Rehad (Renungan Hadits) 239
Kekuatan Jiwa Seorang Mu'min
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah raa berkata, "bahwa Rasulullah Saw bersabda, 'Seorang mu'min yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Swt daripada mu'min yang lemah. Pada masing-masing dari keduanya terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan; 'Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu'. Tetapi katakanlah; 'lni sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata 'law' (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan syaitan." (HR. Muslim, hadits no 4816)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa "keimanan" merupakan sumber kekuatan bagi setiap orang yang beriman. Karena iman merupakan energy yang dengannya akan membangkitkan semangat, memunculkan harapan, memberikan inspirasi, menumbuhkan imunitas, dan menguatkan jiwa. Oleh karenanya, sejatinya iman menjadikan seseorang semakin kuat, dan bukan menjadikannya lemah. Itulah sebabnya, "seorang mu'min" yang "kuat", adalah menjadi penyebab datangnya kebaikan dan kecintaan Allah Swt bagi dirinya.
2. Kekuatan sebagaimana yang dimaksud dalam hadits di atas, dapat mencakup berbagai dimensi ;
#1. Al-Quwwah An-Nafsiyah, yaitu kekuatan jiwa dalam artian seorang mu'min seharusnya memiliki mental yang kuat, tidak mudah putus asa, tidak mudah patah semangat, dan selalu optimis serta berposotif thinking.
#2. Al-Quwwah Al-Jasadiyah yaitu kekuatan fisik dalam artian sejatinya seorang mu'min memiliki fisik yang sehat dan kuat, tidak lemah dan tidak mudah lelah. Diriwayatkan bahwa Nabi Saw memiliki fisik yang kuat, yang bahkan ketika para sahabat kesulitan memecahkam batu yang menjadi penghalang ketika membuat parit dalam perang Khandak, maka Nabi Saw yang kemudian memecahkan batu besar tsb dengan tangan beliau.
#3. Al-Quwwah Al-Aqliyah, yaitu kekuatan akal dalam artinya seharusnya setiap muslim memiliki kecerdasan dan kaya dengan ilmu pengetahuan. Karena salah satu konsekwensi iman adalah menuntut ilmu, bahkan wahyu pertama yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Saw adalah perintah utk membaca. Sedangkan membaca merupakan sarana paling efektif dalam menuntut ilmu.
#4. Al-Quwwah Al-Maliyah, yaitu kekuatan finansial, dalam artian seorang muslim idealnya adalah orang yang memiliki kemampual finansial yang cukup, kehadirannya memberikan kontribusi finansial bagi orang lain. Dengan kata lain, seorang muslim idealnya menjadi "muzakki", karena tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
3. Salah satu wujud dari kekuatan jiwa seorang mu'min adalah tidak mudah mengucap kata "andai' atau 'seandainya'. Karena kata-kata seperti itu menggambarkan lemahnya jiwa, khususnya ketika kata tsb diucapkan pada saat terjadinya sesuatu yg tidak diharapkan. Karena seorang mu'min adalah orang yg selalu berpositf thinking (husnudzan) kepada Allah. Apa yang Allah takdirkan, adalah yang terbaik dan paling tepat bagi dirinya. Mudah2an Allah Swt anugerahkan kita kekuatan sebagaimana dimaksud dalam hadits di atas yang oleh karenanya menjadikan kita layak utk mendapatkan cinta Allah Swt. Amiiiin Ya Rabbal Alamiiin.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 238. Hati Insan Diantara Ketaatan dan Kemaksiatan
1 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 07.13Rehad (Renungan Hadits) 238
Hati Insan; Diantara Ketaatan dan Kemaksiatan
عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ (رواه مسلم)
Dari Abdullah bin 'Amru bin Ash ra berkata, bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya hati anak cucu Adam (semua manusia) itu berada di antara dua jari Allah Yang Maha Rahman. Allah Subhanahhu wa Ta'ala akan memalingkan hati siapa saja menurut kehendak-Nya." Kemudian Rasulullah Saw berdoa, 'Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu." (HR. Muslim, hadits no 4798)
Hikmah Hadits ;
1. Hati setiap manusia berada diantara dua pilihan ; berada di jalan ketaatan atau berada dalam jalan kemaksiatan. Terkadang hati merasa nyaman dan senang dalam ketaatan kepada Allah Swt, bahkan terasa "hampa" bila sejengkal saja jauh dari-Nya. Namun terkadang juga hati larut dalam kealpaan, tenggelam dalam jurang kemaksiatan, dan terkubur dalam hawa nafsu yang mengekang. Itulah kondisi hati manusia, yang bahkan dalam riwayat lain digambarkan sebagai berukut ; Fitnah akan dipaparkan pada hati manusia bagaikan tikar yang diurai sehelai demi sehelai. Mana pun hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana pun hati yang tidak dihinggapinya, maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti bekas tembaga berkarat, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali sesuatu yang diserap oleh hawa nafsunya." (HR. Muslim, no 207)
2. Maka bisa jadi, ada seseorang yang hidup sekian lama dalam ketaatan kepada Allah Swt, namun pada akhirnya ia justru jauh dari Allah, na'udzubillah min dzalik. Sebaliknya, ada juga seseorang yang sekian lama hidup jauh dari Allah, bergelimang dengan kemaksiatan, namun pada akhirnya justru ia dekat dan kembali pada Allah. Kondisi tersebut tertuang dalam riwayat sbb ;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ الزَّمَنَ الطَّوِيلَ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ ثُمَّ يُخْتَمُ لَهُ عَمَلُهُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ الزَّمَنَ الطَّوِيلَ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ ثُمَّ يُخْتَمُ لَهُ عَمَلُهُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda "Ada seseorang yang mengamalkan amalan ahli surga pada waktu yang sangat lama, lalu ia menutup akhir hidupnya dengan amalan ahli neraka. Ada pula seseorang yang mengerjakan amalan ahli neraka pada waktu yang sangat lama, namun kemudian ia menutup akhir hidupnya dengan amalan ahli surga. (HR. Muslim, no 4791).
3. Itulah maknanya bahwa hati setiap insan berada diantara dua jari Allah yang Maha Rahman, karena setiap orang tidak mengetahui bagaiamana akhir dan kesudahan dalam kehidupannya. Apakah berarkhir dalam ketaatan, ataukah dalam kemaksiatan. Maka, supaya hati tetap dalam ketaatan kepada Allah, hendaknya setiap kita senantiasa berusaha untuk selalu istiqamah dalam kebaikan, bermulazamah bersama para mukhlashin (orang-orang yang ikhlas), serta memperbanyak doa sebagaimana yg diajarkan Nabi Saw ;
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِك
Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu."
Mudah2an kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang hatinya senantiasa istiqamah dalam ketaatan kepada Allah Swt, hingga kelak Allah Swt memanggil kita dalam kondisi husnul khatimah.
Amiiin Ya Rabbal Alamiiin
Wallahu A'lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 237. Ketika Kebaikan Seseorang Mendapatkan Pujian
1 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 07.12Rehad (Renungan Hadit) 237
Ketika Kebaikan Seseorang Mendapatkan Pujian
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ الْعَمَلَ مِنْ الْخَيْرِ وَيَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ قَالَ تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِن (رواه مسلم)
Dari Abu Dzar ra berkata, bahwa Rasulullah Saw pernah ditanya, 'Bagaimana menurut anda tentang seseorang yang beramal kebaikan lalu orang-orang pun memujinya? ' Beliau menjawab: "Itulah kabar gembira yang disegerakan bagi seorang Mukmin." (HR. Muslim, hadits no 4780)
Hikmah Hadits ;
1. Pada dasarnya seorang muslim ketika melakukan suatu perbuatan kebajikan atau melakukan amal shaleh, niatan dan tujuannya semata-mata adalah untuk mendapatkan pahala dan keridhaan dari Allah Swt semata. Dan bahwasanya hanya amalan yang diniatkan untuk mendapatkan pahala dan keridhaan dari Allah Swt lah yang kelak akan memiliki nilai mulia berupa balasan kebaikan di akhirat, sekecil apapun amal perbuatannya tersebut. Allah Swt berfirman ;
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (QS.Az-Zalzalah : 7)
2. Namun tidak jarang ketika seseorang kontinou dalam melaksanakan amal shaleh, selalu berbuat kebajikan, istiqamah dalam perbuatan ihsan, yang kesemuanya semata-mata didedikasikan hanya untuk mendapatkan pahala dan keridhaan dari Allah Swt, ia juga mendapatkan pujian dan sanjungan dari orang lain karena kebaikannya tersebut. Dan hal ini lah yang dikhawatirkan oleh setiap muslim akan berpotensi "mengganggu" balasan pahala dari Allah Swt kelak di akhirat, lantaran adanya pujian dari manusia. Sehingga salah seorang sahabat Nabi Saw yaitu Abu Dzar menanyakannya kepada Rasulullah Saw. Menanggapi hal tersebut, maka Nabi Saw justru bersabda, 'Itulah kabar gembira yang disegerakan Allah Swt bagi seorang mukmin.' Artinya bahwa hal tersebut tidaklah menjadi masalah, selama niatan amal perbuatannya tersebut adalah ikhlas semata-mata mengharap keridhaan Allah Swt, dan salah satu bentuk keridhaan Allah Swt yang Allah Swt segerakan di dunia adalah dengan memberikan 'pujian' kepadanya melalui lisan manusia yang senang dengan amal shaleh dan perbuatan baiknya.
3. Pentingnya beramal shaleh semata-mata bertujuan mendapatkan keridhaan Allah Swt. Karena selain kelak akan mendapatkan pahala dari Allah, manusia pun juga akan senang bahkan turut memujinya. Sebaliknya jangan sampai kita melakukan perbuatan kebajikan namun niatannya adalah semata2 ingin mendapatkan pujian manusia, karena bisa jadi hal tersebut akan mendatangkan kemurkaan Allah Swt. Nabi Saw bersabda,
مَنْ الْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنْ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ
Barangsiapa yang mencari keridlaan Allah sekalipun mendatangkan kebencian manusia, maka Allah akan mencukupkannya dari manusia. Dan barangsiapa yang mencari keridlaan manusia dengan mendatangkan kemurkaan dari Allah, maka Allah akan menjadikan kemurkaan-Nya pada kemurkaan manusia. (HR. Tirmidzi, no 2338)
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 236. Antara Teman Yang Baik Dengan Teman Yang Buruk
1 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 07.10Rehad (Renungan Hadits) 236
Antara Teman Yang Baik Dengan Teman Yang Buruk
عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً (رواه مسلم)
Dari Abu Musa ra, bajwa Nabi Saw bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan teman dekat yang baik dan teman dekat yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Seorang penjual minyak wangi terkadang mengoleskan wanginya kepada kamu dan terkadang kamu membelinya sebagian atau kamu dapat mencium semerbak harumnya minyak wangi itu. Sementara tukang pandai besi adakalanya ia membakar pakaian kamu ataupun kamu akan menciumi baunya yang tidak sedap." (HR. Muslim, hadits no 4762)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa dalan kehidupan, selalu ada dua sisi yang selalu berlawanan dan bertentangan, yang keduanya tiada akan pernah berpadu, yaitu sisi gelap dan sisi terang, atau sisi batil dan haq, serta sisi baik dan sisi buruk. Demikian juga halnya dengan ikatan pertemenan dan ukhuwah; selalu ada seorang sahabat atau teman yang baik dan juga ada sahabat dan teman yang buruk. Baik teman yang baik maupun teman yang buruk, keduanya selalu ada di sekitar kita dalam setiap kehidupan kita. Pilihan untuk berteman dan menjadikannya sebagai sahabat setia atau guna menjadi mitra dala merajut tali ukhuwah, semuanya ada pada kita.
2. Maka ada baiknya kita berhati-hati dan teliti dalam memilih teman, karena "agama" seseorang adalah sangat bergantung pada teman dan sahabat pergaulannya. Jika baik teman dan pergaulannya maka insya Allah akan baik pula agamanya. Sebaliknya jika buruk temannya, maka akan menjadi buruk pula agamanya. Hal ini senagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits ;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ (رواه أبو داود)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seseorang itu bergantung pada agama teman gaulnya, maka hendaklah salah seorang diantara kalian melihat dengan siapa yang menjadi teman gaulnya." (HR. Abu Daud, no 4193)
3. Bahwa indikator kebaikan seorang teman, bukan hanya diukur dari betapa baiknya seorang dalam perhatian maupun pemberian yg diberikannya kepada kita. Namun indikator kebaikannya adalah seberapa jauh ia bisa mengantarkan kita menjadi lebih dekat dengan Allah Swt; menjadikan kita lebih rajin beribadah serta menjadikan kita semakin terhindar dari perbuatan dosa dan maksiat. Itulah sebabnya, Nabi Saw memberikan perumpamaannya seperti berteman dengan penjual minyak; wangi dimana kita akan selalu merasakan aroma keharuman wanginya, bahkan terkadang dioleskan sebagian minyak wanginya ke diri kita.
