Rehad (Renungan Hadits) 231
Da'wah Itu Bukanlah Memfonis, Namun Mengajak Dan Bertutur Kata Yang Manis

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ عَلَى الْمُشْرِكِينَ قَالَ إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah dia berkata; "Seorang sahabat berkata, 'Wahai Rasulullah, do'akanlah untuk orang-orang musyrik agar mereka celaka! ' Mendengar itu, Rasulullah Saw bersabda, 'Sesungguhnya aku diutus bukan untuk menjadi pelaknat, tetapi aku diutus sebagai rahmat.'" (HR. Muslim, hadits no 4704)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa da'wah merupakan sebuah kewajiban fardhu 'ain bagi setiap muslim. Syekh Abdul Karim Zaidan dalam kitabnya Ushulud Da'wah menjelaskan secara panjang lebar berkenaan dengan hal tersebut, dimana salah satu argumentasi yang beliau paparkan adalah firman Allah Swt QS. Ali Imran : 104, bahwa ( منكم ) Abdul Karim dalam ayat tersebut adalah littabyin (berfungsi sebagai penjelas), bukan littab'idh (berfungsi sebagai kata yg menunjukkan sebagian), yang oleh karenanya tidak bisa difahami perintah berdakwah hanya utk sebagian saja sementara yg lainnya tidak, karena dakwah adalah kewajiban setiap muslim dan muslimah. Kecuali jika difahami dalam arti keharusan adanya orang yang fokus membuat peta dakwah, strategi dan sarana dakwah, tahapan, target, perangkat dan segala hal yang dibutuhkan bagi para pendakwah, maka menyiapkan itu semua adalah fardhu kifayah. Adapun dakwahnya iti sendiri adalah fardhu ain.
2. Namun walaupun da'wah merupakan fardhu ain, tidak kemudian bagi seorang muslim bebas berkata apapun kepada siapapun dalam kondisi apapun, terlebih berkata yg di dalamnya terdapat "fonis" yang negatif bagi orang lain, atau doa yang di dalamnya mengutuk, melaknat atau mencelakai orang lain. Karena substansi dakwah adalah mengajak dan menyeru, agar manusia dapat kembali dan lebih dekat dengan Allah Swt. Sehingga tutur kata yang baik dan bijak, doa yang tulus dan ikhlas serta harapan turunnya hidayah Allah terhadap orang yg didakwahi, seharusnya menjadi obsesi terbesarnya dalam dakwah. Bukan malah "menyalahkan" orang lain, membid'ahkan kelompok lain, "memfonis" masuk neraka madzhab lain, dan menganggap bahwa hanya dirinya dan kelompoknya serta Ustadz-ustadznya saja yg ahli surga, sementara selain mereka adalah neraka semua.
3. Lihatlah betapa bijaknya dakwah Nabi Saw sebagaimana digambatkan dalam riwayat dari Abu Umamah berkata; Sesungguhnya seorang pemuda mendatangi Nabi Saw lalu berkata, Wahai Rasulullah Izinkan aku untuk berzina. Orang-orang mendatanginya lalu melarangnya, mereka berkata; Jangan, jangan. Rasulullah Saw bersabda; "Mendekatlah." Ia pun mendekat lalu duduk kemudian Rasulullah Saw bersabda; "Apa kamu suka jika ibumu berzina?" pemuda itu menjawab; Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, semoga Allah menjadikanku sebagai penebus tuan. Nabi Saw bersabda, orang-orang juga tidak menyukai ibu-ibu mereka berzina." Rasulullah Saw bersabda; "Apa kamu suka jika putrimu berzina?" Tidak, demi Allah wahai Rasulullah semoga Allah menjadikanku sebagai penebus Tuan. Nabi Saw bersabda, orang-orang juga tidak menyukai jika putri mereka berzina." Rasulullah Saw bersabda; "Apa kamu suka jika bibimu berzina? Tidak, demi Allah wahai Rasulullah semoga Allah menjadikanku sebagai penebus Tuan. Nabi Saw bersabda; Orang-orang juga tidak menyukai jika bibi mereka berzina." Kemudian Rasulullah Saw meletakkan tangan beliau pada pemuda itu dan berdoa; "Ya Allah! Ampunilah dosanya, bersihkan hatinya, jagalah kemaluannya." Setelah itu pemuda itu tidak pernah berniat lagi utk berbuat zina.' (HR. Ahmad, hadits no 21185). Maka hendaknya rahmat lebih dikedepankan dalam dakwah, bukan justru laknat. Karena kita adalah du'at (para da'i) bukan qudhat (para pemfonis).

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

0 Comments:

Post a Comment