Rehad 024. Menjadi Mustarih Atau Mustarah Mihu?

Rehad (Renungan Hadits)
Menjadi Mustarih, atau Mustarah Minhu?

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرَّ عَلَيْهِ بِجِنَازَةٍ فَقَالَ مُسْتَرِيحٌ وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْمُسْتَرِيحُ وَالْمُسْتَرَاحُ مِنْهُ قَالَ الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلَادُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ (رواه البخاري)
Dari Abu Qatadah ra, bahwa Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam pernah diiringkan jenazah melewati beliau, kemudian beliau bersabda, "Kelak seseorang (ketika meninggal dunia) ia akan menjadi mustarih (mendapatkan ketenangan dan kenyamanan) atau menjadi mustarih minhu (menjadikan orang lain nyaman dan tenang)". Para sahabat bertanya; 'Wahai Rasulullah, apa dimaksud dengan Mustarih dan Mustarah Minhu? Nabi Saw bersabda, 'Seorang mu'min ketika meninggal dunia, ia akan mustarih (beristirahat dan nyaman) dari segala beban kehidupan dan keburukan dunia menuju rahmat Allah Swt. Sebaliknya seorang fajir (ahli maksiat), ia akan menjadi mustarah minhu yaitu manusia, negara, pepohonan atau hewan menjadi nyaman dan istirahat dari kenburukan-keburukannya karena kematiannya." (HR. Bukhari)

Hikmah Hadits :
1. Di waktu ajal menjemputnya kelak, manusia akan dihadapkan pada dua pilihan di hari kematiannya, yaitu menjadi mustarih (beristirahat dan terbebas) dari segala keburukan dan kemunafikan kehidupan dunia, atau menjadi mustarah minhu (orang lain yang beristirahat dan merasa nyaman) dari kematiannya, karena sudah terhenti dari segala keburukan-keburukannya.
2. Menjadi mustarih (tenang dan nyaman saat meninggalnya) adalah karena selama hidup ia selalu berusaha sabar atas segala keburukan dan kemunafikan-kemunafikan kehidupan dunia serta berusaha istiqamah dengan amal shalehnya mengharap ridha Allah Swt semata. Maka oleh karenanya, ia tenang dan nyaman ketika meninggalnya, karena sdh terputus dari keburukan dan kemunafikan dunia.
3. Sementara mustarah minhu (orang lain beristirahat dari segala keburukan-keburukannya), adalah karena ia fajir (pelaku maksiat) yang sering mengganggu dan menyusahkan orang lain, serta membuat mereka tidak nyaman dan tidak tentram, ketika ia meninggal dunia, semua manusia, bahkan bumi, tumbuhan serta hewan merasa senang, tentram dan nyaman. Karena berarti mereka terhenti dari keburukan-keburukan dirinya.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag

0 Comments:

Post a Comment