Rehad (Renungan Hadits) 210
Dan Nabi Saw Pun Sempat Didustakan Pada Peristiwa Isra' & Mi'raj

عن جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَمَّا كَذَّبَتْنِي قُرَيْشٌ قُمْتُ فِي الْحِجْرِ فَجَلَا اللَّهُ لِي بَيْتَ الْمَقْدِسِ فَطَفِقْتُ أُخْبِرُهُمْ عَنْ آيَاتِهِ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهِ (رواه البخاري)
Jabir bin Abdullah radliallahu 'anhuma bahwa, dia mendengar Rasulullah Saw bersabda, "Ketika kaum Quraisy mendustakan aku (tentang Isra' dan Mi'raj), aku berdiri di al Hijir, lalu Allah menampakkan kepadaku Baitul Maqdis, maka aku mulai menceritakan kepada mereka tentang tanda-tandanya. sedang aku terus melihatnya". (HR. Bukhari, hadits no 3597)

Hikmah Hadits ;
1. Bahwa peristiwa isra' dan mi'raj adalah sebuah peristiwa besar dalam sejarah kehidupan Nabi Saw sekaligus menjadi sebuah mu'jizat yang Allah anugerahkan kepada beliau. Selain untuk mewajibkan shalat 5 waktu sehari semalam kepada Nabi Saw dan kepada umatnya, peristiwa ini juga terjadi sebagai pelipur lara atas berbagai duka yang menimpa beliau, khususnya pasca wafatnya Abu Thalib sang paman tercinta, yang disusul pula dengan wafatnya Khadijah sang istri yang sangat beliau cintai. Dimana keduanya merupakan penopang dakwah, yang senantiasa membangkitkan semangat dakwah serta menjadi tameng bagi Nabi Saw atas berbagai celaan, cercaan bahkan intimidasi dari kaum Kafir Quriasy. Alhasil, tanpa Abu Thalib dan Khadijah di sisi beliau, berbagai intimidasi menhujani beliau, seperti yang beliau alami di Thaif, bukan sambutan yang beliau terima dari dakwah yang beliau sampaikan, namun justru "sambitan" lemparan batu yg menghujani beliau hingga salah satu kaki beliau berdarah.
2. Maka Allah Swt pun mengisra'kan beliau, yaitu memperjalankan beliau di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, dan memi'rajkan beliau yaitu "menaikkan" beliau melewati 7 langit, ke sidratul muntaha hingga ke baitul ma'mur bahkan lebih dari itu sampai beliau menghadap pada Keagungan Allah Swt, dan kemudian di sanalah ditetapkan kewajiban shalat 5 waktu sehari semalam. Semua rangkaian perjalanan tersebut hanya beliau lalui dalam satu malam saja, dimana pada masa tersebut perjalanan umum yang dilakukan seseorang dari Masjidil Haram di Mekah menuju ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis Palestina membutuhkan waktu setidaknya setengah bulan lamanya. Maka ketika beliau menyampaikan kepada penduduk Mekah bahwa beliau semalam diperjalankan Allah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha lalu kembali lagi ke Masjidil Haram hanya dalam waktu satu malam, maka mereka langsung mendustakan Nabi Saw, mencerca, memcemooh beliau bahkan memganggap Nabi Saw gila. Karena logika pada waktu tersebut memang akan memustahilkan perjalanan satu malam untuk tempat yang hanya dapat ditempuh selama setengah bulan perjalanan.
3. Namun bagi orang yang memiliki keimanan, sesuatu yg mustahil bagi manusia, tidaklah mustahil bagi Allah Swt. Maka di tengah "keraguan" yang melanda masyarakat Mekah, bahkan pendustaan demi pendustaan dari kaumnya, sampailah berita tersebut pada seorang sahabat yg mulia yaitu Abu Bakar ra. Maka orang kafir pun mengatakan peristiwa isra'nya Nabi Saw kepada Abu Bakar dengan nada mencemooh dan mengejek, berharap akan ada keraguan di hati Abu Bakar. Namun yang terjadi justru Abu Bakar membenarkannya. Dan bukan hanya membenarkan Nabi Saw bahkan beliau juga berujar, 'Demi Allah sekiranya Nabi Muhammad Saw mengatakan lebih dari itu, maka sungguh aku akan mempercayainya.'. Subhanallah, betapa besar keimanan beliau kepada Allah dan kepada Rasulullah Saw. Maka sejak saat itulah, beliau mendapatkan gelar As-Shiddiq karena beliau menjadi orang pertama yang membenarkan peristiwa Isra' dan Mi'raj.

Wallahu A'lam
By. Rikza Maulan, Lc, M.Ag.

0 Comments:

Post a Comment