4. Sebaliknya teman yang buruk, indikatornya adalah teman yang justru semakin menjauhkan kita dari Allah, menarik kita dalam lembah cinta dunia dan kemaksiatan, membuat kita lalai dari ibadah, menjadikan kita "berani" mencoba-coba yang haram, serta menyeret kita pada kemurkaan Allah Swt. Itulah sebabnya, Nabi Saw memgumpamakannya seperti berada bersama dgn tukang besi, yang selalu meniup api guna membakar besinya; udara panas dan percikan api selalu menjadi kesehariannya, yang terkadang hawa panasnya, aroma keringatnya yang tidak sedap serta bahkam percikan apinya dapat saja mengenai dan membakar kita. Maka, mari kita selektif dalam memilih teman dan sahabat, agar kita bisa mendapatkan kebaikannya seperti kebaikan minyak wangi yang harum dan mengharumkan kita serta mengantarkan kita pada keridhaan Allah Swt.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 235. Dan Setiap Senyuman Pun Akan Berbuah Pahala
1 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 07.09Rehad (Renungan Hadits) 235
Dan Setiap Senyuman Pun Akan Berbuah Pahala
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ (رواه مسلم)
Dari Abu Dzar ra berkata, bahwa Nabi Saw bersabda kepadaku, "Janganlah kamu menganggap remeh perbuatan baik sedikitpun, mrskipun hanya menampilkan wajah ceria kepada saudaramu (sesama muslim) ketika bertemu.' (HR. Muslim, hadits no 4760)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa perbuatan kebaikan (baca ; amal shaleh) itu sangat luas jangkauannya dan sangat variatif ragamnya. Dan tidak semua perbuatan kebaikan itu berat atau sulit untuk dilakukan. Bahkan kebanyakan amal shaleh itu justru sangat mudah dan amat ringan untuk dilamalkan, salah satunya adalah 'menampilkan wajah ceria, atau memberikan senyuman terhadap saudara sesama muslim, sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas. Dan ternyata sekedar memberikan senyuman saja, keutamannya adalah akan mendatangkan pahala seperti bersedekah. Subhanallah, betapa mulianya ajaran Rasulullah Saw.
2. Bahkan dalam riwayat lainnya, yaitu riwayat Imam Tirmudzi, Nabi Saw menggambarkannya dengan bahasa ( تبسمك ) yang artinya, "senyumanmu", yaitu riwayat berikut ;
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَة... (رواه الترمذي)
Sari Abu Dzarr ra berkata; Rasulullah Saw bersabda, "Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah bagimu.." (HR. Tirmidzi, hadits no 1879). Dan Nabi Saw pun dalam banyak riwayat digambarkan bahwa beliau selalu tersenyum. Dalam sebuah kesempatan, Abdullah bin Mas'ud ra berkata,
فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ
Sungguh aku melihat Rasulullah Saw tersenyum hingga gigi geraham beliau terlihat'.(HR. Muslim, hadits no 273). Dalam riwayat lainnya juga disebutkan, Dari Jarir bin Abdillah ra, berkata, “bahwa Rasulullah Saw tidak pernah melarangku untuk menemui beliau sejak aku masuk Islam, dan beliau tidak pernah memandangku kecuali dalam keadaan tersenyum di hadapanku.' (HR. Muslim)
3. Ada hal yang perlu menjadi catatan kita terkait dengan masalah senyuman, yaitu ;
#1. Bahwa meskipun kita dianjurkan untuk selalu tersenyum, namun sesungguhnya kita juga dilarang untuk tertawa hingga terbahak-bahak. Dan Nabi Saw sendiri tidak pernah tertawa hingga terbahak-bahak. Dalam riwayat disebutkan ; Dari Aisyah isteri Nabi Saw, bahwa ia berkata, "Saya tidak pernah melihat Rasulullah Saw tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan tenggorokan beliau, karena biasanya beliau hanya tersenyum." (HR. Muslim, no 1497). Karena tertawa terbahak-bahak berpotensi matikan hati, sebagaimana sabda beliau,
وَلَا تُكْثِرْ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْب
"Dan janganlah engkau banyak tertawa, karena banyak tertawa itu akan mematikan hati." (HR. Tirmidzi, hadits no 2227).
#2. Hendaknya setiap senyuman dilakukan adalah ikhlas semata-mata mengharap keridhaan Allah Swt dan mengamalkan sunnah Rasulullah Saw. Jangan sampai misalnya, kita tersenyum hanya untuk sekedar menebar pesona, atau untuk menggoda lawan jenis, atau hanya karena SOP dalam pekerjaan semata yang menuntut kita "harus" tersenyum terhadap customer misalnya. Namun senyuman hendaknya dari hati, ikhlas karena Allah dan mengamalkan sunnah Rasulullah Saw. Dan insya Allah, senyuman seperti inilah yang akan berbuah pahala seperti bersedekah.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 234. Jangan Tertipu Pesona Tampilan Lahiriyah
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 07.08Rehad (Renungan Hadits) 234
Jangan Tertipu Pesona Tampilan Lahiriyah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رُبَّ أَشْعَثَ مَدْفُوعٍ بِالْأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Berapa banyak orang yang rambutnya kusut, tampak dihinakan dan di usir oleh orang-orang, namun apabila dia berdo'a kepada Allah, pasti Allah akan mengambulkannya." (HR. Muslim, hadits no 4754)
Hikmah Hadits ;
1. Anjuran utk tidak memandang seseorang dari tampilan lahiriyahnya saja. Karena betapa banyak orang yang tampilan lahiriyahnya mempesona, kata-katanya seolah membangkitkan asa, visi dan pengetahuannya seakan menghentak dada, goresan penanya menyihir mata, namun ternyata bathiniyahnya porak poranda. Sebaliknya betapa banyak orang yang tampilan lahiriyahnya sangat sederhana, namun ternyata hatinya penuh iman dan taqwa, yang apabila ia berdoa, Allah Swt pasti mengijabah segala doanya. Dalam riwayat disebutkan, dari Sahl ra berkata, Ada seorang laki-laki lewat di hadapan Rasulullah Saw, maka beliau pun bertanya kepada para sahabat, "Bagaimana pendapat kalian mengenai orang ini?" Mereka menjawab, "Ia begitu berwibawa. Bila ia meminang pasti diterima, dan bila memberi perlindungan pasti akan dipenuhi, dan bila ia berbicara, niscaya akan didengarkan." Beliau kemudian terdiam, kemudian lewatlah seorang laki-laki dari fuqara` kaum muslimin, dan beliau pun bertanya lagi, "Lalu bagaimanakah pendapat kalian terhadap orang ini?" mereka menjawab, "Ia pantas bila meminang untuk ditolak, jika memberi perlindungan tak akan digubris, dan bila berbicara niscaya ia tidak didengarkan." Maka Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya orang ini lebih baik daripada seluruh kekayaan dunia yang seperti ini. (HR. Bukhari, hadits no 4701)
2. Karena Allah Swt Maha Adil dan Maha Bijaksana, Allah tidak memandang seseorang dari pintarnya ia bermain kata, atau dari pesona tampilan fisiknya, atau dari harta dalam aset kekayaannya. Namun Allah Swt hanya memandang seseorang dari kemuliaan hatinya yang terhiasi dengan iman dan taqwa. Nabi Saw bersabda,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian." (HR. Muslim, no 4651)
3. Maka betapa bahagianya seseorang yang hidupnya sederhana, tutur katanya juga sederhana, ilmunya juga mungkin sederhana, namun ia memiliki tingkat keikhlasan yang sangat luar biasa, sehingga amal shalenya jauh melebihi tampilan fisiknya, keindahan hatinya jauh mengungguli keindahan wajahnya dan sentuhan kalimat dalam hatinya jauh menandungi kata-kata yang keluar dari lisannya. Orang yang seperti inilah bisa jadi merupakan orang-orang yg dicintai Allah Swt, yang meskipun tidak banyak dikenal oleh penduduk bumi, namun ia sangat di kenal oleh penduduk langit, yaitu oleh para malaikat yang suci dan mulia. Nabi Saw bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْأَبْرَارَ الْأَتْقِيَاءَ الْأَخْفِيَاءَ الَّذِينَ إِذَا غَابُوا لَمْ يُفْتَقَدُوا وَإِنْ حَضَرُوا لَمْ يُدْعَوْا وَلَمْ يُعْرَفُوا قُلُوبُهُمْ مَصَابِيحُ الْهُدَى يَخْرُجُونَ مِنْ كُلِّ غَبْرَاءَ مُظْلِمَةٍ
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang baik lagi bertakwa dan tidak dikenal, yaitu orang-orang yang apabila menghilang maka mereka tidak dicari-cari, dan jika mereka hadir maka mereka tidak di kenal, hati mereka ibarat lentera-lentera petunjuk yang muncul dari setiap bumi yang gelap." (HR. Ibnu Majah, no 3979). Ya Allah jadikanlah hati-hati kami menjadi hati yang yang memiliki pesona iman dan taqwa, yang keindahannya dapat memikat para Malaikat dan menjadi penyebab datangnya rahmat dan pembawa syafaat... Amiin Ya Rabbal Alamiiin.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 233. Sekedar Menyingkirkan Duri Dari Jalanan Akan Membuahkan Ampunan
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 07.07Rehad (Renungan Hadits) 233
Sekedar Menyingkirkan Duri Dari Jalanan, Akan Membuahkan Ampunan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ فَأَخَّرَهُ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Ketika ada seorang lelaki tengah berjalan di suatu jalan dan ia mendapati batang kayu yang berduri dijalan tersebut, lalu ia mengambil dan membuangnya. Maka Allah 'azza wajalla berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya." (HR. Muslim, hadits no 4743)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa ladang amal shaleh sangatlah luas, tidak hanya mencakup aspek ibadah secara langsung kepada Allah Swt. Namun segala perbuatan yang mendatangkan kebaikan untuk orang lain, atau menghindarkan bahaya dan mudharat bagi orang lain, ternyata juga termasuk amal shaleh yang medatangkan pahala dari Allah Swt, termasuk diantaranya menyingkirkan kayu berduri dari jalanan supaya orang lain yang melawati jalan tersebut tidak terganggu karenanya, adalah merupakan amal shaleh yang bahkan dapat membuahkan ampunan dari Allah Swt, sebagaimana digambarkan dalam hasits di atas.
2. Meskipun terlihat remeh dan kecil, namun menyingkirkan duri dari jalanan yernyata mendatangkan pahala yang begitu besarnya; yaitu ampunan Allah Swt. Maka untuk menggapai ampunan dari Allah, selain utamanya adalah dengan istighfar, amalan-amalan sosial juga bisa menjadi penyebab datangnya ampuman Allah Swt. Bahkan dalam riwayat lainnya disebutkan, bahwa menyingkirkan duri dari jalanan adalah salah satu cabang dari cabang-cabang keimanan kepada Allah Swt. Nabi Saw bersabda ;
الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ (رواه مسلم)
"Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh tiga sampai enam puluh sembilan cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan, LAA ILAAHA ILLALLAHU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalanan. Dan malu itu adalah sebagian dari iman." (HR. Muslim, hadits no 51).
