنَعَ فَضْلَ مَاءٍ فَيَقُولُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْيَوْمَ أَمْنَعُكَ فَضْلِي كَمَا مَنَعْتَ فَضْلَ مَا لَمْ تَعْمَلْ يَدَاكَ (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda: "Ada tiga golongan yang Allah tidak mengajak mereka bicara pada hari kiamat dan Allah juga tidak akan memandang mereka; (yaitu) 1. Seseorang yang bersumpah dalam dagangannya sehingga bisa diberi lebih banyak daripada biasanya, dan ia dusta dalam sumpahnya. 2. Seseorang yang melakukan sumpah dusta setelah 'ashar dengan ambisi bisa mendapatkan harta orang muslim lainnya. 3. Dan seseorang yang menahan kelebihan air (tidak berbagi), sehingga Allah pada hari kiamat berfirman 'Saya sekarang menahan kurnia-Ku sebagaimana engkau pernah menahan kelebihan air yang kedua tanganmu tidak bekerja karenanya." (HR. Bukhari)
Hikmah Hadits :
1. Hadits di atas menggambarkan adanya tiga amalan yang menyebabkan kemurkaan Allah Swt, sehingga Allah tiada sudi utk berbicara dan tdk sudi utk memandang mereka di hari kiamat. Oleh karena itu, ketiga perkara ini harus dihindari dan dijauhi sebisa mungkin, agar kita terhindar dari kemurkaan Allah Swt.
2. Ketiga perbuatan tsb adalah banyak bersumpah dengan nama Allah dalam bisnis, demi mendapatkan keuntungan duniawi. Umumnya hal ini dilakukan dalam rangka mendapatkan simpati dan kepercayaan dari mitra dagangnya dan atau berharap mendapatkan keuntungan berlipat. Kemudian yang kedua adalah melakukan bersumpah palsu, juga demi mendapatkan keuntungan duniawi dan atau merampas hak orang lain, seperti bersumpah bahwa suatu barang adalah miliknya, agar ia bisa menguasai barang tsb, sementara barang itu sebenarnya milik orang lain. Ia mengambilnya secara bathil, dengan bersumpah menggunakan nama Allah Swt.
3. Kemudian yang terakhir adalah seseorang yang tidak mau memberi dan tidak peduli pada sekitarnya, ia bakhil dan tidak mau berbagi pada orang dan masyarakat yang kekurangan di sekitarnya, seperti tidak mau berbagi air sementara ia memiliki kelebihan air yang melebih dari kebutuhannya. Maka kelak di Hari Kiamat, Allah pun enggan memberikan karunia-Nya kepadanya, na'udzubillahi min dzalik... Semoga Allah Swt hindarkan kita dari ketiga sifat tercela tersebut.
Wallahu A'lam bis shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 046. Ketika Allah Mencintai Hamba-Nya
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 17.45Label: Rehad