3. Maka jika kita ingin menjadi seorang hamba yang beriman, dengan iman yang sebaik-baiknya, maka hendaknya kita juga mengiringi ibadah yang kita lakukan dengan amal shaleh berupa amal sosial yang mendatangkan manfaat bagi orang lain dan atau dengan perbuatan yang dapat menghindarkan kemudharatan (bahaya) bagi orang lain. Dalam riwayat disebutkan bahwa Nabi Saw bersabda;
خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ (رواه أحمد)
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang dinanti-nanti kebaikannya dan (orang lain) merasa aman dari kejelekannya. Dan sejelek-jelek kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan (orang lain) tidak merasa aman dari keburukannya." (HR. Ahmad, no 8456)
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 232. Tiga Jenis Dusta Yang Diperbolehkan
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 05.38Rehad (Renungan Hadits) 232
Tiga Jenis Dusta Yang Diperbolehkan
عن أُمّ كُلْثُومٍ بِنْتَ عُقْبَةَ بْنِ أَبِي مُعَيْطٍ أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا سَمِعَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ لَيْسَ الْكَذَّابُ الَّذِي يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ وَيَقُولُ خَيْرًا وَيَنْمِي خَيْرًا (رواه مسلم)
Dari Ummu Kultsum bin 'Uqbah bin Abu Mu'aith bahwasanya ia mendengar Rasulullah Saw bersabda, "Bukanlah termasuk pendusta ; orang yang mendamaikan pihak-pihak yang sedang bertikai, orang yang berkata demi kebaikan, dan orang yang membangkitkan (mengingatkan) kebaikan." (HR. Muslim, hadits no 4717)
Hikmah Hadits ;
1. Pada dasarnya dusta adalah haram, bahkan termasuk salah satu dosa besar sebagaimana digambarkan riwayat dari Abu Bakrah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Maukah aku beritahukan kepada kalian dosa besar yang paling besar?" Yaitu tiga perkara, (1) menyekutukan Allah, (2) mendurhakai kedua ibu bapak, dan (3) bersaksi palsu atau kata-kata palsu, " saat itu beliau sedang bersandar lalu duduk. Beliau terus mengulangi sabdanya sehingga kami berkata, 'Semoga beliau berhenti'." (HR. Muslim, hasits no 126).
2. Namun ada kondisi-kondisi tertentu dimana perkataan yang mengandung dusta masih diperbolehkan. Imam Az-Zuhri (perawi hadits di atas) mengemukakan ;
قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَلَمْ أَسْمَعْ يُرَخَّصُ فِي شَيْءٍ مِمَّا يَقُولُ النَّاسُ كَذِبٌ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ الْحَرْبُ وَالْإِصْلَاحُ بَيْنَ النَّاسِ وَحَدِيثُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَحَدِيثُ الْمَرْأَةِ زَوْجَهَا
lbnu Syihab Az-Zuhri berkata; 'Saya tidak pernah mendengar diperbolehkannya dusta yang diucapkan oleh manusia kecuali dalam tiga hal, yaitu; (1) dusta dalam peperangan, (2) dusta untuk mendamaikan pihak-pihak yang sedang bertikai, dan (3) dusta suami terhadap istri atau istri terhadap suami (untuk meraih kebahagiaan atau menghindari keburukan). (HR. Muslim no 4717).
3. Namun yang juga perlu menjadi catatan adalah bahwa dusta yang diperbolehkan dalam hadits diatas adalah dusta dalam arti permainan kata (tauriyah) yaitu menampakkan pada yang diajak bicara tidak sesuai kenyataan, namun sesungguhnya pernyataan yang diungkap itu adalah benar, bukan duata dalam arti dusta kebohongan secara mutlak. Di dalam kitab Syarah Muslim, Imam An Nawawi menyatakan, ”Maksud dusta suami kepada istri dan sebaliknya adalah dusta ketika menampakkan cinta kasih dan ketika berjanji pada perkara yang tidak wajib atau sejenisnya. Ada pun dusta di antara suami dengan maksud menipu untuk mendapatkan perkara yang bukan haknya, maka dusta seperti ini hukumnya haram berdasarkan ijma’ kaum muslim." Demikian juga dusta untuk mengislah (mendamaikan) dua pihak yang sedang bertikai, misalnya dengan mengatakan, "Si A yang kamu benci, sebenarnya sering mendoakanmu". Ungkapan tersebut dumaksudkan agar pihak yang bertikai dapat mereda emosinya dan saling bermaafan.
4. Maqashid atau filosofi dari diperbolehkannya dusta (tauriyah) seperti ini adalah menghindarkan dari mafsadat (kerusakan dan kehancuran), seperti permusuhan antara sesama kaum muslimin, atau perceraian anatara suami istri, atau merajalelanya kedzaliman. Karena jika hal tersebut terjadi, tentu mudharat dan dampaknya akan lebih besar. Oleh karena itulah dalam syariah menghilangkan kemungkaran harus lebih diprioritaskan bahkan dibandingkan dengan mendatangkan kemanfaataan ;
درء المفاسد مقدم من جلب المصالح
"Menghilangkan kemafsadatan harus lebih didahulukan dari pada mendatangkan kemaslahatan”
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 231. Da'wah Itu Bukanlah Memfonis, Namun Mengajak Dan Bertutur Kata Yang Manis
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 05.37Rehad (Renungan Hadits) 231
Da'wah Itu Bukanlah Memfonis, Namun Mengajak Dan Bertutur Kata Yang Manis
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ عَلَى الْمُشْرِكِينَ قَالَ إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah dia berkata; "Seorang sahabat berkata, 'Wahai Rasulullah, do'akanlah untuk orang-orang musyrik agar mereka celaka! ' Mendengar itu, Rasulullah Saw bersabda, 'Sesungguhnya aku diutus bukan untuk menjadi pelaknat, tetapi aku diutus sebagai rahmat.'" (HR. Muslim, hadits no 4704)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa da'wah merupakan sebuah kewajiban fardhu 'ain bagi setiap muslim. Syekh Abdul Karim Zaidan dalam kitabnya Ushulud Da'wah menjelaskan secara panjang lebar berkenaan dengan hal tersebut, dimana salah satu argumentasi yang beliau paparkan adalah firman Allah Swt QS. Ali Imran : 104, bahwa ( منكم ) Abdul Karim dalam ayat tersebut adalah littabyin (berfungsi sebagai penjelas), bukan littab'idh (berfungsi sebagai kata yg menunjukkan sebagian), yang oleh karenanya tidak bisa difahami perintah berdakwah hanya utk sebagian saja sementara yg lainnya tidak, karena dakwah adalah kewajiban setiap muslim dan muslimah. Kecuali jika difahami dalam arti keharusan adanya orang yang fokus membuat peta dakwah, strategi dan sarana dakwah, tahapan, target, perangkat dan segala hal yang dibutuhkan bagi para pendakwah, maka menyiapkan itu semua adalah fardhu kifayah. Adapun dakwahnya iti sendiri adalah fardhu ain.
2. Namun walaupun da'wah merupakan fardhu ain, tidak kemudian bagi seorang muslim bebas berkata apapun kepada siapapun dalam kondisi apapun, terlebih berkata yg di dalamnya terdapat "fonis" yang negatif bagi orang lain, atau doa yang di dalamnya mengutuk, melaknat atau mencelakai orang lain. Karena substansi dakwah adalah mengajak dan menyeru, agar manusia dapat kembali dan lebih dekat dengan Allah Swt. Sehingga tutur kata yang baik dan bijak, doa yang tulus dan ikhlas serta harapan turunnya hidayah Allah terhadap orang yg didakwahi, seharusnya menjadi obsesi terbesarnya dalam dakwah. Bukan malah "menyalahkan" orang lain, membid'ahkan kelompok lain, "memfonis" masuk neraka madzhab lain, dan menganggap bahwa hanya dirinya dan kelompoknya serta Ustadz-ustadznya saja yg ahli surga, sementara selain mereka adalah neraka semua.
3. Lihatlah betapa bijaknya dakwah Nabi Saw sebagaimana digambatkan dalam riwayat dari Abu Umamah berkata; Sesungguhnya seorang pemuda mendatangi Nabi Saw lalu berkata, Wahai Rasulullah Izinkan aku untuk berzina. Orang-orang mendatanginya lalu melarangnya, mereka berkata; Jangan, jangan. Rasulullah Saw bersabda; "Mendekatlah." Ia pun mendekat lalu duduk kemudian Rasulullah Saw bersabda; "Apa kamu suka jika ibumu berzina?" pemuda itu menjawab; Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, semoga Allah menjadikanku sebagai penebus tuan. Nabi Saw bersabda, orang-orang juga tidak menyukai ibu-ibu mereka berzina." Rasulullah Saw bersabda; "Apa kamu suka jika putrimu berzina?" Tidak, demi Allah wahai Rasulullah semoga Allah menjadikanku sebagai penebus Tuan. Nabi Saw bersabda, orang-orang juga tidak menyukai jika putri mereka berzina." Rasulullah Saw bersabda; "Apa kamu suka jika bibimu berzina? Tidak, demi Allah wahai Rasulullah semoga Allah menjadikanku sebagai penebus Tuan. Nabi Saw bersabda; Orang-orang juga tidak menyukai jika bibi mereka berzina." Kemudian Rasulullah Saw meletakkan tangan beliau pada pemuda itu dan berdoa; "Ya Allah! Ampunilah dosanya, bersihkan hatinya, jagalah kemaluannya." Setelah itu pemuda itu tidak pernah berniat lagi utk berbuat zina.' (HR. Ahmad, hadits no 21185). Maka hendaknya rahmat lebih dikedepankan dalam dakwah, bukan justru laknat. Karena kita adalah du'at (para da'i) bukan qudhat (para pemfonis).
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 230. Ketika Kelemahlembutan Terlepas Dari Pribadi Seorang Muslim
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 05.36Rehad (Renungan Hadits) 230
Ketika Kelemahlembutan Terlepas Dari Pribadi Seorang Muslim
عَنْ جَرِيرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ يُحْرَمْ الرِّفْقَ يُحْرَمْ الْخَيْرَ (رواه مسلم)
Dari Jarir ra bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Barang siapa yang dijauhkan dari sifat lemah lembut (kasih sayang), maka berarti ia telah dijauhkan dari kebaikan.'" (HR. Muslim, hadits no 4694)
Hikmah Hadits ;
1. Sikap kasih sayang dan kelemahlembutan merupakan salah satu sifat utama Nabi Saw sekaligus menjadi karakteristik dakwah beliau, serta seharusnya menjadi ciri utama umat Nabi Muhammad Saw. Allah Swt berfirman, "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." (QS. 3 : 159).
2. Selain keutamaan di atas, kasih sayang dan kemelah lembutan memiliki beberapa keutamaan lainnya, diantaranya adalah sbb ;
#1. Kelemahlembutan merupakan sifat yang dicintai Allah Swt. Hal ini sebagaimana hadits berikut :
يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ
Wahai, 'Aisyah. Sesungguhnya Allah Swt, mencintai kelrmahlembutan dalam segala urusan.' (HR. Muslim, no 4027)
#2. Kelemahlembutan akan mendatangkan kebaikan yang tidak akan pernah bisa didatangkan oleh sifat apapun kecuali sifat kelemahlembutan saja.
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لَا يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ
Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut. Dia mencintai sikap lemah lembut. Allah akan memberikan pada sikap lemah lembut sesuatu yang tidak Dia berikan pada sikap yang keras dan juga akan memberikan apa-apa yang tidak diberikan pada sikap lainnya." (HR. Muslim, no 4697)
#3. Kelemahlembutan akan menjadi penghias akhlak seseorang, siapapun, dimanapun dan kapanpun. Nabi Saw bersabda
إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَه
"Sesungguhnya kasih sayang itu tidak akan berada pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, jika kasih sayang itu dicabut dari sesuatu, melainkan ia akan membuatnya menjadi buruk." (HR. Muslim, no 4698)
#4. Kelemahlembutan menjadi penyebab datangnya kebaikan bagi sebuah keluarga. Nabi Saw bersabda ;
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِأَهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا أَدْخَلَ عَلَيْهِمْ الرِّفْقَ
"Jika Allah menginginkan sebuah kebaikan untuk pemilik rumah maka Allah akan memasukkan kasih sayang atas mereka. (HR. Ahmad, no 23290).
3. Sebaliknya, jika kelemahlembutan sudah "hilang" dari dalam diri pribadi seseorang, maka berarti Allah Swt telah mencabut segala bentuk kebaikan yang terdapat dalam dirinya. Dan jika kebaikan telah dicabut oleh Allah dalam diri seseorang, maka berarti tiada yang tersisa kecuali hanya keburukan semata, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas, na'udzu billah min dzalik. Semoga Allah Swt senantiasa menghiaskan sifat kelemahlembutan dalam diri pribadi kita, serta menjauhkan kita dari sifat keras dan kasar, dalam perkataan dan perbuatan kita semua..... Amiin Ya Rabbal Alamiiin.
Wallahu A'lam
By Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 229. Manusia Terburuk Adalah Manusia Yang Dihindari Oleh Orang Lain Karena Keburukannya
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 23.33Rehad (Renungan Hadits) 229
Manusia Terburuk Adalah Manusia Yang Dihindari Oleh Orang Lain Karena Keburukannya
عن عائشة رضي الله عنها قالت، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم، يا عَائِشَةُ إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْزِلَةً عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ وَدَعَهُ أَوْ تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ (رواه مسلم)
Dari Aisyah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Hai Aisyah, sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang dihindari oleh manusia karena takut kejelekannya.' (HR. Muslim, hadits no 4693)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa setiap manusia diciptakan oleh Allah Swt sebagai seorang hamba yang bertabiat sebagai makhluk sosial. Oleh karena itulah kewajiban ibadah yang dibebankan oleh manusia, tidak hanya ibadah dalam artian tunduk dan sujud kepada Allah Swt (baca ; hablum minallah), namun juga mencakup ibadah dalam bentuk berbuat baik terhadap sesama manusia (hablum minannas). Karena Islam sangat menekankan untuk berbuat baik terhadap sesama manusia, sebagaimana disebutkan "Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain".
2. Oleh karena itulah, di satu sisi Islam sangat menghargai seseorang yang berbuat ihsan terhadap orang lain, dan di sisi lain sangat mencela seseorang yang berbuat keburukan terhadap orang lain. Bahkan (sebagaimana hadits di atas), Nabi Saw mengkategorikan orang yang dihindari oleh orang lain karena keburukannya, adalah sebagai "sejelek-jeleknya" manusia. Artinya bahwa ternyata orang yang tidak peduli terhadap orang lain, bersikap negatif dan berperangai buruk terhahap orang lain, yang oleh karenanya orang-orang takut dan menghindarinya adalah sebagai manusia terburuk di muka bumi, meskipun ia adalah ahli shalat dan suka beribadah mahdhah.
3. Maka Nabi Saw menganjurkan umatnya utk berlaku seimbang dalam ibadah hablum minallahi dan ibadah hablum minannas, serta menekankan untuk berbuat baik terhadap sesama manusia. Sabda beliau ;
أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَام (رواه الترمذي)
"Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan dan laksanakanlah shalat pada saat manusia tertidur nisacaya kalian masuk surga dengan selamat." (HR. Tirmidzi, hadits no 2409).
Semoga kita termasuk ke dalam golongan hamba-hamba Allah yang istiqamah dalam ibadah mahdhah kepada-Nya dan senantiasa dawam dalam berbuat ihsan terhadap sesama manusia, dengan harap keridhaan Allah Swt semata. Amiin Ya Rabbal Alamiin.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 228. Ada Hal-Hal Yang Tidak Seharusnya Dilakukan Pada Hari Raya Idul Fitri
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 23.31Rehad (Renungan Hadits) 228
Ada Hal-Hal Yang Tidak Seharusnya Dilakukan Pada Hari Raya Idul Fitri
عَنْ عُرْوَةَ أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ عَنْ بَيْعَةِ النِّسَاءِ قَالَتْ مَا مَسَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ امْرَأَةً قَط (رواه مسلم)
Dari 'Urwah ra bahwa 'Aisyah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah menyentuh tangan seorang wanita sama sekali. (HR. Muslim, hadits no 3471)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa tidak jarang ketika merayakan Idul Fitri, seorang muslim melakukan perbuatan dan atau kebiasaan yang dimakruhkan bahkan diharamkan oleh Allah Swt. Maka alih-alih mendapatkan kesucian dan ampunan dosa, yang terjadi justru semakin menambah perbuatan dosa. Maka oleh karenanya, hendaknya kita berusaha untuk meninggalkan segala hal yang dilarang atau dimakruhkan, yaitu diantaranya adalah sebagai berikut ;
#1. Terlalu berlebihan dalam mengkonsumsi makanan. Allah Swt berfirman yg maknanya, Dan makan dan minumlah kalian, tapi janganlah kalian berlebih-lebihan. Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raf 31)
#2. Berlebihan dalam berpakaian dan berdandan. Dan hendaknya setiap muslim dan muslimah mengenakan pakaian yang terbaik, menutup aurat, rapi dan tidak berlebihan. Allah Swt berfirman, "Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (Al-Ahzab 33)
#3. Berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Dalam hadits disebutkan, Dari Urwah ra, bahwasanya Aisyah memberitahukannya tentang bai’at wanita. Aisyah berkata, "Rasulullah SAW tidak pernah menyentuh dengan tangannya seorang wanita sama sekali.” (HR. Muslim)
#4. Berlebihan dalam tertawa dan becanda, karena berlebihan dalam tertawa dan becanda dapat mematikan hati, sebagaimana hadits Nabi Saw, "Dan janganlah kalian memperbanyak tertawa, karena banyak tertawa itu akan mematikan hati." (HR. Tirmidzi)
#5. Menunda-nunda waktu pelaksanaan shalat. Dengan alasan silaturahmi atau halal bi halal keluarga besar atau kerabat maupun teman sejawat, seringkali ‘mengulur-ulur’ waktu pelaksanaan shalat. Hal ini juga bukan merupakan perbuatan yang baik. Karena seharusnya kita malaksanakan shalat pada waktunya, tanpa mengulur-ulurnya. Padahal dalam surat Al-Ma'un Allah Swt mengkategorikan orang-orang yang mengulur-ngulur waktu pelaksanaan shalat sebagai orang yang "sahun", yang kelak akan dimasukkan ke dalam Neraka Wail.
#6. Terlalu boros dalam pengeluaran. Baik dalam belanja, maupun dalam hal-hal lainnya. Allah Swt berfirman "dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-Isra' ; 26 - 27)
2. Maka di hari raya Idul fitri ini hendaknya dihiasi dengan aktivitas yang baik pula, yang srmakin dapat mendekatkan diri kita kepada Allah Swt. Semoga segala kebaikan senantiasa menyertai kita semua dan keridhaan Allah Swt menyertai rangkaian perayaan Idul Fitri kita. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1438 H, Taqabbalallahu Minna Waminkum dan mohon dimaafkan lahir dan bathin.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 227. Dan Ada Sunnah-Sunnah Yang Dianjurkan Pada Hari Raya Idul Fitri
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 23.29Rehad (Renungan Hadits) 227
Dan Ada Sunnah-Sunnah Yang Dianjurkan Pada Hari Raya Idul Fitri
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ كُنَّا نُؤْمَرُ بِالْخُرُوجِ فِي الْعِيدَيْنِ وَالْمُخَبَّأَةُ وَالْبِكْرُ قَالَتْ الْحُيَّضُ يَخْرُجْنَ فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ يُكَبِّرْنَ مَعَ النَّاسِ (رواه مسلم)
Dari Ummu Athiyyah ra berkata; Kami diperintahkan untuk turut keluar (ke tempat dilaksanakannya shalat Ied) pada dua hari raya, demikian juga para para gadis. Dan para wanita yang sedang haid juga keluar (ke tempat dilaksanakannya shalat Ied), namun mereka berada di belakang jamaah dan ikut bertakbir bersama mereka. (HR. Muslim, hadits no 1474).
Hikmah Hadits ;
1. Ada beberapa anjuran yang ďisunnahkan dalam rangka merayakan Idul Fitri, sebagaimana terdapat dalam sunnah, yaitu sbb ;
#1. Shalat malam (tahajud), pada malam Idul Fitri. Dari Abu Umamah ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melaksanakan qiyamullail pada dua malam Ied (Idul Fitri dan Adha), dengan ikhlas karena Allah SWT, maka hatinya tidak akan pernah mati di hari matinya hati-hati manusia. (HR. Ibnu Majah).
#2. Disunnahkan utk mandi, berpakaian yg rapi dan memakai minyak wangi. Dari Fakih bin Sa’d bahwasanya Rasulullah SAW senantiasa mandi pada hari jum’at, hari Arafah, hari Idul Fitri dan hari Idul Adha. (HR. Ahmad)
#3. Mendatangi tempat dilaksanakannya shalat Ied. Dari Ibnu Abbas ra, bahwasanya Rasulullah SAW memerintahkan anak-anak wanitanya dan istri-istrinya untuk keluar (mendatangi tempat shalat Ied) pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. (HR. Ahmad)
#4. Memakan sesuatu terlebih dahulu sebelum berangkat utk shalat Ied. Dari Ali bin Abi Thalib ra berkata, termasuk sunnah jika kamu keluar mendatangi tempat shalat Ied dengan berjalan kaki dan memakan sesuatu sebelum pergi ke tempat shalat Ied.” (HR. Tirmidzi)
#5. Bertakbir mengagungkan asma Allah. Dari Ummu Athiyah ra berkata, kami diperintahkan untuk mendatangi tempat shalat, bahkan perawan di pingitannya dan wanita yang haid diperintahkan untuk mendatangi tempat shalat Ied. Hanya mereka berposisi di belakang shaf kaum muslimin. Mereka bertakbir dengan takbir kaum muslimin, dan berdoa dengan doa kaum muslimin, dengan berharap keberkahan dan kesucian hari tersebut. (HR. Bukhari)
#6. Melalui jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang shalat Ied. Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW apabila pergi (ke tempat shalat Ied) pada hari Ied melalui satu jalan, maka beliau kembali dari tempat tersebut melalui jalan yang berbeda.” (HR. Tirmidzi)
#7. Saling bermaafan dan saling mengucapkan doa. Dari Khalid bin Ma’dan ra, berkata, Aku menemui Watsilah bin Al-Asqo’ pada hari Ied, lalu aku mengatakan, ‘Taqabbalallah Minna Wa Minka”. Lalu ia menjawab, ‘Iya, Taqabbalallah Minna Wa Minka,’. Kemudian Watsilah berkata, ‘Aku menemui Rasulullah SAW pada hari Ied lalu aku mengucapkan ‘Taqabbalallah Minna Wa Minka’, kemudian Rasulullah SAW menjawab, ‘Ya, Taqabbalallah Minna Wa Minka’ (HR. Baihaqi Dalam Sunan Kubra).
2. Semoga kita bisa mengamalkan sunnah-sunnah dalam merayakan Idul Fitri. Dan sekaligus izinkan kami mengahturkan; Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1438 H. Semoga Allah menerima seluruh amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini. Dan mhn dibukakan pintu maaf juga atas segala salah dan khilaf, baik yang lahir maupun yang bathin. Taqabalallahu Minna Waminkum.. taqabbal Ya Kariiim...
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.
Label: Rehad
Rehad 226. Menutupi Aib Saudara Sesama Muslim
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 23.18Rehad (Renungan Hadits) 226
Menutupi Aib Saudara Sesama Muslim
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, "Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak." (HR. Muslim, hadits no 4692)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kekhilafan, siapapun dia. Karena tidak ada seorang manusia pun di dunia ini yang sempurna, yang tidak pernah luput dari salah dan dosa. Termasuk juga diri kita sendiri. Betapaþpun kita melihat sempurnanya diri kita, maka betapa disana pula terlihat banyak aib, cacat dan cela. Hanya Dia Allah yang Maha Sempurna, yang tiada pernah memiliki setitik salah dan cela.
2. Maka sudah sepatutnya sebagai manusia yg banyak cacat dan cela, pun kita memaklumi adanya cacat dan cela pada orang lain, khususnya pada saudara sesama muslim. Dan sebagaimana kita suka jika saudara kita memaafkan, memaklumi dan bahkan menutupi cela kita, maka merekapun juga sama; suka jika dimaafkan, dimaklumi dam ditutupi cela dan aib nya. Terlebih jika difahami makna dan kandungan dari hadits di atas, yaitu apabila kita memaafkan dan menutupi aib dan cela orang lain, maka kelak di akhirat Allah Swt juva akan menutupi aib dan cela kita di akhirat.
3. Pentingnya melakukan suatu perbuatan dengan pertimbangan dan orientasi kehidupan akhirat. Karena kelak kita semua akan pulang kembali ke kampung akhirat. Dan betapa bahagianya seseorang yang ketika melakukan suatu perbuatan, adalah dengan memperhitungan kebaikan hari akhirat. Karena kelak, setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan kendatipun kecilnya kebaikan tersebut. Demikian juga sebaliknya, setiap keburukan akan dibalas oleh keburukan juga, kendatipun kecilnya keburukan tersebut. Dan menutup aib serta cela sesama muslim adalah bentuk kebaikan kecil dan ringan namum memiliki timbangan kebaikan yang sangat mulia di sisi Allah Swt.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 225. Dan Sesama Muslim Adalah Ibarat Satu Tubuh
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 23.17Rehad (Renungan Hadits) 225
Dan Sesama Muslim Adalah Ibarat Satu Tubuh
عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (رواه مسلم)
Dari An Nu'man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda, 'Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi diantara mereka adapah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya) '" (HR. Muslim, hadits no 4685)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa sesama muslim adalah bersaudara, yang terikat persaudaraannya karena adanya ikatan keimanan yang kuat kepada Allah Swt. Maka oleh karenanya, sesama muslim menjadi haram; darahnya, hartanya dan kehormatannya. Haram darahnya maksudnya sesama muslim diharamkan saling menumpahkan darah. Haram hartanya maksudnya sesama muslim diharamkan saling mengambil hak dan harta saudaranya. Dan haram kehormatannya maksudnha sesama muslim diharamkan mencederai kehormatannya, seperti menuduh, menfitnah, dsb.
2. Maka oleh karena itulah, Nabi Saw mengibaratkam bahwa sesama muslim adalah ibarat satu tubuh, yang apabila ada salah satu anggota tubuh yg sakit, maka seluruh anggota tubuh lainnya juga akan merasakan rasa sakit yang sama. Dan diibaratkan seperti ketika tidak bisa tidur, atau juga ketika sedang demam. Bukan hanya mata yg merasakan sengsara krn tdk bisa tidur, namun juga seluruh anggota tubuh lainnya menjadi sengasara karenanya. Dan seharusnya seperti itulah persaudaraan antara sesama muslim; ibarat satu tubuh yang saling merasakan, senasib sepenanggungan.
3. Hadits di atas juga mengandung makna pentingnya saling menanggung dan memikul beban dalam kehidupan bermasyarakat bagi sesama umat Islam. Idealnya bahkan setiap masjid memiliki fungsi sosial, dengan menginisasi pengumpulan dana infak shadaqah secara swadaya yang salah satu kegunaannya dikhususkan untuk menyantuni anggota masyarakat yang mendapatkan musibah, baik sakit atau bahkan kematian, dan dikelola secara amanah dan profesional serta sesuai dengan syariah. Sehingga mereka yang kurang beruntung hidupnya, akan terbantu dengan model 'ta'awun' (saling tolong menolong) seperti ini. Khususnya ketika mereka sedang tertimpa musibah.
4. Jika sistem taawun berbasis masjid dalam kehidupan sosial umat Islam dapat terbangun dengan baik, maka akan terjalin keharmonian dan keselarasan dalam kehidupan. Sehingga implementasi bahwa umat Islam seperti satu tubuh, dapat terealisasikan sebahagiannya dengan sistem tersebut. Maka sudah saatnya, masjid-masjid memperluas cakupan programnya hingga merambah pada sisi pembuatan sistem sosial kemasyarakatan dalam bentuk ta'awun berbasis masjid. Dan insya Allah program seperti ini pun masuk dalam kategori memakmurkan masjid.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 224. Tiga Mutiara Penambah Kemuliaan Dan Pengangkat Derajat Seseorang
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 23.16Rehad (Renungan Hadits) 224
Tiga Mutiara Penambah Kemuliaan & Pengangkat Derajat Seseorang
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak akan pernah berkurang suatu harta karena shadaqah. Dan tidaklah sesoorang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan pasti Allah akan mengangkat derajatnya." (HR. Muslim, hadits no 4689)
Hikmah Hadits ;
1. Sungguh indah untaian kalimat dari Hadits Nabi Saw di atas, ketika beliau menggambarkan kemuliaan yang akan diraih seseorang, manakala orang tersebut mau membumikan tiga nilai yang sangat mulia ke dalam dirinya. Ketiga nilai tersebut adalah sbb ;
#1. Ikhlas bershasaqah. Karena walaupun secara kasat mata, shadaqah dapat mengurangi harta, namun secara hakikat shadaqah sama sekali tidak akan pernah mengurangi harta. Bahkan dengan ikhlas bershadaqah, insya Allah hartanya akan menjadi berkah dan bertambah serta rizkinya akan penuh kemuliaan, dengan syarat dilakukan dengan ikhlas, tidak berharap seauatu selain hanya keridhaan Allah Swt.
#2. Ridha memaafkan. Karena memaafkan adalah amalan hati, yang walaupun secara kasat mata memberi maaf itu terkesan merendahkan diri kita dihadapan orang lain. Karena seolah dengan memaafkan, berarti ia tak berdaya, terlebih memaafkan kedzaliman orang lain atas dirinya. Namun justru secaa hakiki, apabila seseorang memaafkan orang lain, justru Allah Swt akan menambah kemuliaannya. Dan insya Allah ia tidak akan pernah menjadi "hina". Namun tentu saja, dengan syarat hatinya ikhlas dalam memaafkan.
#3. Rendah hati karena Allah Swt. Karena rendah hati adalah tanda "dalamnya" keimanan, "matangnya" kepribadian, dan luhurnya akhlak seseorang. Walau terkadang, rendah hati atau tawadhu' terkesan tidak berdaya atau lemah teraniaya bahkan hina dihadapan manusia. Namun justru seseorang yang rendah hati karena Allah Swt, akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt.
2. Bahwa secara hakikat Ilahiyah, sifat "memberi" ternyata tidak akan pernah "mengurangi" sesuatu yang dimiliki seseorang. Justru dengan memberi, akan semakin menambah rizki dan meninggikan kemuliaan serta derajat seseorang. Maka, jika kita menginginkan keberkahan rizki, bertambahnya kemuliaan dan ditinggikannya derajat dalam kehidupan, maka hendaknya ia memperbanyak shadaqah, memberikan maaf dan bersikap tawadhu'. Mudah2an Allah Swt berikan ketiga hal tersebut dalam diri kita.... Amiiin Ya Rabbal Alamiiiin.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 223. Ketika Pahala Amak Shaleh Menjadi Sirna Karena Sikap Aniaya
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 23.14Rehad (Renungan Hadits) 223
Ketika Pahala Amal Shaleh Menjadi Sirna Karena Sikap Aniaya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw pernah bertanya, "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab; 'Orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan tidak memiliki harta kekayaan.' Rasulullah Saw bersabda: 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan membawa (pahala) shalat, puasa, dan zakat. Akan tetapi ia juga datang dengan membawa (dosa) suka mencela, menuduh, makan harta orang lain, menumpahkan darah orang dan memukul orang lain. Maka, pahala orang tersebut diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka, hingga pahalanya habis. Dan ketika (pahalanya habis) sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi, maka sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil, lalu dibebankan kepada orang tersebut. Sehingga akhirnya ia pun dilemparkan ke dalam api neraka.' (HR. Muslim, hadits no 4678)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa kelak di akhiat sana, akan ada orang-orang yang datang menghadap Allah Swt dengan membawa berbagai pahala amal shaleh yang sangat luar besar, karena memang amal ibadahnya sangat tekun dan tentu pahalanya juga akan sangat banyak. Digambarkan bahwa ia membawa pahala ibadah shalat, puasa, zakat bahkan juga (dalam riwayat lain disebutkan) ia membawa pahala amalan ibadah haji. Namun pada saat bersamaan, ternyata ia juga membawa dosa-dosa perbuatan aniaya, yaitu sbb ; (1) Syatama hadza, yaitu suka mencela orang lain. (2) Qadzafa hadza, yaitu suka menuduh orang lain. (3) Akala maala hadza, yaitu suka mengambil atau memakan harta orang lain. (4) Safaka dama hadza, yaitu suka mencedrai atau melukai bahkan bisa jadi membunuh orang lain. Dan (5) Dharaba hadza, yaitu suka memukul atau memdzalimi orang lain.
2. Maka orang seperti ini, kelak semua pahala amal shaleh yang dibawanya, akan diambil oleh Allah Swt dan akan digunakan oleh Allah Swt untuk "dibayarkan atau diberikan" kepada orang-orang yang pernah didzaliminya selama hidup di dunia, yaitu sebagaimana digambarkan di atas; mencela, menuduh, melukai, mengambil harta, atau memukul orang lain. Al-Hasil, semua pahala shalatnya, puasanya, zakatnya bahkan pahala hajinya menjadi habis dan sirna untuk membayar semua sikap kedzalimannya, baik kedzaliman secara lisan maupun kedzaliman secara perbuatan. Bahkan, yang lebih mengerikan lagi adalah, kendatipun semua pahalanya telah habis dan tidak bersisa sedikitpun (untuk membayar kedzalimannya), namun ternyata orang2 yang didzaliminya masih sangat banyak dan oleh karenanya tdk mencukupi untuk membayarnya, maka yg terjadi adalah dosa2 mereka yg didzaliminya diambil oleh Allah lalu ditimpakan ke pundak orang ini. Hingga akhirnya jadilah ia di akhirat sebagai orang yang berlumur dosa.
3. Maka, alih-alih ia mendapatkan ridha Allah Swt dengan membawa pahala yg besar, namun yang ada justru seluruh pahalanya menjadi musnah dan sirna, berganti dengan dosa-dosa yang dipikulkan kepadanya, lantara kedzaliman dan aniaya yang dia lakukan kepada orang lain semasa hidup di dunia. Sehingga akhirnya, ia pun dilemparkan oleh Allah Swt ke dalam kobaran api neraka yang menyala-nyala, sebagai akibat kedzaliman yang telah dilakukannya. Oleh karena itulah, orang seperti ini disebut Nabi Saw sebagai orang yang bangkrut. Karena ia "tekor", tidak punya pahala, dan berlumir dosa hingga tempat kembalinya adalah neraka. Na'udzubillah min dzalik.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 222. Setiap Kedzaliman Yang Dilakukan di Dunia, Akan Menjadi Kegelapan Di Hari Kiamat
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 23.13Rehad (Renungan Hadits) 222
Setiap Kedzaliman Yang Dilakukan Di Dunia, Akan Menjadi Kegelapan Di Hari Kiamat
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاتَّقُوا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ (رواه مسلم)
Dari Jabir bin 'Abdullah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Hindarilah kezhaliman (perbuatan dzalim), karena sesungguhnya kezhaliman itu akan mendatangkan kegelapan pada hari kiamat kelak. Dan jauhilah sifat kikir, karena kekikiran itu telah mencelakakan (menghancurkan) orang-orang sebelum kalian, yang menyebabkan mereka saling menumpahkan darah dan menghalalkan segala yang diharamkan." (HR. Muslim, hadits no 4675)
Hikmah Hadits ;
1. Secara bahasa, dzalim (dzulmun) berasal dari kata dza-la-ma yang berarti aniaya, melampaui batas, melanggar ketentuan dan tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adapun kedzaliman (dzulm) yang dimaksud dalam hadits di atas, maknanya lebih mengarah pada perbuatan dzalim (aniaya) yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, yang umumnya dilakukan oleh orang yg lebih tinggi jabatan dan kedudukannya terhadap orang lain di bawahnya.
2. Kedzaliman bisa terjadi dalam segala hal, diantaranya adalah pada hal-hal berikut ;
#1. Mengintimidasi secara fisik, seperti memukul, menampar, menyerang dengan benda, dsb tanpa alasan yang benar, baik yang menyebabkan luka, bahkan kematian maupun yang tidak menyebabkan luka.
#2. Bersikap kasar, sombong, merasa paling benar sendiri, terlalu mengatur orang lain, menyalah-nyalahkan orang lain, dsb.
#3. Tidak memenuhi hak yang seharusnya ditunaikan, seperti hak pembeli, hak penjual, hak saudara sesama muslim, hak tetangga, hak fakir miskin, dsb.
#4. Mengambil atau merampas hak orang lain, seperti mencuri, korupsi, menggeser patok tanah, tidak menyempurnakan timbangan, dsb
#5. Tidak menjalankan kewajiban yang menjadi keharusannya, seperti kewajiban sebagai seorang suami, sebagai seorang istri, sebagai karyawan, sebagai pejabat, dsb.
#6. Merekayasa suatu kejadian dalam rangka menuduh (baca ; menfitnah) orang lain atau kelompok lain. Seperti rekayasa bom, rekayasa makar, dan rekayasa-rekayasa lainnya.
3. Maka, oleh karenanya, Nabi Saw memerintahkan kita semua untuk berhati-hati terhadap segala bentuk kedzaliman. Bahkan Nabi Saw sendiri di akhir masa hayatnya, sempat 'mempersilakan' para sahabat utk membalas kedzaliman beliau, apabila ada yang merasa terdzalimi oleh beliau. Karena beliau sangat khawatir, kelak segala bentuk kedzalimannya menjadi kegelapan di Hari Kiamat.
4. Selain memperingatkan kita dari perilaku dzalim, Nabi Saw juga memperingatkan kita untuk menghindari sifat kikir. Karena sifat kikir merupakan buah dari rasa takut akan hilangnya nikmat, seperti takut rizkinya habis, kekayaannya musnah, dsb. Dan sikap seperti ini bisa menjadikan orang 'gila harta', mengejar dunia yg tak berkesudahan, serta tidak jarang mengakibatkan keretakan ukhuwah, dan menghalalkan segala yg diharamkan Allah Swt. Semoga kita semua terhindar dari segala sifat dan sikap yang negatif dan dimurkai Allah Swt.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc.,M.Ag
Label: Rehad
Rehad 221. Agar Kesuksesan Dapat Teraih Di Bulan Ramadhan
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 23.12Rehad (Renungan Hadits) 221
Agar Kesuksesan Dapat Teraih Di Bulan Ramadhan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ (روه الترمذي)
Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila tiba malam pertama di bulan Ramadhan, maka syaitan dan pemimpin-pemimpin jin akan dibelenggu, pintu-pintu neraka akan dikunci dan tidak satu pintupun dibuka, dan dibukanya pintu-pintu surga dan tidak satupun yang ditutup. Pada malam itu akan ada penyeru, “Wahai pencari kebaikan, raihlah! Wahai pencari keburukan cukuplah! . Dan Allah akan memberikan ampunan dari api neraka, dan hal tersebut diberikan pada setiap malam. (HR. Tirmudzi)
Hikmah Hadits ;
Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan kemuliaan, yang oleh karenanya cukuplah bagi kita menjadikan berbagai kemuliaan di dalamnya sebagai alasan untuk menggapai kesuksesan, yaitu ;
a. Karena Ramadhan merupakan sebuah “training” yang akan menghasilkan “sarjana-sarjana” ketaqwaan. Dan modal kesuksesan yang paling penting dalam kehidupan adalah ketakwaan.
b. Karena Ramadhan merupakan bulan diturunkannya Al-Qur’an, sedangkan Al-Qur’an merupakan dasar pijakan untuk meraih kesuksesan dunia & akhirat:
c. Karena Ramadhan Merupakan Bulan Yang penuh keberkahan, sedangkan kesuksesan tidak akan berarti tanpa adanya faktor keberkahan.
d. Karena Ramadhan Merupakan Bulan dihapuskannya segala dosa dan kesalahan. Dan sukses apalagi yang lebih berharga dibandingkan dengan dihapuskannya segala dosa dan kesalahan.
e. Karena Ramadhan Merupakan Bulan Dibukanya Pintu-Pintu Surga dan Ditutupnya Pintu-Pintu Neraka. Terhindar dari azab neraka serta dimasukkan ke dalam surga merupakan bentuk sukses yang hakiki.
f. Karena di bulan Ramadhan, Allah sendiri yang akan langsung memberikan pahala-Nya kepada Sha’imin. Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, bahwa Allah SWT berfirman, “Puasa adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan (langsung) memberikan pahala kepada orang yang berpuasa. ” (HR. Bukhari)
g. Ramadhan Merupakan Bulan dibukakannya Kemenangan-Kemenangan Umat Islam. Sejarah menggambarkan kepada kita, banyak kemanangan-kemenangan Islam, Allah SWT berikan di bulan Ramadhan, diantaranya adalah kemenangan Perang Badar Kubra (Th. 2 H), Persiapan Perang Ahzab dan Penggalian Parit (Selesai bulan Syawal th. 5 H), Fathu Makah (th. 8 H), Perang Tabuk (th. 9 H), Kemenangan Thariq bin Ziyad (Th. 92H).
h. Ramadhan Merupakan Bulan Ditambahnya Rizki Orang-Orang Beriman. Allah SWT berfirman, 'Supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS. An-Nur/ 24 : 38)
i. Karena Allah SWT menyediakan satu pintu surga, khusus untuk orang-orang yang berpuasa. Dari Sahl ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga terdapat satu pintu yang disebut Arrayan. Masuk dari pintu tersebut orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat. Tidak akan seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut selain mereka.” Dikatakan, “Dimanakah orang-orang yang puasa?” Lalu mereka berdiri dan tidak dapat masuk kecuali mereka. (HR. Bukhari)
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad (Renungan Hadits) 220
Ketika Musibah Menjadi Berkah
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُوعَكُ فَمَسِسْتُهُ بِيَدِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجَلْ إِنِّي أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلَانِ مِنْكُم،ْ قَالَ فَقُلْتُ ذَلِكَ أَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجَلْ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا (رواه مسلم)
Dari 'Abdullah ra berkata; "Aku datang mengunjungi Rasulullah Saw ketika beliau sedang sakit. Lalu aku meraba beliau seraya berkata, "Ya, Rasulullah! Demam Anda bertambah tinggi." Jawab beliau: "Memang demamku sama dengan demam dua orang dari kalian." Kataku pula; "Semoga Anda mendapat pahala berganda pula." Jawab beliau; "Semoga demikian!" Kemudian beliau bersabda: "Tidak ada seorang muslim yang ditimpa cobaan berupa sakit dan sebagainya, melainkan dihapuskan oleh Allah Ta'ala dosa-dosanya, seperti sebatang pohon yang menggugurkan daunnya." (HR. Muslim, hadits no 4663)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa Nabi Saw adalah seorang manusia biasa sebagaimana kita, dan beliau melakukan kebiasaan-kebiasaan juga seperti kebiasaan yang kita lakukan. Beliau melakukan aktivitas seperti makan dan minum, beliau pergi ke pasar, beliau juga pergi kamar mandi dan bahkan beliau juga merasakan sakit sebagaimana kita semua merasakan sakit. Bahkan berdasarkan riwayat di atas, sakit demam yang beliau rasakan adalah setara dengan demam dua orang biasa. Artinya beliau merasakan sakit dua kali lipat dibandingkan dengan sakit yang umumnya diderita manusia.
2. Anjuran untuk membesuk orang yang sedang sakit, sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas'ud ketika beliau membesuk Nabi Saw saat beliau sedang sakit. Bahkan dalam banyak riwayat disebutkan tentang keutamaan membesuk orang sakit, diantaranya adalah riwayat sbb, dari Tsauban ra bahwa Nabi Saw bersabda: "Seorang muslim bila dia menjeguk saudaranya (yang sedang sakit), maka (berarti) dia senantiasa berada dalam sebuah taman surga, sampai dia kembali pulang ke rumahnya." (HR. Muslim, hadits no 4659). Karena dengan membesuk berarti ia telah membahagiakan dan menghibur saudaranya yg sedang sakit. Selain tentunya juga dengan membesuk akan melantunkan untaian doa untuk kesembuhan saudaranya tersebut.
3. Bahwa setiap rasa sakit yang menimpa, rasa duka yang melanda, atau bahkan gundah gulana yang membuncah di dalam jiwa karena musibah yang menerpa, lalu kita sabar dan ikhlas dalam menjalaniya, maka insya Allah setiap satu titik rasa sakit tersebut akan berbuah pahala dan ampunan dari Allah Swt. Bahkan gambaran ampunannya adalah ibarat sebatang pepohonan yang kering dan menggugurkan dedaunannya. Subhanallah... betapa indahnya kehidupan orang2 yang beriman, yang dalam keadaan sakitpun bisa membuahkan ampunan. Semoga Allah Swt memberikan kesehatan kepada kita semua, dan menganugerahkan ampunan dari setiap dosa dan kesalahan.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad (Renungan Hadits) 219
Ketika Cinta Berbuah Cinta
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى، فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا، فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ أَيْنَ تُرِيد؟ُ قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ، قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا؟ قَالَ لَا غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللَّهِ عَزَّ وَجَل،َّ قَالَ فَإِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi Saw bersabda, "Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang mengunjungi saudaranya (sesama muslim) di desa lain. Kemudian Allah pun mengutus malaikat untuk menemui orang tersebut. Ketika orang itu ditengah perjalanannya ke desa yang dituju, maka malaikat tersebut bertanya; 'Hendak pergi ke manakah engkau? ' Pemuda tsb menjawab, 'Aku akan mengunjungi saudaraku sesama muslim yang berada di desa lain.' Malaikat kemudian bertanya kepadanya; 'Apakah kamu mempunyai satu motivasi duniawi yang menguntungkanmu dengannya? ' Pemuda tersebut menjawab; 'Tidak, kecuali hanya karena aku mencintainya karena Allah Azza wa Jalla.' Akhirnya malaikat itu berkata; 'Sesungguhnya aku ini adalah malaikat utusan yang diutus untuk memberitahukan kepadamu bahwasanya Allah akan senantiasa mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah.' (HR. Muslim, hadits no 4656)
Hikmah Hadits ;
1. Cinta adalah anugrah Allah Swt sekaligus merupakan fitrah yang Allah patrikan dalam hati setiap hamba-Nya. Karenanya,
setiap insan ditakdirkan untuk mencinta dan senang untuk dicinta. Dan "hati" adalah ibarat sebuah taman yang indah, yang diciptakan Allah Swt sebagai tempat untuk bersemayamnya berbagai bentuk cinta; mulai dari semenjak munculnya benih-benih cinta, tumbuh dan berkembangnya cinta, berseminya cinta, hingga berbunga dan berbuahnya cinta yang melahirkan berjuta rasa indah dan penuh pesona.
2. Bahwa motivasi yang mendasari cinta dalam hati seseorang sangatlah beragam; ada orang yang mencinta karena semata adanya pertalian hubungan darah dan kekerabatan. Ada juga yang mencinta karena pesona tampilan fisiknya, atau karena karisma rangkaian kata dalam kalimatnya, atau karena gemerlap harta yang dimilikinya, atau juga karena tingginya jabatan, kedudukan dan kekuasaannya, dan masih banyak lagi motivasi yg mendasari seseorang untuk mencinta orang lain. Namun di balik itu semua, ada juga orang yang mencinta karena motivasi mulia yang menembus segala dimensi dunia; bukan mencinta karena tampilan fisiknya, atau karena jabatan dan kedudukannya, atau karena harta benda yang dimilikinya, namun ia mencinta karena berharap mendapatkan "Cinta" dari Dzat Yang Maha Memberi Cinta, yaitu Allah Swt. Cinta seperti inilah yang merupakan cinta hakiki nan abadi; yang tak akan usang dan lekang di telan zaman, bahkan menjadi cinta yang langgeng, yang akan membahagiakannya dalam menjalani kehidupan di dunia nan fana, dan akhirat yang kekal abadi selama-lamanya.
3. Itulah nilai yang ingin ditanamkan Nabi Saw dalam kisah pada hadits di atas yang disabdakan beliau. Dimana ada seorang pemuda yang bersilaturrahim mengunjungi saudaranya sesama muslim di tempat lain yg cukup jauh jaraknya. Dan satu-satunya motivasi yang mendasarinya adalah karena ia mencintai saudaranya sesama muslim tersebut, semata-mata karena Allah Swt. Ia mencintainya bukan karena adanya hubungan kekerabatan, bukan juga karena berharap harta, atau karena ingin menikahi adik perempuannya, atau karena motivasi duniawi lainnya. Subhanallah... betapa mulianya motivasi yang mendasari cintanya. Dan ternyata, kemurnian cintanya tersebut berbuah manis dan langsung dibalas Allah Swt, yaitu Allah Swt memberikan cinta-Nya kepadanya, sebagaimana ia mencintai saudaranya tersebut hanya karena-Nya...
Ya Allah sesungguhnya kami memohon cinta-Mu, cinta orang-orang yang memcintai-Mu, dan segala amalan yang dapat mendekatkan diri kami pada cinta-Mu... Amiiin Ya Rabbal Alamiiin.
Wallahu A'lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 218. Ketika Hati Memancarkan Cahaya Kemuliaan
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 23.07Rehad (Renungan Hadits) 218
Ketika Hati Memancarkan Cahaya Kemuliaan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُم،ْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata; bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian." (HR. Muslim, hadits no 4651)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa hati adalah anugrah Allah Swt termulia yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Karena setiap insan dilahirkan dalam keadaan sama kondisi hatinya; bersih & suci tanpa dosa dan noda atau dengan istilah hadits 'setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah.'
2. Hanya saja, hati yang putih dan bersih saat dilahirkan, belum tentu akan menjadi tetap putih dan bersih saat ia dikebumikan manakala mata telah tertutup untuk selama-lamanya. Faktor "amal shaleh" dan "amal salah" akan memberikan corak warna pada hatinya. Amal shaleh akan menjadikan hatinya putih bersih dan tidak ternoda. Sementara "amal salah" akan menjadikan hatinya ternoda, berbintik-bintik hitam yang bila dibiarkan akan menjadi hati hitam yang kelam ; tidak bisa mendeteksi satu kebaikan pun. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam riwayat, dari Hudzaifah ra berkata, "Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda "Berbagai fitnah akan dipaparkan terhadap hati-hati manusia bagaikan tikar yang dipaparkan sehelai demi sehelai. Hati manasaja yang dihinggapi oleh fitnah tersebut, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga hati manasaja yang tidak dihinggapinya (menghindarinya), maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati tersebut menjadi sapah satu dari dua hati: sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti bekas tembaga berkarat, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali sesuatu yang diserap oleh hawa nafsunya." (HR. Muslim, hadits no 207).
3. Oleh karena itulah, hendaknya setiap insan selalu berusaha untuk menjaga hatinya, jangan sampai sang hati terpapar oleh debu-debu fitnah, atau terkontaminasi oleh karat-karat dunia, yang menjadikannya hitam dan ternoda serta jauh dari cahaya hidayah-Nya. Sebab ketika manusia kembali kepada Allah Swt di Yaumil Akhir kelak, hanya mereka yg yang berhati bersih dan sucilah (baca ; memiliki qalbun salim) yang akan selamat dan mendapatkan keridhaan Allah Swt, sebagaimana firman-Nya, "dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.." (QS. As-Syu'ara' : 87 - 89). Dan semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang datang menghadap Allah Swt kelak, dengan hati bersih dan suci.. Amiiin Ya Rabbal Alamiin.
Wallahu A'lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 217. Menghindari 7 Sifat Perusak Ukhuwah
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 23.06Rehad (Renungan Hadits) 217
Menghindari 7 Sifat Perusak Ukhuwah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيث،ِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَنَافَسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah mencari-cari isu; janganlah mencari-cari kesalahan; janganlah saling bersaing; janganlah saling mendengki; janganlah saling memarahi; dan janganlah saling membelakangi (memusuhi). Akan tetapi, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara." (HR. Muslim, hadits no 4646)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa Ukhuwah Islamiyah merupakan anugrah terindah dari Allah Swt bagi umat Islam, yang apabila dinilai dengan materi, maka tak ada satupun materi di dunia ini yang dapat menandingingi keindahannya, kendatipun dihimpun dari berbagai penjuru dunia. Allah Swt berfirman, "Dan Dialah Allah yang telah mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Sekiranya kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. Al-Anfal : 63).
2. Maka nikmat dan anugrah yang sangat berharga ini harus dijaga dan dirawat sebaik-baiknya, dari segala hal yang dapat merusak dan meretakkannya. Ada 7 hal yang dapat merusak ukhuwah, sebagaimana disabdakan Nabi Saw dalam hadits di atas. Ke 7 sifat tersebut adalah sbb ;
#1. Dzan. Dzan adalah prasangka buruk, yaitu berprasangka negatif atas sesuatu yang terdapat pada saudaranya. Dan prasangka buruk adalah sumber dari segala bentuk keretakan ukhuwah Islamiyah, maka harus dihindari sejauh2nya. Jikapum ada sesuatu yg tidak disukai dari saudarnya, maka hendaknya ditabayyun dan atau ditegur langsung, hingga tdk menjadi dosa.
#2. Tahassus, yaitu saling mencari-cari aib atau isu yang sedang menimpa saudaranya sesama muslim, yang sebenarnya bukan menjadi urusannya.
#3. Tajassus, yaitu sifat negatif dimana seseorang suka mencari-cari kesalahan yang dilakukan oleh orang lain sesama muslim.
#4. Tanafus, yaitu saling bersaing, saling mengejar, seperti bersaing dalam kekayaan, kendaraan, jabatan, dsb serta ketidaksukaan apabila saudaranya sesama muslim mendapatkan yg lebih baik dari dirinya.
#5. Tahasud, yaitu saling hasad (saling dengki); suka terhadap keburukan dan musibah yg menimpa saudaranya, dan berduka atas kebaikan yang didapatkan muslim lainnya.
#6. Tabaghud, yaitu saling marah, saling emosi, berbalas komentar yang kasar dan kotor, baik perkataan yg langsung maupun via medsos, dsb.
#7. Tadabur, yaitu saling membelakangi, saling membuang muka, saling tidak bertegur sapa, saling menghindar satu sama lainnya, dsb.
3. Nabi Saw memerintahkan kita untuk meninggalkan 7 sifat perusak ukhuwah Islamiyah tersebut sekaligus memerintahkan kita untuk saling menjaga ukhuwah dan saling bersaudara karena Allah Swt. Karena sesungguhnya sesama muslim adalah bersaudara. Dan sesama saudara hendaknya saling cinta dan berkasih sayang.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 216. Ada Konsekwensi Dalam Berukhuwah Islamiyah
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 23.04Rehad (Renungan Hadits) 216
Ada Konsekwensi Dalam Berukhuwah Islamiyah
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَقَاطَعُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا (رواه مسلم)
Dari Anas ra berkata, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian saling dengki, saling marah, dan jangan pula saling memutuskan hubungan satu sama lain. Tetapi jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara." (HR. Muslim, hadits no 4642)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa setiap muslim terhadap muslim lainnya adalah bersaudara, yaitu bersaudara dalam iman dan Islam, yang tidak terkotak-kotakkan dengan madzhab fiqh, organisasi, suku, ras, maupun etnis. Selama dia beriman kepada Allah Swt dan Rasulullah Saw, bermanhajkan kitab suci Al-Qur'an, berkiblatkan ke Baitullah Ka'bah Al-Musyarrafah, maka berarti ia adalah saudara kita seiman dan se-Islam. Bahkan persaudaraan seperti inilah yang kelak akan menjadi amal shaleh kebanggaan setiap mu'min yang saling mencintai saudaranya sesama muslim.
2. Dan salah satu bentuk kebahagiaan orang2 yang saling bersaudara dalam iman dan Islam adalah sebagaimana digambarkan dalam riwayat berikut, dari Umar bin Al Khathab berkata, bahwa "Nabi Saw bersabda: "Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat beberapa manusia yang bukan para nabi dan bukan pula orang-orang yang mati syahid. Namun para nabi dan orang-orang yang mati syahid merasa iri kepada mereka pada Hari Kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah Ta'ala." Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, apakah anda akan mengabarkan kepada kami siapakah mereka? Beliau bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai dengan ruh dari Allah tanpa ada hubungan kekerabatan di antara mereka, dan tanpa adanya harta yang saling mereka berikan. Demi Allah, sesungguhnya wajah mereka adalah cahaya, dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut ketika orang-orang merasa takut, dan tidak bersedih ketika orang-orang merasa bersedih.' (HR. Abu Daud, hadits no 3060). Subhanallah.... betapa mulianya mereka yang saling bersaudara karena Allah Swt, karena kelak mendapatkan tempat yg sangat mulia di sisi Allah Swt.
3. Namun juga dalam mendapatkan keuyamaan ukhuwah Islamiyah sebagaimana digambarkan dalam hadits atas, ada konsekwensi yang harus ditaati, yaitu ;
#1. Tidak boleh saling mendengki, yaitu tidak boleh saling memiliki sikap "senang apabila saudara muslim lainnya sedang kesusahan. Dan ia sedih jika saudara muslim lainnya mendapatkan kebaikan." Sifat seperti ini disebut hasad.
#2. Tidak boleh saling marah (emosi), terlebih saling emosi yang dapat mengarah pada perkelahian dan meretakkan ukhuwah Islamiyah, saling gontok-gontokkan, saling hujat, dsb.
#3. Tidak boleh saling memutuskan hubungan satu dengan yang lainnya. Karena setiap muslim adalah bersaudara. Dan sesama saudara hendaknya saling mengasihi dan menyanyangi saudara lainnya.
Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang2 yang berukhuwah Islamiyah, saling mencintai dan mengasihi karena Allah Swt... Amiiin.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.
Label: Rehad
Rehad 215. Ada Berbagai Keutamaan Dalam Menjalan Sillaturrahim
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 23.03Rehad (Renungan Hadits) 215
Ada Berbagai Keutamaan Dalam Menjalin Silaturrahim
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (رواه مسلم)
Dari Anas bin Malik ra berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezkinya, atau ingin dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung tali silaturrahminya." (HR. Muslim, hadits no 4638)
Hikmah Hadits ;
1. Anjuran untuk menyambung tali salaturrahim terutama terhadap kerababat dekat dan handai taulan maupun terhadap teman dan sahabat. Karena sillaturrahim memiliki beberapa keutamaan, diantaranya adalah sebagai berikut ;
#1. Dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan usianya (dilanggengkan nama baiknya). Hal ini sebagaimana hadits di atas bahwa orang yang menyambung silaturrahim maka Allah Swt akan melapangkan rizkinya dan memanjangkan usianya.
#2. Menunaikan kewajiban Iman dalam Islam. Karena salah satu konsekwensi keimanan adalah menyambung tali silaturrahim. Dalam hadits disebutkan, Rasukullah Saw bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahimnya.' (HR. Bukhari, no 5673)
#3. Penyebab masuknya seseorang ke dalam surga. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam hadits ; dari Abu Ayyub ra bahwa ada seseorang laki-laki bertanya, kepada Nabi Saw, 'Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan aku kedalam surga?...' Nabi Saw bersabda, Kamu menyembah Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun juga, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung hubungan kerabat (shilaturrahim)". (HR. Bukhari, no 1309).
#4. Menjadi penyebab datangnya cinta Allah Swt. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam rehad 213 yg lalu, dimana dalam aebuah riwayat disebutkan bahwa ada seorang pemuda yg bersilaturrahim mengunjungi saudaranya di kota lain. Dan tidaklah ia mengunjunginya melainkan karena ia mencintainya karena Allah Swt. Lalu Allah mengutus malaikat pada pemuda tersebut, untuk memberitahukan bahwa Allah mencintainya sebagaimana ia mencintai saudaranaya tersebut. (HR. Ahmad).
2. Maka hendaknya setiap kita berusaha untuk senantiasa menjaga hubungan silaturrahimnya, baik terhadap kerabat keluarga, handai taulan, sahabat dan teman sejawat, agar berbagai keutamaan silaturrahim di atas dapat kita raih dan menjadi kebaikan kita bersama, di dunia dan di akhirat.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.
Label: Rehad
Rehad 214. Antara Kebaikan Dan Perbuatan Dosa
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 23.01Rehad (Renungan Hadits) 214
Antara Kebaikan dan Perbuatan Dosa
عَنْ النَّوَّاسِ بْنِ سِمْعَانَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ فَقَالَ الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ (رواه مسلم)
Dari An Nawwas bin Mis'an Al Anshari berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang kebaikan dan dosa. Maka beliau bersabda, "Kebaikan itu adalah budi pekerti yang baik. Sedangkan dosa adalah perbuatan atau tindakan yang menyesakkan dada, dan engkau sendiri benci jika perbuatanmu itu diketahui orang lain." (HR. Muslim, hadits no. 4632)
Hikmah Hadits ;
1. Setiap manusia diberi fitrah untuk menyukai segala bentuk kebaikan dan membenci segala bentuk perbuatan dosa. Tidak satupun manusia yang suka adanya perbuatan dosa, kecuali jika gelora hawa nafsu telah menguasai jiwanya. Karena perbuatan dosa bertentangan dengan fitrah luhur setiap manusia, yang apabila dilakukan akan semakin menutup hatinya dengan noda dan bintik hitam dan menjadikannya semakin kelam tenggelam dalam pekat hitamnya kehidupan.
2. Maka Nabi Saw senantiasa menganjurkan umatnya untuk selalu melakukan segala bentuk kebaikan dan meninggalkan segala bentuk keburukan. Dan substansi kebaikan sebagaimana disabdakan Nabi Saw sebagaimana hadits di atas adalah 'akhlak yang baik'. Karena akhlak adalah cerminan hati seseorang. Jika baik hatinya, maka akan tercermin dalam baik tutur katanya, baik tindak tanduknya, baik sifat dan perangainya, serta baik dalam segala perbuatannya. Dan semua kebaikan tersebut terangkai dalam sebuah bingkai yang indah yaitu akhlakul karimah.
3. Sebaliknya, jika hati seseorang itu busuk, maka akan tercermin dalam buruk tutur katanya, buruk tindak tanduknya, buruk sifat dan perangainya, serta buruk dalam segala perbuatannya. Dan substansi keburukan seperti itu terangkai dalam istilah akhlakus sayyi'ah (akhlak yang buruk). Pemahaman seperti ini adalah pemahaman umum dan menjadi nilai yg universal. Orang Barat saja memiliki semacam pepatah yg secara substansi memiliki kesamaan dari aspek nilai dan pesan yg dibawanya, yaitu "You are what you say, you are what you think and you are what you do."
4. Terakhir, ada dua dampak sekaligus menjadi dua ciri dari keburukan dan perbuatan dosa, yaitu ;
#1. Bahwa perbuatan dosa adalah perbuata yang akan menyesakkan dada, membuat gelisah, resah dan gundah. Maka orang yang terbiasa berbuat dosa, umumnya tidak akan pernah mendapatkan ketentraman jiwa.
#2. Bahwa perbuatan dosa adalah perbuatan yang seseorang akan malu serta tidak suka, jika ada orang lain yang mengetahui apa yang dilakukan dan diperbuatnya.
Mudah2a Allah Swt senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya untuk kita semua, sehingga kita selalu bisa terhiasi dengan akhlak karimah dan terhindari dari akhlak sayyi'ah. Amiin Ya Rabbal Alamiin.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 213. Dan Terhadap Sahabat Baik Orang Tua Pun, Kita Tetap Dianjurkan Menyambung Sillaturrahim
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 22.59Rehad (Renungan Hadits) 213
Dan Terhadap Sahabat Baik Orang Tua Pun, Kita Tetap Dianjurkan Menyambung Sillaturrahim
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَبَرُّ الْبِرِّ أَنْ يَصِلَ الرَّجُلُ وُدَّ أَبِيهِ (رواه مسلم)
Dari 'Abdullah bin 'Umar ra bahwa Nabi Saw bersabda: "Sesungguhnya kebajikan yang paling utama adalah ketika seseorang melanjutkan hubungan (silaturrahim) dengan keluarga sahabat baik ayahnya." (HR. Muslim)
Hikmah Hadits :
1. Sillaturrahim secara bahasa berasal dari dua kata yaitu sillah ( صلة ) yang berarti hubungan, keterkaitan dan ikatan. Sedangkan rahim ( الرحيم ) berati kasih sayang, baik hati dan kekerabatan. Sehingga secara umum, sillaturrahim diterjemahkan dengan menyambung ikatan, hubungan baik khususnya terhadap orang yang memiliki hubungan kekerabatan dengan kita dan juga terhadap selain mereka.
2. Bahwa sillaturahim memiliki keutamaan tersendiri, diantaranya adalah bahwa dengan sillaturahim maka seseorang akan dilapangkan rizkinya dan dilanggengkan nama baiknya (dipanjangkan umurnya). Disamping juga silaturrahim akan mengantarkan seseorang pada cinta Allah Swt sebagaimana digambarkan dalam hadits, dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, 'Bahwasanya seorang laki-laki mengunjungi saudaranya pada sebuah kampung, lalu Allah mengamati langkahnya dengan perantara seorang malaikat. Maka ketika ia telah mendatanginya, malaikat bertanya kepadanya; 'Kemana kamu pergi?" ia menjawab; 'Aku ingin mengunjungi saudaraku di kampung ini, ' malaikat bertanya lagi; 'Apakah karena nikmat (harta) nya yang ada pada kamu?" ia menjawab; 'Tidak, hanya saja karena aku mencintainya karena Allah 'azza wajalla, ' maka malaikat berkata; 'Sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah kepadamu, dan sesungguhnya Allah telah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu. (HR. Ahmad)
3. Maka oleh karena itulah Nabi Saw menganjurkan kita untuk selalu menjalin sillaturahim terhadap kerabat keluarga dan kepada handai taulan, bahkan mengkategorikan silaturrahim terhadap sahabat-sahabat orang tua dan atau kerabat orang tua sebagai bentuk kebajikan yang paling utama, sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas. Karena dengan demikian berarti ia telah melanggengkan nama baik orang tuanya dan membahagiakan hati orang tuanya. Subhanallah begitu mulianya ajaran akhlak Nabi Saw. Dan semoga kita bisa meneladaninya.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 212. Ketika Hutang Mendera Jiwa Dan Membuat Resah Gundah Gulana
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 22.54Rehad (Renungan Hadits) 212
Ketika Hutang Mendera Jiwa Dan Membuat Resah Gundah Gulana
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ الْمَسْجِدَ فَإِذَا هُوَ بِرَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ يُقَالُ لَهُ أَبُو أُمَامَةَ فَقَالَ يَا أَبَا أُمَامَةَ مَا لِي أَرَاكَ جَالِسًا فِي الْمَسْجِدِ فِي غَيْرِ وَقْتِ الصَّلَاةِ قَالَ هُمُومٌ لَزِمَتْنِي وَدُيُونٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَفَلَا أُعَلِّمُكَ كَلَامًا إِذَا أَنْتَ قُلْتَهُ أَذْهَبَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَمَّكَ وَقَضَى عَنْكَ دَيْنَكَ قَالَ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ قُلْ إِذَا أَصْبَحْتَ وَإِذَا أَمْسَيْتَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ قَالَ فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَمِّي وَقَضَى عَنِّي دَيْنِي
Dari Abu Sa'id Al Khudri ra berkata bahwa suatu hari Rasulullah Saw masuk ke dalam masjid dan di dalam masjid terdapat seorang sahabat anshar bernama Abu Umamah. Maka beliau bersabda, "Ada apakah gerangan aku lihat engkau duduk di masjid bukan pada waktu shalat?" Abu Umamah menjawab; kegundahan dan hutang yang selalu menyelimutiku wahai Rasulullah Saw. Beliau bersabda, "Maukah aku ajarkan sebuah doa yang apabila engkau panjatkan, maka Allah Azza wa jalla akan menghilangkan kegundahanmu dan melunaskan hutang-hutangmu?" Abu Umamah berkata, 'Tentu mau wahai Rasulullah. Maka beliau bersabda, "Apabila kamu berada dipagi dan sore hari bacalah doa, "Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kegundahan dan kesedihan dan aku berlindung kepadaMu dari kelemahan dan kemalasan dan aku berlindung kepadaMu dari sifat penakut dan bakhil dan aku berlindung kepadaMu dari terlilit hutang dan pemaksaan dari orang lain". Kemudian Abu Umamah berkata, maka akupun melaksanakannya dan ternyata Allah 'azza wajalla menghilangkan segala kegundahanku dan melunasi semua hutang-hutangku. (HR. Abu Daud, hadits no 1330)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa dalam menjalani kehidupan, terkadang seseorang mengalami kondisi yang baik, sesuai dengan keinginan dan harapan, namun terkadang ia juga mengalami kondisi yang kurang baik, jauh dari harapan dan keinginan. Dalam kondisi yang demikian, tidak jarang seseorang 'terpaksa' harus berhutang meminjam uang kepada orang lain guna menutupi beban kehidupan yang ada dipundaknya. Dan manakala beban hutang semakin menumpuk, beban pikiranpun juga menjadi semakin berat serta hatipun menjadi gundah dan gelisah.
2. Hal ini pernah juga dialami oleh seorang sahabat Nabi Saw yang bernama Abu Umamah. Ia gundah dan gelisah akibat hutang yang cukup banyak hingga menggelayuti beban fikirannya. Dan akibatnya ia termenung di dalam masjid, bertaqarrub kepada Allah berharap ada solusi yang akan meringankan beban hutangnya.
3. Pada saat bersamaan, Nabi Saw masuk ke dalam masjid dan beliau mendapati Abu Umamah yg sdg termenung memikirkan hutang2nya. Maka Nabi Saw kemudian mengajarkan suatu doa yang kemudian diamalkan oleh Abu Umamah, dibaca setiap pagi dan petang hari. Dan alhamdulillah, kemudian Allah Swt menghilangkan kegundahannya da melunasi semua hutang2nya. Doa tersebut adalah sbb ;
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَن ،ِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَال
Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kegundahan dan kesedihan, dan aku berlindung kepadaMu dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung kepadaMu dari sifat penakut dan bakhil, dan aku berlindung kepadaMu dari terlilit hutang dan pemaksaan dari orang lain.
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag
Label: Rehad
Rehad 211. Dan Hari Ini Pun Kita Memasuki Bulan Sya'ban
0 komentar Diposting oleh Rikza Maulan, Lc., M.Ag di 22.53Rehad (Renungan Hadits) 211
Dan Hari Inipun Kita Telah Memasuki Bulan Sya'ban
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا حَدَّثَتْهُ قَالَتْ لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ وَكَانَ يَقُولُ خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَأَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّتْ وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلاَةً دَاوَمَ عَلَيْهَا - رواه البخاري
Dari Abu Salamah ra berkata bahwa Aisyah ra mengatakan kepadanya, ‘Bahwa Rasulullah SAW tidak pernah berpuasa (sunnah) pada bulan-bulan tertentu lebih banyak dari pada puasa beliau di bulan Sya’ban. Beliau berpuasa penuh di bulan sya’ban. Beliau juga berkata, ‘Kerjakanlah satu amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Karena sesungguhnya Allah SWT tidak akan pernah bosan hingga kalian bosan. Dan shalat yang paling disukai oleh Nabi Muhammad SAW adalah yang kontinnyu meskipun sedikit. Dan apabila melaksanakan shalat, beliau mengkontinyukannya’. (HR. Bukhari, hadits no. 1834)
Hikmah Hadits ;
1. Alhdulillah, hari ini kita memasuki hari pertama di bulan Sya'ban 1438 H, dimana terdapat beberapa keutamaan bulan sya'ban diantaranya adalah sebagai berikut ;
#1. Sya'ban merupakan bulan diangkatnya amal shaleh seorang hamba kepada Allah Swt. Dari Usamah bin Zaid ra berkata, aku bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai Rasulullah SAW, aku tidak melihatmu berpuasa sunnah di bulan-bulan lainnya (sebanyak) engkau berpuasa di bulan sya’ban?’ Beliau bersabda, ‘Ia merupakan bulan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara rajab dan ramadhan. Dan sya’ban merupakan bulan diangkatnya amal perbuatan manusia kepada Allah SWT, dan aku ingin ketika amalku diangkat dan dilaporkan kepada Allah, aku dalam keadaan berpuasa.’ (HR. Nasa’i)
#2. Bulan sya’ban merupakan pintu gerbang menuju sebuah bulan yang agung, yaitu bulan ramadhan. Syekh Ibnu Rajab Al-Hambali mengemukakan, (al-Wakil, 1997 : 15) : “Sesungguhnya pada puasa sunnah di bulan sya’ban adalah seperti latihan untuk puasa ramadhan. Agar seseorang nantinya tidak kesusahan dan berat dalam menjalankan puasa ramadhan, bahkan sebaliknya ia menjadi terbiasa dan ternuansakan dengan puasa. Dengan puasa sya’ban inipun, seseorang dapat merasakan indahnya puasa ramadhan...
2. Maka oleh karenanya Nabi Saw paling antusias untuk berpuasa sunnah di bulan Sya'ban. Kuatnya anjuran puasa sunnah di bulan Sya'ban bahkan melebihi anjuran puasa sunnah di bulan2 lainnya, termasuk di bulan Rajab. Maka digambarkan Aisyah ra bahwa Nabi Saw berpuasa sunnah hampir satu bulan penuh di bulan Sya'ban. Hal yg tdk pernah beliau lakukan di bulan2 lainnya.
3. Anjuran lainnya untuk dilakukan di bulan Sya'ban adalah mempersiapkan diri dengan memperbanyak membaca Al-Qur'an. Salafuna shaleh mengatakan, 'Sya'ban adalah bulannya para pembaca Al-Qur'an'. Kemudian selain itu, mempersiapkan diri dengan mengeluarkan zakat mal sebagaimana dikemukakan Anas bin Malik, 'bahwa kaum muslimin bila telah memasuki bulan Sya'ban, maka mereka lebih giat dalam membaca Al-Qur'an dan mereka juga mengeluarkan zakat mal mereka.' Ibnu Rajab Al-Hambali menambahkan, tujuannya adalah untuk menguatkan orang2 yg lemah dan tidak mampu agar mereka bahagia dan siap menyongsong datangnya bulan Ramadhan.
4. Maka mari kita tingkatkan amal ibadah kita di bulan Sya'ban, khususnya dengan memperbanhak puasa sunnah, baca Al-Qur'an dan mulai mempersiapkan mengeluarkan zakat mal, karena selain merupakan bulan diangkatnya amal shaleh kepada Allah Swt, juga sebagai penguat agar kita nanti bisa maksimal dalam menghadapi bulan Ramadhan...
Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.
Label: Rehad